"Saya mulai ya?" Tanya Juna meminta ijin.
Yana tidak membalasnya, namun hanya mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan sang suami.
"Cakar saja, ya?" Juna mengelus pipi Yana sekilas, dan mulai menggerakkan juniornya pelan.
"Enghh." Yana menggigit bawah bibirnya, mencakar punggung Juna untuk menyalurkan rasa sakit.
"Ahh fuck.." Yana mendongakkan kepalanya ketika Juna menghentakkan juniornya. Dadanya membusung. Mulutnya tidak bisa tertutup merasakan sakit juga nikmat dibawah sana. Juna kembali menambah cepat pergerakannya.
Juna memejamkan matanya dan ikut mendongak merasakan juniornya terhimpit dibawah sana, Juna mempercepat temponya sembari memegangi pinggul Yana.
"Ahh.. yes.. babe.." Juna mengerang.
"Ah ahh hanghh" Yana menggigit lengannya, berusaha menutupi desahannya.
Juna menepis tangan Yana yang digigit dan memegangi kedua tangannya di atas kepala Yana. Juna semakin mempercepat hentakannya secara liar.
"Jangan di tahan, saya ga suka." Ancam Juna.
"Anghh, stop.." pinta Yana. Wanita itu menatap Juna dengan tatapan semu, ia merasa malu.
Namun Juna membalasnya dengan tatapan penuh gairah. Yana memalingkan wajahnya ke kanan menghindari tatapan suaminya. Juna menghentikan hentakannya, ia mendekatkan wajahnya ke Yana, lalu menatap istrinya itu dengan seringaian.
"Pft, iya ini stop nih" ledek Juna.
"WHAT THE--" Yana mendesah kecewa, ia memeluk erat tubuh suaminya. "Make.. me cum.. please?"
Juna berguling ke samping dan menarik tangan Yana hingga membuat wanita itu terduduk di atasnya.
Juna tersenyum, "gantian."
Pipi Yana memerah. Dengan menopang tubuhnya di dada Juna, ia mulai menggerakkan pinggulnya atas ke bawah.
"Ahh fuck.." umpat Yana keenakan.
Juna mendesis pelan, menampar kedua bokong Yana dengan keras, dan meremat kedua buah dada milik Yana.
"Akhh," bokong Yana terasa panas. Yana berhenti bergerak karena kaget. Kedua tangan Yana berusaha mencengkram tangan Juna. "Don't.. hah.. you dare!" Ancam Yana sambil terengah.
Juna menghentakan juniornya dengan cepat, dia tersenyum melihat reaksi Yana, lalu kembali ia menggenggam kedua tangan istrinya. Badannya terasa sangat panas hingga membuat dirinya semakin mempercepat tempo hentakannya.
"Ngh ahh ah mnhh," Yana merobohkan dirinya di dada Juna. Badannya lemas. Ia memejamkan matanya sembari terus mendesah sesuai tempo hentakan Juna.
Juna menghentikan kegiatannya saat Yana memejamkan mata, ia menarik nafas dan mengelus surai hitam Yana.
"Capek?" Tanya sang suami.
Yana mendongak, menatap suaminya. Ia menggeleng pelan, "nikmat.." sembari lagi ia menggoyangkan pinggulnya, memancing Juna. Ia kembali terduduk--women on top.
Juna menahan pinggul Yana, lalu mendongakkan kepala dan memejamkan mata menikmati setiap gerakan.
"Ahh.. mmhh ahh.." Juna mendesah nikmat.
Yana terus menggerakkan pinggulnya dengan pelan. Bawah Yana terasa kedutan dan semakin menjepit milik suaminya. Yana mempercepat hentakan. Gerakan panas itu membuat keduanya merasa begitu nikmat.
"I-" ucapan Yana terpotong.
Juna mencengkram lengan Yana, ia merasa semakin dekat.
"Together, babe- ahh.." Juna melepaskan cairannya, begitu pula Yana.
Milik Yana terasa penuh, ia terkulai lemas. Badan Yana terjatuh di dada bidang Juna. Ia tak bertenaga untuk melepaskan penyatuan mereka terlebih dahulu. Keringat membasahi tubuh mereka, entah keringat milik siapa. Yana masih terengah mengambil nafas sebanyak mungkin. Juna mengelus rambut Yana, dirapikannya ke belakang. Kemudian ia mengecup dahi Yana.
"Terima kasih, i love you." Ujar Juna.
Yana tak sanggup membalasnya, ia hanya tersenyum. Kemudian terlelap dalam tidurnya tanpa disadari.
***
Yana membuka matanya cepat, ia melihat ke sekelilingnya sembari terengah. Matanya dikucek ketika sinar matahari sudah memancar dari luar jendela.
"Cuma mimpi.." gumamnya.
Bersambung...
Hayooo? Masa mimpi aja? Awowkwok kena plot twist kah?
(´∇`)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Malesub [END]
Romance⚠️ 1821+ Area. NON LGBT. Takdir mempertemukan femdom dengan seorang lelaki cantik. Timbul keadaan dimana ada balas budi yang harus dituntaskan lelaki itu. Tanpa sadar mereka yang telah jatuh cinta. Sayangnya si lelaki bukanlah seorang masokis sepert...