5.

7 1 0
                                    


Malam akan sempurna dengan adanya bulan dan bintang. Ketika melihat ke arah langit-langit mata kita akan di manjakan oleh keindahan nya. Semua ini tak luput dari kekuasaan Tuhan.

Angin sepoi-sepoi kini berubah menjadi angin kencang, tetapi tak sekencang itu. Cukup untuk memberitahu bahwa saat ini malam akan menjemput fajar nya.

Kedua anak adam dan hawa tengah beradu di area sirkuit malaria. Tempat yang tadinya ia pakai untuk melawan sosok Revan. Dan kini ia tengah beradu dengan nya.

Tidak ingin Image yang selama ini ia jaga, hancur begitu saja. Kemala pun menerima tantangan sekaligus tawarannya.
Tentang hadiah untuk seorang pemenang, membuat Mala bergidik ngeri. Pasalnya Revan tidak main-main dalam perkataan nya.

Revan sangat terkenal di kalangan anak populer lainnya, jika ditanya seberapa populer seorang Revan, itu tidak akan muat jika diceritakan di naskah ini. Yang pasti seluruh penduduk sekolah pasti mengetahui sosok Revan.

Bukan hanya itu, anak murid sekolah lain pasti akan menjawab sama ketika hendak di tanya mengenal Revan atau tidak. Dan mereka pasti akan menjawab 'iya'. Se terkenal itu? Iya dia se terkenal itu.

Tidak tau ia terkenal karena apa. Disekolah dia adalah murid brandal yang sering menjadi korban guru-guru terlebih lagi guru BK.
Lagi-lagi Kemala hanya mengandalkan motor temannya itu. Ia tidak membawa motor andalannya. Sebelum nya tidak ada niatan untuk bertanding seperti ini.

Beda hal nya dengan Revan, ia datang dengan motor yang berbeda. Yang Kemala percaya bahwa itu adalah milik nya.
Inti dari pertandingan ini adalah, Kemala harus memenangkan nya.

Bukan karena ia menginginkan harta Revan atau sebagainya. Ini lebih penting dari yang terpenting. Revan harus menutupi dan tidak membocorkan semua perilaku buruk Kemala.

Mungkin bagi Revan itu sangat lah mudah. Tapi tidak dengan Kemala. Jika ia kalah, maka ia harus rela menjadi pacar dari seorang Revan Dinata Adiguna.

Bagaimana ketika orang-orang sekolah ataupun orang luar sekolah melihat nya. Jika seorang anak teladan berpacaran dengan anak berandalan sekolah? Ntah apa yang akan di pikirkan oleh meraka.

Selang sebelum meraka memasuki arena, atau lebih tepatnya di tempat Revan memergoki Mala dan Runa. Meraka membuat kesepakatan yang telah di setujui oleh keduanya.

"Lo menang, gue kasih semua yang lo mau, dan jika gue menang, lo harus jadi pacar gue, gimana deal?"

"Oke, deal," ucap Kemala dengan mantap. Mereka bersalaman sebagai tanda bahwa mereka telah menyetujui hal tersebut.
Kemala yang masih memegang gulungan tembakau itu hanya diam saja. Sebelum suara besar Revan menghamburkan pikirannya.

"Bagaimana jika kita tanding dengan satu buah rokok di tangan kita? Selama pertandingan berlangsung kita harus menghirup nya dan setelah sampai finish, rokok itu harus habis."

"Seperti nya menarik, mari kita lakukan."

"Hey hey hey jangan sembarangan kalian, gue gak mau ya di suruh jadi babu kalian kalo ada apa apa."

"lo tinggal megang bendera noh."

"Gak asik kalo pake bendera mendingan pake pistol," ucap Aruna seraya mengeluarkan alat bersenjata itu.

"Tadaaa."

"Lo dapet dari mana?" tanya Revan, ketika Aruna mengeluarkan pistol yang sedari tadi di simpannya.

"Punya bokap lah, ya kali punya gue sendiri."
Percakapan yang tadinya membicarakan tentang kesepakatan berubah menjadi pembahas pistol yang Aruna punya.

Tidak ingin berlama-lama, mereka dengan segera pergi meluncur ke area sirkuit. Dengan Aruna yang di bonceng oleh Kemala.

Dikarenakan mereka berdua pergi dengan menggunakan mobil, alhasil mereka harus boncengan untuk sampai kesana.
Kini keduanya telah berada di garis start, dengan Aruna berdiri tepat di depan keduanya. Ia bertugas untuk memulai pertandingan. Segala persiapan telah disiapkan, serta gulungan tembakau yang telah berada di sela-sela jari keduanya.

Eu;noiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang