20

4 0 0
                                    

Saat ini aku berada di rumah Pope untuk makan malam dengan orangtuanya. Keluarganya memiliki rumah minimalis satu lantai dengan banyak ruang terbuka, jenis rumah yang selalu menjadi idaman ku kalau aku memiliki uang yang cukup. Aku bisa melihat diri ku tinggal di rumah macam ini di masa depan, kesederhanaan yang ditunjukkan membuatnya menjadi idaman. Rumah ini sempurna, dan keluarga yang menempatinya juga sama. Orang tua Pope sangat ramah, persis seperti putranya. Mereka menerima ku dengan tangan terbuka, ibunya bahkan memeluk ku di detik pertama pertemuan, mereka terlihat seperti keluarga bahagia, keluarga yang selalu ku ingin untuk miliki, keluarga yang aku kira akan aku miliki saat CPS menempatkan ku di rumah keluarga Bricklin. Mungkin aku akan menikah dengan Pope nantinya dan mereka bisa menjadi keluarga ku. Aku sungguh lebih memilih keluarga sederhana namun selalu hangat dibandingkan keluarga kaya raya namun dingin.

Pope telah menceritakan situasi ku pada orang tuanya, jadi mereka tahu kalau sebelumnya aku berada di dalam sistem karena keluarga asli ku kacau, lalu sekarang aku ditempatkan di kediaman keluarga Bricklin, dan mereka tidak terlihat keberatan sedikitpun putra mereka satu-satunya mengencani ku. Ibunya bahkan mengatakan kalau itu bukan salah ku dilahirkan pada keluarga ku karena aku tidak memilihnya, aku hanya kurang beruntung.

Setelah makan malam selesai, aku dan Pope berpisah dengan orang tuanya dan menuju kamar Pope. Tidak seperti kamar Lily, kamar Pope sesuai dengan perkiraan ku. Aku berasumsi ia akan memiliki kamar yang rapi dan teratur, dan itulah kenyataannya, namun, di sana ada satu hal yang disayangkan, pilihan warna dinding kamarnya sangat datar, persis seperti seluruh ruangan lain di dalam rumah ini, tanpa ada sedikit pun corakan warna, kecuali kau menghitung satu poster yang menghiasi dinding kamarnya.

"Jadi ini di mana kau tidur," ucap ku menatap sekitar

"Yep," Pope mengangguk, mengikuti tatapan sambil berdiri canggung

"Kau melakukan yang lain di sini?" Tanya ku menggoda

"Aku juga belajar," balasnya mengangkat bahunya

"Oh, Pope," aku tertawa pelan, bergerak mendekatinya, "aku rasa kau tahu maksud ku."

Aku menggerakkan tangan ku di dadanya. Aku tahu bagaimana cara menggoda seseorang, itu pekerjaan ku di New Orleans, dan berdasarkan respon yang ku dapat saat ini, cara ku bekerja.

Menaruh tangan ku di pipinya, lalu menyelipkan jari-jari ku ke rambutnya, aku menarik wajahnya mendekat, mendaratkan sebuah kecupan lembut untuk memulai. Untuk beberapa saat, aku khawatir Pope tidak akan membalas dan membuat momen ini menjadi momen canggung, tapi lalu ia melakukannya, menarik ku kembali dan memperdalam ciumannya. Bibirnya sangat lembut dan kenyal, sangat manis, seperti permen. Saat ia menggerakkan tangannya ke punggung ku, aku mendekatkan diri padanya, merasakan tubuhnya menempel pada tubuh ku. Tangannya lalu bergerak lebih turun, menyentuh keliman atasan ku, memainkannya

"Apakah ini boleh?" Bisiknya, menghentikan ciumannya sesaat

Aku tidak menjawabnya secara verbal, tapi aku memang mengangguk sambil tersenyum. Dia sangat sopan...

Setelah atasan ku, sekarang giliran ku untuk membuatnya melepaskan atasannya, dan saat ia melakukannya, aku disapa dengan pemandangan yang indah. Pope mungkin memang bukan atlet di sekolah, tapi aku tahu ia berolahraga rutin, jadi aku tahu bagaimana ia mempertahankan figur kerennya.

Kita berciuman lebih banyak lalu lembar pakaian yang lain ikut tercampakkan di lantai, lalu dalam waktu singkat, kita sudah sama-sama telanjang. Aku tidak ingin ini berakhir begitu cepat, lagipula aku belum siap, berciuman saja belum cukup menstimulasi ku, aku membutuhkan sesuatu yang lain, langsung menuju ke seks tidak bekerja untuk ku, terutama tidak di saat pertama ku. Aku harus dilongarkan terlebih dahulu, kau mengerti? Jadi, apa kau ingat apa yang Lily katakan? Kita membutuhkan foreplay sebelum seks. Tapi bagaimana tepatnya aku bisa menyarankan itu pada Pope? Apakah ia sudah pernah melakukan ini sebelumnya? Apa ia akan tahu apa yang harus ia lakukan kalau aku menyarankan untuknya melakukan sesuatu untuk ku? Mungkin aku harus mengambil kendalinya, bukan karena aku tahu lebih banyak, tapi karena aku tahu apa yang aku inginkan. Tidak bisa membiarkan laki-laki melakukan segalanya, bukan? Kadang kau harus mengendalikan jalannya. Jadi itulah yang aku lakukan, aku memegang kepalanya lalu mengarahkannya kemana aku menginginkan perhatian, dan Pope tidak mengecewakan. Dia jelas sudah pernah melakukan ini sebelumnya, setidaknya sekali. Atau mungkin ia menonton banyak film porno, entahlah, aku tidak peduli bagaimana ia mempelajari hal ini, aku hanya peduli ia bisa membawa ku ke sana.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang