62.Ditinggal

49 14 0
                                    

Happy Reading
🌱🌱🌱

"DEWI! DIMANA KAMU?!"

Ika dan kelima temannya, yang ikut membantu membereskan acara tahlilan untuk Om Dio saling menukar pandangan.

"Siapa yang datang malem-malem begini, mana sambil teriak-teriak segala." Ujar Fuji yang kini mengikat kerudung pashimina hitamnya.

"Tau, orang bodoh! Ga liat apa lagi keadaan duka begini!" Nita mengumpat merasa jika seseorang yang berteriak itu tidak tau keadaan.

"Kita kedepan aja, Devan sama Tante Dewi usahain jangan denger dulu." Ujar Ika karena mendengar pintu yang diketuk secara kasar.

"KELUAR DEWI!"

"Benci aku sama orang ini." Ujar Septian sambil memutar kunci.

Pintu terbuka, membuat Ika tertegun dengan kedatangan Ibu dari Aira!

Kenapa dia datang dengan kasar begini?

"Tante Khusni?"

Ika menoleh saat Rizky mengatakan itu dengan ekspresi tidak percaya.

"Mana Dewi! Saya butuh dia buat tanggung jawab kondisi anak saya!" Ujarnya yang hendak masuk, namun ditahan oleh Rizky dan Bagas.

Ika menoleh kearah belakang Khusni, dimana ada seorang pria dengan setelan jas dan tiga orang lain yang kepalanya menunduk.

"Tante ga bisa masuk begitu." Ujar Ika yang melihat Khusni bersikukuh untuk masuk.

"Kamu anak kecil! Tidak tau apa-apa." Ujarnya menatap Ika sinis, "Kalian semua menyingkir!" Titahnya melihat Septian, Fuji dan Nita yang ikut menghalangi jalannya.

"Walaupun Tante sahabatnya Tante Dewi, tapi Tante juga harus melihat kondisi saat ini."

Rizky menatap Ika tidak percaya, sejauh apa yang Ika tau?

"Kami hanya ingin meminta pertanggung jawaban atas Aira." Suara berat yang terkesan angkuh membuat Ika menoleh kearah pria itu.

Khusni mendorong Ika, membuat mereka lengah dan berujung wanita itu dapat masuk kedalam diikuti keempat orang dibelakangnya.

"Tahan mereka!" Ujar Rizky cepat.

"DEWI! SINI KAMU!"

Bagas dan Rizky yang hendak menarik tangan Khusni agar keluar terhenti, mendengar langkah kaki.

"Ada apa ini?" Tanya Dewi yang melihat sahabatnya berteriak.

Ika menatap Devan yang ikut turun dari kamarnya dengan tatapan yang dingin.

"Kamu harus tanggung jawab dengan kondisi Aira!" Ujar Khusni dengan menunjuk Dewi.

Dewi menatap heran, "Tanggung jawab karena apa?"

Sementara Ika yang melihat tatapan Devan yang seketika berubah menjadi khawatir, tersenyum tipis dengan tangan kanan mencubit jari kirinya.

"Suami kamu! Sudah tabrak anak aku sampai masuk rumah sakit!"

Dewi yang mendengar suaminya berbuat seperti itu, menghela napas, "Apa buktinya Khusni?"

Khusni maju selangkah, "Kamu pikir sahabat kamu ini bohongin kamu begitu?!"

Dewi menurunkan telunjuk Khusni yang berada didepan wajahnya, "Aku hanya bertanya."

"Mereka saksi mata atas kejadian itu." Tunjuk pria kearah tiga orang, "Dan asal kamu tau? Aira bahkan belum sadarkan diri sejak tadi!"

"Aira? Ira belum sadar Om? Ira terluka apanya Om?"

"Bagian kakinya mengalami keretakan."

"Ira ... Ira di kamar nomor berapa?"

JESIKA [END][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang