B121

28 10 1
                                    

Sekarat

"Perhatian untuk seluruh peserta lomba antar kelas untuk berkumpul di tengah lapangan."

Suara dari pengeras suara menggelegar di lapangan, para murid yang baru saja bersantai setelah membuat tenda harus memaksakan tubuh mereka untuk berjalan menuju tengah lapangan.

Yudan yang sedang santai berbaring di atas rumput hijau karena enggan masuk ke dalam tenda neraka duniawi dengan bantal kepala yang terbuat dari buku Fisika tebal milik Ciko berdecak tak suka. "Apaan sih, baru juga nyaman udah dipanggil aja. Kalian ke sana aja, gue malas gerak."

"Nanti mereka liat lu, pasti lu bakal ditanyain ini itu." Doni setengah membujuk Yudan untuk sedikit rajin.

Heri menepuk bahu Doni, dia berbicara dengan nada yang dapat diandalkan. "Tenang aja, kalau mereka nanya keadaan lu, gue bantu cariin lu alasan."

"Nah pintar, kadang lu dapat diandalkan juga." Yudan mengangguk asal dan kembali menutup matanya dengan nyaman menikmati angin sepoi-sepoi melewatinya.

Suara di pengeras suara sudah mendesak sehingga mereka semua meninggalkan Yudan yang masih menikmati kehidupan menuju lapangan.

"Yud, bantal kepalamu pakai tas aja." Ciko ingin pergi tetapi berhenti sejenak untuk mengambil tasnya menyerahkannya kepada Yudan.

Yudan memutar matanya, mengganti buku fisika yang tebal menjadi tas sekolah Ciko sebagai bantal. "Pinjam bukunya aja pelit bangat," gumamnya tidak puas.

"Buku keras, tas lebih empuk, ada banyak pakaian di dalam." Ciko berbicara beberapa saat sebelum menyusul yang lainnya ke tengah lapangan.

Setelah mendengar penjelasan Ciko, Yudan mengakui bahwa tidurnya memang lebih nyaman dengan menggunakan tas sebagai bantal. Dengan begitu dia memaafkan Ciko.

Dia baru saja menutup matanya lagi, namun dua orang dengan rompi yang kapelan datang menghampirinya.

Yudan membuka matanya tidak sabar, melihat tanda tambah warna merah di bagian dada kiri rompi mereka. Matanya yang penuh kejengkelan seolah bertanya kepada dua orang itu datang alasan menghampirinya dan mengganggu tidurnya.

Salah satu dari orang yang tidak dikenal itu berbicara, "Ayo kami akan mengantarmu ke tenda induk."

"Ngapain?" tanya Yudan mencoba menghindar dari tangan yang terulur ke arahnya.

Satu lainnya yang juga orang yang tidak dikenal menjawab dengan penuh kasih, "Temanmu mengatakan kamu sekarat sakit perut membutuhkan pertolongan sehingga tidak dapat ikut berkumpul, ayo ikut kami, kami akan memeriksamu dan memberi obat."

"Gila," kata Yudan lugas ketika mendengarnya.

Tak perlu berpikir panjang, ini pasti ulah Heri. Benar saja, dia seharusnya tidak mengandalkan orang tidak waras itu.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang