Hari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun ada sedikit ketegangan yang mengalir di antara Aliza, Aulia, Dikri, dan Reyhan, hidup mereka terus berlanjut dengan segala dinamika yang ada. Aliza merasa ada yang mengganjal di hatinya. Setiap kali ia bertemu dengan Aulia, ia bisa merasakan ada luka yang belum benar-benar sembuh di antara mereka. Namun, mereka berdua sudah berusaha sebaik mungkin untuk membangun kembali persahabatan yang sempat retak. Meskipun sulit, mereka berdua tahu bahwa persahabatan adalah hal yang lebih penting daripada perasaan sesaat yang datang dan pergi.Hari itu, seperti biasa, Aliza duduk di bangkunya, menatap jendela kelas yang terhubung dengan pemandangan taman sekolah. Hatinya dipenuhi dengan keraguan yang terus menggelayuti. Perasaan terhadap Dikri masih ada, namun ada satu hal yang terus membuatnya berpikir: perasaan terhadap Reyhan.
Tiba-tiba, suara lembut Aulia mengganggu lamunannya. "Za, kamu lagi mikirin apa? Jangan terlalu tenggelam dalam perasaanmu, nanti malah makin bingung."
Aliza tersenyum tipis, mengalihkan pandangannya ke Aulia yang duduk di sampingnya. "Aku cuma mikirin semua yang terjadi belakangan ini, Lia. Rasanya seperti ada dua dunia yang berseberangan dalam diri aku."
Aulia mengangguk paham, matanya menatap Aliza dengan perhatian yang mendalam. "Aku ngerti, Za. Cinta itu nggak semudah yang kita bayangkan. Aku juga bingung sama perasaanku sendiri."
Aliza menatap Aulia dengan tatapan bingung. "Maksud kamu?"
Aulia menghela napas panjang. "Aku... aku juga mulai merasa sesuatu terhadap Reyhan. Tapi aku tahu, kamu juga punya perasaan yang sama. Itu bikin aku ragu, Za."
Aliza terdiam. Kata-kata Aulia seperti pisau yang menancap di hatinya. Semua perasaan yang selama ini terpendam seolah meledak begitu saja. Tentu saja, Aulia dan Reyhan saling tertarik satu sama lain. Dan di sisi lain, Aliza juga tak bisa menyangkal perasaannya yang semakin kuat terhadap Reyhan. Keadaan ini makin rumit.
"Aku nggak tahu harus gimana, Lia," ucap Aliza akhirnya. "Aku nggak mau kehilangan persahabatan kita, tapi aku juga nggak mau menahan perasaan ini lebih lama lagi. Rasanya seperti terjebak di antara dua pilihan yang tak mudah."
Aulia menunduk, melipat tangannya di atas meja. "Aku juga ngerasain hal yang sama, Za. Aku nggak mau kita saling menyakiti, tapi aku nggak bisa mengabaikan perasaan ini juga. Mungkin kita harus ngomong sama Reyhan tentang ini, biar semuanya lebih jelas."
Aliza mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih terasa berat. "Aku rasa itu yang terbaik, Lia. Kita nggak bisa terus-terusan menghindar dari kenyataan."
Setelah percakapan itu, keduanya sepakat untuk berbicara dengan Reyhan. Namun, Aliza tahu bahwa percakapan itu bukanlah hal yang mudah. Setiap kata yang akan diucapkan bisa mengubah segalanya. Apakah mereka akan bisa menjaga persahabatan mereka, atau justru akan saling melukai satu sama lain?
Beberapa jam kemudian, mereka bertiga—Aulia, Aliza, dan Reyhan—bertemu di taman sekolah setelah pelajaran selesai. Suasana terasa tegang, dan Aliza bisa merasakan ketegangan yang ada di antara mereka. Reyhan berdiri di depan mereka, tatapannya penuh pertanyaan, namun juga ada harapan di baliknya.
"Ada apa, kalian berdua?" tanya Reyhan dengan nada sedikit cemas, namun tetap berusaha tampak tenang.
Aulia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Rey, kita... kita harus ngomong tentang perasaan kita, tentang apa yang selama ini terjadi. Kita nggak bisa terus-terusan menghindar."
Aliza mengangguk pelan, merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. "Aku nggak tahu harus gimana, Rey. Aku juga bingung dengan perasaanku sendiri. Aku nggak mau menyakiti siapa pun di sini, tapi aku juga nggak bisa terus menahan perasaan ini."
Reyhan terdiam sejenak, menatap kedua gadis itu dengan mata yang penuh pengertian. "Aku juga merasakannya, Za. Aku nggak bisa memaksakan diri untuk nggak merasa sesuatu, tapi aku juga nggak ingin mempersulit keadaan."
Aulia menatap Reyhan dengan serius. "Aku nggak ingin kita semua terjebak dalam kebingungan ini. Aku tahu, kamu juga punya perasaan terhadap Aliza. Jadi, kita harus jujur sama diri kita sendiri dan satu sama lain."
Reyhan menunduk, memikirkan setiap kata yang baru saja diucapkan oleh Aulia dan Aliza. Ia tahu, ini bukan hanya tentang memilih antara Aulia dan Aliza. Ini lebih tentang menghargai perasaan masing-masing, dan tidak membuat satu di antara mereka merasa terluka.
Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, Reyhan mengangkat kepala, menatap Aliza dengan tatapan penuh kebingungan. "Aku... aku nggak tahu harus berkata apa. Aku merasa bersalah karena mungkin aku udah buat kalian berdua bingung. Tapi, aku akan memilih untuk nggak buru-buru mengambil keputusan. Aku rasa kita semua butuh waktu untuk berpikir."
Aliza menghela napas, merasa sedikit lega mendengar jawaban Reyhan. "Mungkin kamu benar, Rey. Kita memang butuh waktu untuk merenung dan mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan."
Aulia menatap keduanya, kemudian tersenyum kecil. "Yang penting, kita bisa jujur pada diri kita sendiri, kan?"
Aliza dan Reyhan mengangguk serentak, menyadari bahwa meskipun jalan yang mereka pilih tidak akan mudah, mereka akan menjalani perjalanan ini dengan hati yang terbuka. Tidak ada yang bisa memaksakan perasaan, namun mereka akan berusaha untuk saling menghargai dan menghormati keputusan masing-masing.
Dengan begitu, mereka bertiga memutuskan untuk memberikan waktu pada diri mereka sendiri, dan untuk sementara, melepaskan beban yang ada. Mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, namun yang terpenting adalah kejujuran dan persahabatan yang tetap terjaga.
Dengan langkah yang penuh keraguan namun juga harapan, mereka masing-masing melangkah pergi. Cinta dan persahabatan telah menguji mereka, namun jalan menuju kebahagiaan hanya bisa ditemukan melalui pemahaman dan penerimaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/306048324-288-k251153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tak Terucap [END]
Teen FictionCerita ini mengisahkan perjalanan emosional Aliza El Assegaf, seorang gadis remaja yang terjebak dalam konflik cinta segitiga dengan sahabat terbaiknya, Aulia Steffani, dan dua cowok yang mengisi hari-harinya, Reyhan dan Dikri. Persahabatan mereka y...