23

5 0 0
                                    

Kalau mereka bisa membeli seluruh 8 kursi kelas pertama di penerbangan nonstop, menyewa villa di Swiss bukan tepatnya sebuah fakta mengejutkan.

Lily memberitahu ku kalau orang tuanya saat ini juga berada di Swiss bersama dengan teman-teman sosialitanya, hanya saja saat ini mereka menginap di sisi lain pegunungan dan memiliki rencana perjalanan yang lebih jetset dibandingkan kita remaja, jadi kita tidak perlu khawatir bertemu dengan mereka. Lily juga memberitahu ku kalau ibunya Ace dulu memiliki villa di sini, tapi lalu dijual karena Ace menemukan Simon menggunakan villa tersebut untuk menyelingkuhi ibunya kapanpun Simon mengatakan ia sedang melakukan "perjalanan bisnis" ke lokasi tambang.

"Sekarang kita sudah sampai di sini, apa yang sebaiknya kita lakukan?" Tanya ku pada Lily

"Aku, akan mencoba jacuzzi di halaman belakang, sementara kau, kau silahkan lakukan apapun yang kau inginkan."

"Oh wow, kau sudah mendapatkan pasangan, huh?" Lily membalas dengan seringaian, "bagaimana tepatnya kau melakukan itu?"

"Ada aplikasi yang bernama Bumble, mungkin kau pernah mendengarnya?" Balas Lily jahil

"Baiklah, selamat bersenang-senang," ucap ku, "aku rasa aku akan menyesatkan diri ku kalau begitu."

"Apapun yang kau mau, tapi ingat besok kita berangkat jam 8 ke ski lodge, okay?" Ucap Lily serius

"Jangan khawatir," ucap ku mengangguk, "aku akan ada di sini kecuali malam ini aku diculik."

"Tidak lucu," Lily menggelengkan kepalanya sebelum berjalan meninggalkan ku

Merasa sudah istirahat banyak di pesawat sebelumnya, aku memiliki banyak energi untuk dibuang, karena itu, bahkan saat saat ini sudah jam 10 malam, aku tetap mengambil jaket ku dan berjalan keluar villa. Aku tidak tahu kemana yang lain pergi setelah kita sampai dan memilih kamar, mereka menghilang begitu saja. Mereka kemungkinan juga pergi keluar dan menikmati malam pertama mereka di Swiss sepenuhnya karena aku mendengar usia legal konsumsi bir di sini adalah 16 tahun. Luar biasa, bukan?

"Aku rasa ini takdir!"

Aku tidak bisa menahan keterkejutan ku, "Ola!"

"Hai," ia menyeringai lebar, "ini sungguh luar biasa!"

"Tidak kah kau mengatakan kau akan tinggal di asrama?" Tanya ku penasaran, "ini adalah wilayah turis.."

"Well, secara teknis, aku tidak harus melapor ke asrama sampai besok siang," ia mengangkat bahunya, "anyways, kau mau bersenang-senang gaya Swiss?"

"Apa tepatnya gaya Swiss itu?" Tanya ku ragu

"Kau tidak akan menyesalinya, Jaz," ucapnya yakin, "aku berjanji!"

"Okay," putus ku cepat, "aku semua tentang mengambil lompatan iman akhir-akhir ini,"

"Luar biasa!" Ola terlihat begitu bersemangat, dia menarik ku masuk ke dalam satu bangunan beberapa langkah dari posisi kita sebelumnya, "ku harap kau bukan light weight, karena kita memiliki banyak pub untuk didatangi!"

"Oh, kita melakukannya pub crawls!" Ucap ku semangat, "aku dari New Orleans, dan hanya itu yang akan aku katakan."

"Fuck, alkohol sudah menjadi darah mu kalau begitu!" Ola mengambil 2 gelas dari meja bar, menyodorkan satu pada ku, "hit it!"

Kita keluar masuk pub seperti pergi ke toko kelontong, tanpa beban. Sekitar pada pub ke-6 atau 7, kita bertemu dengan Chilli, yang sudah terlihat agak mabuk, jadi mereka tidak begitu mengenali ku. Jujur, aku tidak akan menyadari kehadiran mereka kalau saja Ola tidak menunjukkannya pada ku. Jadi karena sekarang aku sudah menemukan mereka, misteri kepergian milik satu kelompok sudah terpecahkan, aku pikir aku tidak perlu melakukan yang sama untuk kelompok yang kedua, karena aku yakin, mereka juga akan berada di salah satu dari pub di sini.

Life As Of All The What IfsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang