Cinta Terlarang Anak dan Suamiku
~ Dia Pertemukan Kita Tuk Saling Mengobati Luka~
“Ya, Bri. Aku nanti bisa panggil kamu kapan saja untuk minta pendapat atau sekedar teman ngobrol, ‘kan?”
“Of course, tentu saja, Mel. Panggil aku kapan saja kamu mau.” Nada suaranya menyiratkan simpati dan menawarkan sebuah ketulusan untukku.
Aku tahu sebenarnya Brian juga belum sembuh dari luka. Kehilangan anak dan istrinya secara tiba-tiba. Sumber kekuatan yang ia miliki, kebahagiaannya, tentu tak semudah itu bisa bangkit dari keterpurukan. Kasihan Brian.
“Thanks, Bri.” Brian manggut-manggut, lalu mengusap-usap bahuku sekali lagi. Seperti ada energi baru yang menyulut jiwaku mendapat dukungan darinya.
“Seandainya saja Reo berselingkuh dengan wanita lain, hamil, lalu menikah. Sudah pasti aku sakit, tapi Ini tak akan seberat ketika yang terjadi Reo dengan anakku. Meski bukan anak kandung. Tapi aku tak pernah merasa dia anak angkat. Belasan tahun, waktu yang sangat lama untuk mengendapkan rasa seolah dia adalah anak kandung. Aku menyayanginya setulus jiwa, Bri. Jadi aku seperti dihujani bertubi-tubi peluru yang melesak masuk menembus jantung. Aku benar-benar goncang.”
“Ya, ya, aku paham. Terlebih saat kamu mendapat musibah, harusnya Reo dan Raya adalah orang-orang pertama yang akan menghiburmu, membantu dalam banyak hal. Dan dalam kondisi seperti ini, sudah pasti jadinya kamu sendiri menghadapi semuanya. Kamu sangat-sangat butuh didampingi, Amel.”
Mendengar ucapannya, satu-satu air mata sudah lolos dari pipi.
“Tiba-tiba aku jadi bersyukur bisa secepatnya berada di sini, Mel. Aku akan bantu kamu, jika memang kamu memerlukanku. Semoga aku bisa jadi teman yang berguna.”
“Thanks, Bri.”
Hanya itu sekali lagi kata-kata yang keluar dari bibirku. Namun ada sedikit kelegaan mendengarnya begitu welcome dan simpati.
Aku tahu siapa Brian, lelaki yang dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Meskipun ia tinggal lama di Eropa, ia sangat menjaga nilai-nilai ketimurannya. Ia soleh, cerdas, hangat, lucu.
Meskipun ada satu yang membuatku pernah salah mengartikannya. Ia tak orang yang tak terbuka masalah perasaan. Kita akan sulit menebak isi hatinya, meskipun ia terlihat baik-baik saja, kita tak benar-benar tahu bagaimana di dalamnya, sedang sedih atau senang.
Dan itu yang dulu sempat membuatku salah paham. Sehingga hubungan kami makin merenggang, loose contact. Aku akhirnay mengartikannya kami putus. Ya karena begitulah Brian.
Tapi kulihat pada pertemuan terakhir kemarin, ia sudah banyak berubah. Ia mau bercerita banyak hal kepada teman-temannya, kepadaku. Yah, mungkin karena usia, seiring waktu orang akan belajar. Brian sudah jauh lebih baik soal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERLARANG
RomantizmPernahkah kita mendengar kisah cinta luar biasa istri pada suaminya, kasih sayang ibu kepada anak angkatnya? Tapi bagaimana jika terjadi ada cinta terlarang di antaranya? Sanggupkah sang nyonya berjuang mengembalikan rumah tangganya kembali menjadi...