21.Merasa tidak pantas

4.3K 818 105
                                    

Syam dan Nasya kini berjalan beriringan di koridor. Ada dua orang gadis yang berbicara dengan suara yang cukup keras, mereka berdua membahas tentang Syam dan Nasya.

“Eh itu kan kak Syam, wakil ketua geng Jevins.”

“Gosip-gosip sih, dia lagi deket sama cewek yang namanya Nasya. Cewek berhijab gitu katanya.”

“Tuh tuh, kak Syam mau lewat sini. Kayaknya itu deh cewek yang namanya Nasya.”

“Kalau di lihat-lihat sih, dia nggak cocok sama kak Syam. Kayak nggak srek aja gitu lihatnya.”

“Sama, gue juga nggak srek. Bener-bener patah hati gue. Tuh cewek kan berhijab ya, harusnya nggak terlalu deket kan sama cowok.”

“Iya, jatohnya kayak gampangan nggak sih, bukannya menghina nih ya. Tapi kan faktanya emang kayak gitu.”

Hati Nasya mencelos kala mendengar kata-kata itu. 'Serendah itu ya gue di mata mereka?'

Nasya menghentikan langkahnya, membuat Syam ikut berhenti. Jujur saja Syam tidak terima, ia tidak tega Nasya di kata-katai seperti itu. Sepertinya kedua gadis itu sangat berniat sekali bergosip.

Bahkan suaranya pun sangat keras, orang yang menutup telinganya pun pasti juga akan tetap mendengar kata-kata tidak enak itu. Syam berjalan menghampiri kedua gadis itu.

"Sorry, bisa nggak lo berdua jangan jelek-jelekin Nasya, dia nggak kayak gitu. Lo berdua udah nyakitin hati dia, dan gue nggak suka." Nada suara Syam terdengar sangat tenang.

Kedua gadis itu merasa sungkan dan melenggang pergi begitu saja. Sikap Syam sangat kalem membuat kedua orang itu malu dengan sendirinya.

"Nana ..." Syam menatap Nasya yang sedang melamun.

"Iya kak." Nasya berusaha untuk tersenyum.

"Nggak usah di dengerin kata-kata mereka." Syam tahu betul jika hati Nasya terluka.

"Aku nggak denger kak, tapi ya gitu ... Kedengeran." Nasya berusaha untuk tertawa.

"Jangan sedih." Dada Syam terasa sesak saat melihat mata Nasya yang berkaca-kaca.

Nasya memalingkan wajahnya dan menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak menangis. "Aku nggak sedih kak ... Tapi sakit aja di bilang kayak gitu."

Air mata Nasya lolos begitu saja, ia berpikir apakah mungkin yang di katakan dua gadis itu benar. Untuk sejenak Nasya merasa tidak pantas, ia merasa tidak layak untuk mencintai Syam.

Syam mengeratkan giginya dan berusaha menahan gejolak di hatinya. Syam paling tidak bisa melihat wanita menangis, bahkan untuk membuat wanita menangis saja Syam tidak sanggup.

"Hei, udah jangan nangis." Syam mengusap pelan air mata Nasya menggunakan lengannya yang terbalut jaket.

"Aku baperan ya kak?" Nasya mengusap air matanya menggunakan punggung tangannya.

Syam menggeleng pelan. "Nggak Na, nggak ada cewek yang bakal terima kalau di katain kayak gitu. Wajar kalau lo sedih."

"Tapi harusnya aku nggak deket kan sama kakak? Kita baru aja kenal, dan aku nerima kakak gitu aja. Apa menurut mereka aku gampangan?" tanya Nasya.

"Nggak usah dengerin mereka, ini hidup lo dan lo yang jalanin. Gue suka semua apa yang ada di diri lo Na, gue nggak peduli apa kata orang lain," balas Syam.

***

Setelah pulang dari kampus ia langsung bekerja, ia mendapatkan pekerjaan baru sebagai delivery. Tugas Syam hanya mengantar makanan, dan menurut Syam itu cukup mudah.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang