———
Sesuai dengan janjinya, keesokan hari tepat di jam 12 malam. Sereniti berkunjung dan muncul dengan suara bedebam di dalam lemari Irianna. Kali ini tak ada lagi teriakan panik ataupun adu mulut. Irianna sudah duduk dengan tenang di depan lemari menanti kedatangan si peri rumah. Ia sudah siap untuk berangkat dengan satu tas ransel dan sebuah koper tua pemberian Miss Matilda untuk menyimpan barang-barangnya. Irianna tak menunggu sendirian, ia menunggu bersama Lucas, Fixie dan Stacy sementara adik-adik mereka yang lebih kecil sudah tertidur lebih dahulu di kamar mereka masing-masing.
"Ah, aku tepat waktu, ya?" Sereniti tak bisa menahan rasa gembira, wajahnya yang berkeriput itu merekah sumringah melihat Irianna yang sudah berpakaian rapih menanti dirinya. "Anda setuju untuk berangkat, Nona?"
Irianna mengangguk. Sekali lagi ia berbalik untuk memeluk Lucas, Fixie dan Stacy, mengucapkan salam perpisahan pada mereka untuk terakhir kalinya. Ini terasa berat, tapi Irianna sudah bertekad. Perlahan tapi pasti, keluarga mereka akan hidup lebih baik.
Setelah Irianna berpamitan pada ketiga adiknya. Ia pun keluar rumah menyusul Sereniti yang berpindah dengan teleportasi —Sereniti menyebutnya apparate— ke halaman rumah dan dalam sekejap sudah duduk di bangku taman, menyapa Irianna dari bawah sana dan menunggunya untuk turun.
Irianna terkesima. Teleportasi adalah metode berpindah tempat yang sangat keren, begitu cepat dan efisien. Ia hampir saja menjatuhkan rahang karena terkejut melihat kemampuan Sereniti.
"Kau adalah House Elf paling menakjubkan yang pernah aku lihat, Sereniti!" pujinya. Ia menatap sang peri rumah dengan sejuta binar diwajahnya seolah ia baru saja melihat harta karun berharga, anak itu masih terkagum-kagum dengan apa yang baru saja ia lihat.
Sereniti terkekeh malu-malu. "Terimakasih, Nona Jhessail. Tak banyak yang mengatakan hal seperti itu kepada ras kami...." ucapnya gembira. Ia meloncat dengan semangat dari bangku taman dan berjalan lebih dulu disusul oleh Irianna. "....ayo, kita berangkat!" ucapnya sambil menuntun jalan.
Mereka pun berjalan menjauhi panti, melewati gang-gang yang gelap dan sepi. Keduanya sengaja memilih jalanan yang tidak ramai agar keberadaan Sereniti terlindung dari manusia biasa ... atau para Muggle, begitulah Sereniti menyebutnya.
Irianna hanya diam sepanjang jalan mengekori Sereniti. Pikirannya tidak fokus karena was-was dengan suasana sekitar. Malam sudah larut dan area kumuh itu terasa mencekam melebihi area pemakaman. Wilayah pinggiran bukanlah tempat teraman di London baik di pagi apalagi di malam hari. Keberadaan Sereniti memang membuat Irianna merasa sedikit aman, tapi tetap saja tak ada yang bisa menjamin keselamatan mereka berdua jika tiba-tiba dicegat penjahat di tengah jalan.
"Anda baik-baik saja, Nona Jhessail?" Sadar akan kegelisahan Irianna, Sereniti menghentikan langkahnya dan berbalik pada anak itu.
"A-ahh, ya ... aku hanya sedikit ... waspada...." Irianna tersenyum canggung sambil terus melihat sekeliling dengan seksama. Kesunyian di tempat ini benar-benar membuat batinnya tak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST BLOOD (Muggleborn)
FanfictionIrianna Jhessail hanyalah seorang anak yatim piatu biasa yang menghabiskan hidupnya di Panti Beltoun bersama orang-orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga. Miss Matilda, sang pemilik panti tiba-tiba jatuh sakit 5 tahun yang lalu. Kehidupan pun s...