1. Awal Bermula

1.2K 60 0
                                    

Dengan langkah yang lunglai dan gontai, gadis berseragam SMA yang tengah berjalan tidak sengaja ditubruk- ralat tapi, secara sengaja ditubruk oleh seorang pria yang lebih tua darinya yang sayangnya lagi bahwa pria itu adalah kakaknya sendiri "Maaf" ujar siswi bernama Yera yang hampir seperti bisikan. "Lo punya matakan?! Pakai dong cuman jadi pajangan doang disitu, heh!!". Yera tidak mampu membalas teriakan dari sang kakak, yang mampu ia lakukan adalah menunduk semakin menunduk dan berulang kali mengeluarkan kata maaf dari mulutnya.

Sang kakak pun akhirnya pergi bersamaan dengan deringan telepon dari ponselnya meninggalkan sang adik yang tengah memeluk dirinya sambil mengatakan "tidak apa-apa, lain kali berhati-hatilah kakak kan sangat sibuk" terus mengulangi kalimat itu sembari melanjutkan jalannya menuju kamar. Yera membuka pintu dan kembali menutupnya lalu mengunci hingga mengeluarkan bunyi cetekan sebanyak dua kali, ia merosot ke lantai dan bersender pada pintu sembari memeluk dan memijat kakinya yang pegal akibat berjalan dari sekolah ke rumah.

Uang sakunya habis hanya untuk membayar semua olimpiade yang akan ia ikuti maka dari itu, ia berjalan selama hampir 3 jam non-stop. Hal itu ia lakukan hanya demi sebuah afeksi dari keluarganya yang terus ia harapkan sejak- sejak yang Yera bahkan tidak tahu hingga akhirnya dirinya sangat berkehausan untuk mendapatkan afeksi keluarganya tersebut.

"Aku lelah, kapan ya semua ini selesai? besok? lusa? bulan depan? atau tahun depan? atau selamanya?" lirihnya meratapi harapan bodoh yang ia sadari selama ini. Yera menenggelamkan kepalanya di antara celah kedua kaki dan perutnya. Mengangguk beberapa kali, kelopak mata Yera secara perlahan berkedip sebelum akhirnya tertutup sempurna dan meneteskan air mata terakhir sebelum terpejam.

Tidak apa hanya perlu bertahan sedikit lagi maka kakak dan yang lain- tunggu, aku sudah tertidur cukup lama sepertinya. Ada baiknya aku bangun dan juga aku belum mengganti seragamku. Pikir Yera.

"Eugh... sakit sekali"

Yera, gadis itu merasakan kesakitan pada kepalanya seperti terhantam sesuatu yang keras. "Nona, anda sudah sadar?" Pertanyaan itu mengherankan Yera hingga akhirnya ia membuka matanya secara perlahan dan menemukan segelintir orang-orang yang tidak dikenal. "Ah? iya, saya sudah sadar" jawab Yera yang lebih memilih untuk mengikuti alur yang sedang terjadi.

"Apakah anda merasa pusing? atau semacam sakit yang menyerang kepala anda?" tanya dokter di depannya. "Iya, sakit sekali" jawab Yera seadanya, ia terus berpikir siapa yang membawa dokter kemari dan meletakkannya di tempat tidur, apakah ia mengidap penyakit kepala yang berbahaya? Yera rasa tidak.

Orang-orang tidak dikenal, pakaian yang aneh, hingga tempat yang asing tertangkap di mata Yera namun, ia lebih memilih untuk diam dan menjalani alur yang sedang berjalan saja. Tidak mengusik apapun.

"Akan saya kabari Duke dan Duchess dahulu" ucap seorang wanita berbalut seragam pelayan hitam dan putih pergi keluar dari ruangan yang berisi dari beberapa orang ini. "Maaf nona, saya lalai menjaga anda sebagai ksatria sementara Anda, mohon beri hukuman yang berat untuk saya" ujar seorang pria tegap berbusana yang cukup merumitkan pikiran Yera. "Eum... yah, itu, it-"

"-itu bagian nanti ada hal yang lebih penting untuk diurus dibandingkan hal itu" potong seorang pria paruh baya, Yera menebak jika pria itu adalah Duke yang dipanggil tadi. Apa dia berada di Inggris? Pikir Yera.

Sekelebat ingatan tentang Duke dan Duchess pun terputar di kepala Yera menimbulkan nyeri di seluruh kepalanya.

"Ellera Herill Northen diam kamu!"

"Dasar aib keluarga"

"Kenapa harus ada orang gila di keluargaku!"

"Jangan pernah muncul saat acara teh nanti, Ellera!"

Dan berbagai kalimat kasar dan hina yang terus terputar di kepala Yera dan kenapa ia merasa tidak asing dengan nama itu, Ellera. Benar, nama itu merupakan nama yang menjadi peran antagonis perempuan dalam novel yang pernah ia baca saat ia duduk di bangku kelas 1 SMA.

'Eh? Jangan-jangan... ei~ tidak mungkin seperti di dalam novel-novel' batin Yera. "Ellera!!" seru Duke menyadarkan Yera dalam lamunannya. "Ah iya" sahut Yera pelan yang tersadar menoleh ke arah Duke dan Duchess yang memandangnya penuh amarah. "Segera minta maaf pada Yang Mulia Pangeran Pertama!" Bentak Duke pergi diikuti oleh Duchess. Sementara atmosfer ruangan masih canggung walaupun Duke dan Duchess sudah pergi meninggalkan ruangan. Tidak, tidak bisa begini, ia harus segera beradaptasi dulu lalu mencari tahu apa yang terjadi.

"Yang lain silakan tinggalkan ruangan ini kecuali ksatria di pojok sana!" perintah Yera menunjuk seorang ksatira dengan telunjuk yang diputar-putar, semua orang yang berada di ruangan pergi, tinggallah sang ksatira dan Yera yang masih berada di dalam ruangan. "Hei ksatria, berbaliklah menghadap tembok hingga aku menyuruh berbalik lagi" ksatria itu pun berbalik sesuai perintah yang diberikan oleh Yera.

Yera langsung mencengkeram kedua lengannya memeluk dirinya, ia takut, ia takut, takut akan bentakan Duke tidak bukan hanya dari Duke saja melainkan dari semua orang. Artinya, Yera sangat takut pada bentakan. Badannya bergetar, matanya memerah namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tidak lolos keluar.

Sambil menggigit bibirnya kuat-kuat Yera mengusap kasar kedua matanya dan berekspresi seperti biasa kembali. "Berbaliklah!" perintah Yera kembali. Mata ksatria tersebut langsung tertuju pada bibir Yera yang terluka. "Ceritakanlah se.mu.a tanpa ada ditutupi lagi. Aku ingin mendengarnya."

Memilih untuk mengabaikan luka yang terdapat di bibir Yera, ksatria tersebut pun melaksanakan perintah dari majikannya. "Para bangsawan meledek nona karena kejadian yang nona alami sekarang ini. Banyak dari mereka yang mencemoohkan nona dan berkata bahwa anda tidak pantas berada di sisi Yang Mulia Pangeran Pertama sebagai tunangan pangeran-" ksatria itu menghentikan kalimatnya ketika Yera menyuruhnya berhenti dengan memajukan telapak tangannya.

"Tidak bukan itu, tapi yang ini" tunjuk Yera pada kepalanya yang diperban. "Itu..." Yera mengangguk mendengar ksatria tersebut mulai berbicara sesuai dengan apa yang dia inginkan. Sementara, ksatria tersebut hanya mengherankan kenapa para bangsawan suka sekali memikirkan peristiwa yang membuat mereka jatuh dalam berbagai hal termasuk kesehatan dan reputasi mereka contohnya.

"Saat itu nona mengejar Yang Mulia Pangeran Pertama yang pergi meninggalkan aula istana bersama Lady Elin yang merupakan Putri dari Count Bechter. Kejadian ini bermulai saat Yang Mulia Pangeran Pertama ingin berdansa dengan Lady Elin, karena merasa kesal Anda berusaha mencelekai Lady Elin namun dicegah oleh Yang Mulia, terjadi percecokan antara Yang Mulia dan Anda hingga akhirnya Yang Mulia memutuskan untuk meninggalkan aula istana. Anda mengejar-

"Dimana dirimu ksatria sementaraku?" Potong Yera bertanya. "Itu... tentang hal itu maafkan saya, nona. Saya berada di belakang anda tapi, saya juga ikut bersama nona yang mengejar Yang Mulia, tapi sayangnya saya tertinggal dan kesulitan mengetahui keberadaan nona dan Yang Mulia, maafkan saya" jelas ksatria tersebut sambil menunduk.

"Tidakkah kamu juga mengolokku bersama bangsawan lainnya.

Benar bukan?"

🍃𝑻𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆🍃

🍃𝑻𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Archduke Wants an Antagonist to be His WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang