Warning!
Bab ini mengandung unsur kekerasan secara seksual! Jika anda tidak bisa membacanya atau tidak terbiasa maka sebaiknya jangan coba-coba.
(20+) harap bijak..Lagu multimedia : Hope to many - Bruton Music.
Sekali lagi Garuda membiarkan tubuhnya menggerakkan dirinya tanpa berpikir, sewaktu otaknya bisa berpikir jernih, tahu-tahu dia sudah berada di dalam basemen parkiran apartemen Arumi. Ponselnya tergeletak di dekatnya. Lalu terdengar suara ketukan dari luar. Menolehkan kepala ke sisi kiri, Arumi sudah berdiri di luar pintu mobil. Mengenakan mantel berbulu tebal warna coklat tua dan menutupi seluruh tubuh mungilnya.Garuda mendesah berat, membuka kunci otomatis kemudian perempuan tersebut segera melesat masuk.
"Kenapa bicara seperti itu di telpon?" tanya Arumi.
Suaranya serak, bibir tebal seksinya dipoles oleh pewarna merah muda, tampak basah sekaligus menggoda.
Setelah kabut menghilang dari dalam kepalanya, barulah Garuda ingat. Kalau dirinya habis menelpon Arumi saat dalam perjalanan pulang dari rumah Vanda menuju tempat ini.
"Astaga, Ga, kenapa wajahmu. Kamu berantem sama siapa lagi". Wanita itu merangsek maju. Kedua lengannya terulur. Mencoba menyentuh wajah Garuda.
Akan tetapi lelaki bermata biru tersebut urun untuk disentuh. Gerakan refleksnya mundur ke belakang membuat Arumi terkesiap kaget. Kedua alisnya melengkung naik.
"Ga?".
"Aku serius Rum. Aku mau berobat. Dan kuharap kamu juga".
Kedua tangan Arumi turun, melipat kedua tangannya depan tubuh. Satu daun telinganya bergerak-gerak. Wajahnya berkerut sementara kedua retina membulat seakan mencoba mencari tahu isi pikiran Garuda.
"Kamu sakit apa?" tanyanya datar. Tapi sorot matanya memancarkan sindiran
Garuda memberikan reaksi hiperbola. "Come on, kamu tahu maksudku".
"Aku nggak paham" kata Arumi polos. Tapi matanya berkata lain.
Garuda mendesah gusar. Memajukan bahu dia berkata. "Rum, apa kamu nggak capek hidup kayak gini terus-terusan? Kamu sudah punya suami tapi masih main dibelakang ku. Lalu soal kebiasaan kita berhubungan intim..."
"Kenapa memangnya dengan cara kita berhubungan seks. Setiap orang punya preferensi berbeda. Toh selama ini aku nggak protes dan selalu setuju pada setiap caramu di atas ranjang" potong Arumi ketus. Air mukanya berubah kecewa. "Lagipula kenapa kamu baru membahas soal ini sekarang? Ke mana kamu yang dulu sewaktu aku ngajak kamu ke dokter bersama? Kamu bilang semua itu nggak perlu karena ini jati diri kita kan".
Kata-kata Arumi adalah lesatan panah berujung racun yang menembus tepat di jantung Garuda. Dia teringat momen di masa lalu, saat keduanya masih berkuliah. Ada masa sewaktu gadis itu merasa lelah atas hubungan mereka, dia ingin agar mereka berubah serta meminta Garuda agar ikut dengannya pergi ke psikiater. Akan tetapi Garuda saat itu masih amat bebal, dia menolak semua saran positif Arumi, bahkan menjerumuskan keduanya ke dalam lubang gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] The Beauty In The Dark : (#01. The Darkness Heart Series).
Romantizm(20+) [Harap follow dulu sebelum membaca ya] ⚠️: Mature contain. Obsessive. Posesive story plot. With Dark mature scene. Please be wise. #01. Rank in Ballad. #04. Rank in Profesi. #07. Rank in Suspense. 💔💔💔💔💔 Raninda, Garuda dan Elang. Tiga an...