Chap 3

506 84 40
                                    

Cerita lengkapnya dan tanpa skip cuma ada di pdf nya...minat langsung DM mae.

Di jamin bengek 😁

Happy reading


Mobil Perth memasuki kawasan apartemen mewah, dan langsung menuju ke basement.
Keringat dingin pun sudah membasahi seluruh tubuh Saint, ia pun mulai bergerak gelisah sembari meremat ujung rok nya.

Perth memarkirkan mobilnya, setelah itu mematikan mesin nya.

" Keluar !" sarkas nya, sembari melepas seatbeltnya.

" Tapi_kita mau kemana ?" gemetar Saint.

" Kalau ku bilang keluar ya keluar, kau bodoh apa tuli hah !" ucap Perth nyalang, bahkan kini kedua matanya menatap horor kepada Saint.

Dengan tangan gemetar Saint mencoba membuka seatbelt nya, dasar sial karena seatbelt nya macet.

" Ck, lama sekali..." dengan kasar Perth membantu Saint membuka seatbelt gadis itu.

Kedua nya lalu keluar dari mobil, dengan paksa Perth menarik tangan Saint untuk masuk ke dalam gedung lalu menuju ke lift.

Ting

Pintu lift pun terbuka, dan Perth langsung menarik Saint masuk ke dalam lift.

Perth lalu menekan tombol angka 10, yang akan membawa mereka menuju ke satu tempat.

Ingin rasanya Saint bertanya, namun ia sangat takut sekali. Perth memang diam dan tak bicara, namun keterdiaman nya ini justru yang membuat Saint merasa ketakutan.

Ting


Pintu lift terbuka, lagi-lagi Perth menarik kasar tangan Saint keluar dari lift. Langkah kaki kedua nya berhenti tepat di depan pintu kamar yang bernomor 105.


Perth menekan pasword, kemudian pintu pun terbuka. Perth masuk ke dalam, namun langkah nya tertahan karena Saint memegang pinggir pintu dengan kuat.
Sepertinya gadis itu ragu untuk masuk, atau mungkin saja memang tidak mau masuk ke dalam.


Tatapan Perth langsung menajam, menembus manik hazel Saint yang kini sudah berembun.
" Sepertinya kau lebih suka di kasari ya..." cetus Perth.

Saint menggeleng ribut.

Namun...

" Aakhh !" Perth menarik kuat tangan Saint, hingga menimbulkan bunyi pada pergelangan tangan Saint.

" Kau yang memilih nya sendiri Saint, aku tidak akan kasar jika kau menurut kepada ku !"

Apa tadi dia bilang ?
Tidak akan kasar jika Saint menurut padanya ?
Bukankah sejak pertama pria itu selalu kasar kepada Saint, dengan ucapan nya dan juga perlakuan nya.

Saint hanya bisa menangis menahan rasa sakit pada pergelangan tangan nya.
Namun Perth tak perduli.


Perth berjalan menuju ke dapur, dan kembali lagi dengan membawa 2 kaleng bir.

" Minum !" titah nya.

Saint tentu saja langsung menggelengkan kepala nya, dan menolak saat Perth menyuruhnya untuk minum.

" Tidak tau terima kasih, sudah bagus aku memberi mu minum..." ucap Perth.

" Aku_tidak minum alkohol..." lirih Saint.

Perth tertawa mendengarnya, bahkan kini tersenyum mengejek kepada Saint.

" Jalang seperti mu tidak minum alkohol ? Cih...kau pikir aku percaya."

HURTS ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang