4.

33 22 101
                                    

Bulan bersinar dengan indahnya, tidak lupa dengan bintang-bintang yang menjadi teman malam. Kini dua insan tengah beradu kecepatan. Dengan diadakan nya taruhan akan semakin memperkeruh suasana.

Menyalip satu sama lain, beradu kecepatan dan untuk membuktikan siapa yang akan tunduk malam ini. Menancapkan gas, kemala berhasil menyalip sang lawan, tapi tentu saja sang lawan tidak akan membiarkannya menang begitu saja.

Ia juga ikut mempercepat kendaraan nya. Berhasil menyalip Kemala, dengan menambah kecepatan ia akan segera menang. Namun naas, kemenangan itu bukan jatuh padanya melainkan pada sang lawan, Kemala. Ia berhasil melawan ketua Omorfos.

Suatu ketidak mungkin-nan seorang ketua Omorfos bisa di kalahkan dengan begitu mudahnya. Kemala, dia lah orang yang berhasil menaklukan ketua Omorfos pada malam itu.
Kini Kemala telah berada di area garis finish.

Banyak ucapan tidak menyangka jika ia bisa mengalahkan ketua Omorfos. Turun dari motor, berjalan mendekati Keila dan para penonton. Penonton telah berada di area finish beberapa menit yang lalu.

"Tepati janji lo," ucap Kemala, dirinya masih enggan untuk melepas benda yang menutupi seluruh wajahnya.

"Anjir lo Revan, bisa-bisanya kalah sama orang misterius kek dia."

"Habis sudah reputasi Revan sebagai penakluk sirkuit malaria."

"Menurut gue mending lo diem dah Gio, tapi kalo lo mau di gebukin si repan, gue si ridho-ridho aja."

"Halah ezra mah, ini sebuah kejadian yang amat langkah. Kapan lagi coba, kita lihat bapak ketua kalah?"

"Iye juga, tapi gue gak ikutan kalo lo kena gebuk."

"Tenang aja pukulan dia mah gak seberapa"

"Anjing si gio, gak inget lo, si arka masuk rumah sakit gara-gara pukulan si repan?"

"Eh bacot, ngapain kalian pada ribut? Inget urusan kita belum kelar, enak aja udah bikin kita kalah langsung pergi gitu aja, gak ada ya! Kalian harus tanggung jawab."

"Taik lah, itu urusan lo. Orang tadi Revan jelas-jelas ngomong jangan terlalu berharap," ucap Gio kesal, ia tidak terima jika teman-temannya harus terlibat masalah yang tidak berguna itu.

"Gue hitung sampai tiga, kalo lo pada gak berlutut di hadapan Rafi, terpaksa gue gampar lo pada satu-satu," kini Kemala membuka suara setelah keributan yang dibuat oleh kelompok Omorfos dan Phoenid.

Dengan perasaan terpaksa mereka berlutut dan meminta maaf. Tentu saja mereka tidak terima namun mau bagaimanapun lagi? Meraka juga sudah menyetujui nya sejak awal, meski ada sedikit drama.

"Gue harap kedepannya kalian bisa mengontrol emosi, jangan terlalu percaya dengan orang lain apalagi terhasut oleh perkataan mereka"

Setelah mengucapkan hal itu, Kemala memutuskan untuk pergi. Tidak lupa dengan Aruna, ia sudah memberikannya tanda supaya cepat pergi dari area sirkuit itu.

Malam ini sangat lah panjang, Kemala tidak
akan tau apa yang akan terjadi kedepannya. Tapi ia akan terus berharap jika keberuntungan ada di pihaknya.

"Mal gue rasa si ketua Omorfos tau sama lo deh."

"Ya udah mau gimana lagi? Terserah dia, gua gak ada ururusan," Ucap Kemala, dengan gulungan tembakau yang telah berada di sela-sela tangannya.

"Lo gak mikir, gimana kalo dia tiba-tiba laporin kelakuan lo?"

"Santai aja kali, image gue dimata guru-guru bagus kok, gak kayak tuh bocah. Jadi gue aman, tentunya," tutur Kemala dengan santai. Ia tidak menyadari jika Aruna sedari tadi tengah mencari alasan yang logis. Aruna mengantisipasi jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Eu;noiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang