Rayen melajukan motornya sangat cepat membelah hujan yang melanda. Suara gerungan motor yang sangat menggema dari motor dibelakang Rayen ikut bersahut-sahutan.
Cekiiittt... Brukh.
"Ahrk." Rayen meringis kesakitan sesaat setelah ia terjatuh dari motor begitu saja.
"Sini loe." Seseorang meraih kerah baju Rayen kasar.
Bugh..
Bogeman mentah mendarat di perut laki-laki itu tanpa ampun. Rayen yang masih terkejut saat terjatuh, ditambah luka yang menyeret aspal, kini ditambah lagi dengan bogeman mentah.
Bugh.. Bugh..
Rayen membalas pukulan itu lebih bruntal dari pemain pertama itu.
"Gue tahu loe Daniel kan?" Rayen merampas helm yang dikenakan orang itu.
Ternyata benar, Daniel titisan biadap Rio.
Bugh..
Daniel menendang perut Rayen begitu keras membuat laki-laki itu terhunyung kebelakang.
Pertarungan keduanya berlangsung begitu saja di bawah jatuhnya hujan malam. Rayen menahan sakit pada luka kakinya yang berdarah, demi bisa melawan Daniel yang rakus dengan kebencian itu.
Brukh..
Tubuh Daniel terjatuh diatas tanah begitu saja, lemah. "Loe dapet apa sih dari Rio?" Rayen berjongkok.
"Gue miris sama loe. Dibutakan karena benci tapi benci Itu sama sekali loe nggak tahu alasannya, gue tahu Daniel. Loe itu cuma jadi tangan kanan Rio, bedebah busuk itu. Loe cuma dibuat membenci dengan hal baru dalam kehidupan loe. Dengan iming-iming dan hasutan sampah, loe bisa membenci orang yang sama sekali nggak loe kenal selama ini. Daniel, gue tahu nama loe. Gue tahu loe juga bukan tangan kanan Rio sejak lama. Loe masih baru di gangnya Rio kan? Loe itu di perbudak dengan iming-iming loe akan jadi calon ketua gang Ramayana."
Rayen berdiri meraih helmnya yang terjatuh. "Sebaiknya loe pulang kerumah loe, gue yakin ada orang yang nunggu loe datang dengan keadaan sehat jasmani." Rayen melajukan motornya meninggalkan Daniel yang masih terkapar menatap langit gelap dan hujan yang tak kunjung reda.
***
Drrtt..
Suara ponsel Rayen berbunyi. Laki-laki itu sudah membersihkan badannya dari darah dan air hujan. Rayen menghampiri meja belajarnya meraih ponsel, Desta yang menelepon malam itu.
"Halo, loe dimana Ray?" Pertanyaan laki-laki dari sebrang sana terdengar begitu cepat.
"Di rumah." Jawab Rayen malas.
"Ah syukurlah. Gue harap loe tadi sampai rumah dengan selamat. Loe nggak kenapa-napakan dijalan tadi?" Suara gelisah terdengar ditelinga Rayen.
Rayen menyibak rambunya. "Gue sempet jatuh dari motor dan berkelahi ditengah hujan sama Daniel." Jujur Rayen.
"Astaga, kok bisa?" Entah ekspresi apa yang laki-laki itu keluar dirumahnya.
"Gue nggak tahu. Gue mau tidur." Rayen mematikan telponnya sepihak dan menaruhnya kembali diatas meja.
Laki-laki itu berjalan menghampiri kasurnya lalu merebahkan diri dengan kasar diatasnya.
***
Pagi ini tidak terlalu cerah dengan cuaca agak mendung, ditambah lagi hari ini jadwal pelajaran fisika dikelas Aza. Dengar-dengar dari perbincangan teman sekelasnya yang update, hari ini akan ada tes soal.
"Za, loe udah ngapalin belum?" Aulia datang dengan tergesa, gadis itu nampak baru datang dengan wajah yang sudah kusut.
Aza yang masih membolak-balikkan bukunya menatap Aulia. "Belom. Emang beneran bakal ada tes fisika?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milik 'Ku [On Going]
Teen FictionKita dibuat untuk menjalani takdir dan mencintai takdir. Terutama menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Banyak typo! WARNING ⚠️ ▪️CERITA INI TIDAK DI TULIS ATAU BERADA PADA APLIKASI NOVEL ATAU BACAAN LAIN. INGAT! ▪️CERITA INI HANYA DI...