22

4 1 0
                                    

"Kenapa aku tidak terkejut ia akan membawa mu?" Sindir Olivia saat kita bertemu di pintu keberangkatan

"Lily dan aku adalah perjanjian satu paket," balas ku tersenyum, "membicarakannya, kau tahu di mana dia?"

"Apa yang akan kau lakukan di sana pula?" Tanyanya tajam, "aku bertaruh kau tidak tahu cara skiing."

"Kau bertaruh benar," aku mengangguk, "aku lebih menyukai kuda daripada ski."

"Kuda?" Cemooh gadis itu, "apa yang gadis miskin seperti mu ketahui tentang kuda?"

"Well, yang terpentingnya, aku tahu cara menungganginya tanpa merusak susunan tulang punggung ku," balas ku santai

"Apa aku mendengar benar?" Gadis yang ku cari muncul di sisi ku, "kau berkuda?"

"Saat aku di NO," balas ku cuek, "sudah tidak lagi sekarang."

"Kenapa tidak?" Lily terlihat penasaran

"Karena aku hanya menyukai satu kuda spesifik," balas ku tertawa, "dan dia sudah dimatikan tahun lalu."

"Itu disayangkan," ia mengerutkan bibirnya

Aku menonton dari jauh bagaimana Olivia menempel pada Ace seperti layaknya bekicot. Aku akui aku tidak tepatnya cemburu, hanya sedikit tersinggung seorang gadis cantik sepertinya dapat menjatuhkan harga dirinya sejauh itu demi seorang laki-laki yang tidak akan pernah membalas perasaannya. Lalu Ace, aku tidak tahu mengapa ia masih mengentertain usaha Olivia, lihat saja saat ini, Ace tidak mendorongnya menjauh saat gadis itu mengaitkan tangannya di lengannya seperti seorang pacar! Ace memberikan gadis itu harapan palsu, dan itu sama sekali tidak baik!

"Apa yang kita tonton?" Duduk seorang gadis di sisi ku

"Maaf?" Balas ku menatapnya bingung

"Kau menatap mereka seperti aku ingin membakar mereka," gadis itu tertawa pelan, "maaf, aku hanya penasaran."

"Hanya kisah cinta bertepuk sebelah tangan lainnya," ucap ku mengangkat bahu

"Yeah, itu menyedihkan," ia mengangguk setuju, "apa kau bersama mereka?"

"Semacam itu," aku mengangguk, "kita sekolah di sekolah yang sama," jelas ku singkat

"Oh, keren," ia kembali mengangguk, "biar ku tebak, gadis itu adalah queen bee sekolah mu?"

"Tepat sekali."

"Dan masuk akal untuk dikatakan, dia sang raja," tebaknya tepat sasaran, "dan itu membuat mu bukan siapa-siapa."

"Yep," aku mengangguk

"Jadi kenapa kau berpergian dengan mereka?"

"Sahabat ku adalah adik dari salah satu anggota kelompok kecil sang queen bee," ucap ku menjelaskan

"Aku tidak yakin apakah itu membuat kalian beruntung atau justru bencana," gadis itu menaruh dagunya di tangan, "aku Ola."

"Jaz," balas ku

Kita membicarakan topik lain setelah itu, kebanyakan tidak penting. Dalam waktu singkat, aku menemukan ternyata Ola tidak ada dalam penerbangan ini untuk tujuan rekreasi seperti kita, dia sekolah di sana, atau lebih tepatnya akan sekolah di sana. Aku bertanya apakah itu pilihannya dan aku dibalas dengan tawa, jadi aku berasumsi jawabannya adalah tidak dan ia dikirim ke sana sebagai hukuman. Aku rasa itu yang kau lakukan pada anak mu yang nakal saat kau kaya raya, mengirim mereka ke sekolah privat di Swiss, karena itu adalah sebuah hukuman yang sangat keras. Jujur aku tidak melihat di mana logikanya, tapi lagi, aku tidak kaya raya, mungkin karena itulah aku tidak mengerti konsep logikanya.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang