Lembaran kisah Rain (02)

125 23 5
                                    

"Eungh."

Arvey yang sedari tadi terfokus hp kini menoleh ke Rain. Saat pendengarannya mendengar suara lenguhan seseorang. Yang sudah Arvey pastikan dari Rain. Karena saat ini, yang berada di UKS hanya ada mereka berdua. Sahabatnya yang lain sudah Arvey suruh ke kelas. Biar Arvey menikmati waktu bolosnya sendiri.

Dan benar, memang dari Rain.

"Rain lo udah sadar?" tanya Arvey khawatir.

"Buta lo?" jawab Rain ketus, ia menetralkan pandangannya.

Arvey mengurut dadanya sendiri. Sudah tidak kaget lagi ia mendapat perilaku yang tidak mengenakkan dari Rain. Sepupunya. Untung dia sabar. Jika nggak, bisa-bisa ia jahit mulut Rain sekarang juga.

"Yaelah lo baru juga sadar, udah sensi aja." Cibirnya. Arvey mengambil teh hangat yang ada di nakas, yang tadi sempat sahabatnya beli di kantin.

"Nih minum dulu," katanya sembari menyodorkan gelas berisi teh tersebut kepada Rain.

Rain mendudukkan tubuhnya. Lalu menerima sodoran dari Arvey. Setelah meminum, ia memberikan kepada Arvey kembali.

Rain memijit keningnya yang masih pening.

"Lo kok bisa pingsan tadi sih?"

Rain menggelengkan kepalanya, dan menjawab, "Kecapekan aja mungkin." Jawabnya asal. Sebenarnya ia juga tidak tahu, kenapa kepalanya tadi terasa sangat sakit. Dan tubuhnya juga sangat lemas.

Arvey mengangguk percaya. Mungkin memang Rain hanya kecapekan saja. Apalagi akhir-akhir ini mereka berlatih basket sangat keras. Karena sebentar lagi akan ada turnamen antar sekolah.

"Yaudah sepulang sekolah lo langsung pulang aja, biar gue yang minta izin ke pak Farhan."

Farhan adalah nama dari seorang pelatih muda tim mereka.

"Apaan sih, orang gue nya gapapa juga!" Rain itu keras kepala. Susah dibilangin!! Kalau sudah gini Arvey gak bisa ngelarang.

Sepulang sekolah, tim basket Rajawali langsung mengganti seragam sekolah mereka dengan seragam tim basket. Begitu juga dengan Rain.

Setelah selesai mengganti pakaian, mereka langsung saja kelapangan. Untuk menunggu anggota yang lain.

"Wajah pucat gitu yakin masih mau ikut latihan?" tanya Mahes meneliti wajah Rain. Sontak membuat yang lainnya ikut melihat ke arah Rain.

Rain mengadah untuk melihat Mahes. Karena saat ini Rain duduk di depan Mahes, yang berdiri.

"Iya Rain, kalau lo emang sakit, mending istirahat dulu deh." Reza ikut menimpali perkataan Mahes.

"Gue gak papa," balasnya acuh. Sebenarnya, kepalanya memang masih terasa pening. Dan tubuhnya juga lemas, tapi ia masih kekeuh memaksa tubuhnya untuk ikut berlatih.

"Dasar batu!" cibir Arvey. Yang sangat gemas dengan keras kepala Rain.

Tak lama kemudian, suara peluit terdengar nyaring ditelinga mereka. Dengan segera mereka semua berlari menuju lapangan, dan membuat barisan.

"Selamat siang anak-anak," sapa Pak Farhan kepada anak didiknya.

"Siang juga pak."

"Baik, untuk mengawali latihan siang ini, mari kita berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Berdo'a mulai!"

Mereka semua menunduk, dengan tangan mengadah keatas. Lalu berdo'a.

"Berdo'a cukup."

"Seperti biasa, yang pertama kita pemanasan otot. Lari memutari lapangan sebanyak tiga kali mulai."

Priiittt

Suara peluit sudah terdengar. Tandanya mereka harus melaksanakan apa yang di perintahkan. Yaitu berlari memutari lapangan.

Rain Jelang Ramadhan 🌧️

Pertama kali saat Rain menapakkan kakinya di lantai rumah, Rain mematung di depan pintu. Netranya melihat sosok wanita yang sangat ia rindukan kehadirannya serta perannya. Kini duduk di sofa melihat televisi. Siapa lagi jika bukan Alexa—Mommy. Rain melangkah masuk dengan pelan. Tubuhnya sudah sangat lemas dan tidak bertenaga.

"Assalamualaikum."

Alexa sibuk menonton acara TV sore ini. Ia sangat jarang bisa ada waktu untuk sekedar menonton acara televisi. Mengingat ia adalah wanita karir, yang sangat jarang punya waktu sekedar menonton televisi. Saat sedang fokus-fokusnya menonton, Alexa mendengar suara salam seseorang.

"Wa'alaikumussalam, eh sayang anak Mommy udah pulang." Alexa tersenyum senang dengan kehadiran Rain. Ia beranjak dan berjalan mendekati Rain. Dan memeluk sosok rapuh itu.

Rain tersenyum, sembari mengangguk. Ia balas pelukan Alexa. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan ini. Rain rindu, sungguh.

"Mommy dari kapan pulang?" tanya Rain melepas pelukannya.

"Dari tadi siang, sampai besok Mommy masih dirumah, akan nemenin Rain." Balas Alexa sembari mengusap pipi Rain.

"Beneran?" Rain bertanya dengan mata binar penuh harap. Ia tidak sabar ingin menghabiskan waktunya dengan sang Mommy besok.

Alexa mengangguk, "Iya sayang. Mommy janji besok adalah waktu Mommy untuk putra Mommy tercinta yaitu Rain."

Rain tersenyum lebar. Dalam hati ia bersorak, sungguh Rain sangat rindu dengan Alexa. Sudah berbulan-bulan kedua orangtuanya sibuk bekerja sampai-sampai jarang pulang ke rumah.

"Yasudah sana mandi, Mommy panaskan makanan untuk kamu." Rain mengangguk, langsung melesat ke kamar.

Pagi harinya, Alexa dibuat bingung kelimpungan sendiri. Pagi ini Rain tiba-tiba terserang demam tinggi. Membuat Alexa khawatir. Dan saat itu juga, Alexa mendapatkan kabar bahwa jadwalnya di ubah dan ia harus ke bandara sekarang juga. Alexa sungguh bingung saat ini.

Alexa tidak tega jika meninggalkan Rain sendirian dengan keadaan seperti ini. Namun di lain sisi, ada urusan yang lebih penting, yaitu mengantarkan seseorang ke keluarganya.

"Rain sayang, Mommy minta maaf ya, Mommy harus pergi nak." Alexa berucap dengan terpaksa.

"Rain sssakit Mom, Mommy tega ninggalin Rain?" Walau Rain terkenal dingin di luaran sana, tapi Rain akan sangat manja jika berhubungan dengan kedua orang tuanya.

"Tapi sayang, Mommy ada urusan yang gak bisa Mommy tinggalin. Kamu ngertiin Mommy ya," ucapnya yang terjeda. "Mommy pamit ya Rain, jaga diri baik-baik. Cepat sembuh nak, Mommy sayang kamu." Lanjutnya, langsung berlari pergi keluar.

Rain tersenyum tipis, miris rasanya. Lagi-lagi ia ditinggal sendirian. Lagi-lagi Mommy hanya mengatakan omong kosong berkedok janji. Rain muak dengan itu semua.

"Ternyata pekerjaan Mommy lebih penting ya dari Rain." Setelah mengatakan itu, Rain mencengkeram perutnya yang tiba-tiba terasa mual.

"Hoekk...hoekkk...hoekkk." Belum sempat Rain ke kamar mandi, Rain sudah muntah disisi tempat tidurnya.

Tess...Tes...Tes

"Da-darah?"

TBC

Huhuhu maaf kalau ceritanya kurang memuaskan ya.

Jangan lupa vote dan komen ya! Aku mohon beri dukungan untuk cerita ini.

Kudus, 17 Mei 2022.








Rain Jelang Ramadhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang