Kali ini saya akan menggunakan sudut pandang Juna.
_________________________________________Wajah kami mendekat, hendak berciuman ingin melakukan kegiatan. Namun terdengar suara gaduh di bawah, padahal jelas belum ada pembantu kerja di jam segini. Aku telah mengkoordinasikan dengan para pembantu untuk datang lebih lambat hari ini. Aku beranjak, mungkin terkesan terlalu waspada. Bisa saja itu mertuaku. Tapi biasanya mereka selalu mengabari kami.
"Saya cek dulu kak." Ijinku.
"Ikut," Yana ikut beranjak dari duduknya.
Yana segera meraih bath robenya agar menutupi badannya. Dari lantai dua, aku mengendus bau aneh. Rasanya semakin waspada juga takut. Kami turun ke lantai satu, dan menampaki seorang pria dengan koper berisi.. granat(?)
"Siapa?" Yana meninggikan suaranya.
"Saya," ia membuka masker yang menutupi wajahnya.
"Abi?!" Pekik diriku.
"Sabar, jangan langsung terbawa emosi dong." Ia menyeringai. "Maksud saya kesini adalah.."
Abi melempar-tangkap granat di tangannya. Spontan aku melindungi badan istriku dengan badanku.
"Mau apa?" Tanya Yana dengan sayup.
"Kamu." Jawab Abi.
"Jangan kurang aja-" Yana memelukku dari belakang.
Emosiku teredam, tapi tetap saja aku harus menghentikannya.
"Di seluruh area rumah, baru saja saya tuangkan bensin." Ia menjelaskan dengan nada songongnya.
"Tujuanmu membunuh kami, bukan begitu?" Tanya Yana.
"Tidak." Ia membalikkan badannya, kemudian meraih sebuah korek api. "Asal kamu jadi milik saya."
"Orang gila! Setelah hampir meracuni Juna di kemah saat itu, dengan sengaja memasukkan ikan? Padahal jelas saya sudah suruh tanpa ikan, bukan!?" Yana memojokkan Abi.
"Iya, saya gila karena kamu, Bos Yana~ saya belum puas jika sampai situ saja." Abi menatap tajam wajah Juna. "Pria murahan ini merebut kamu dari saya? Hahaha."
"Siapa yang murahan disini, anj-" Lagi-lagi, Yana memeluk erat diriku. Ia tak memberi kesempatan untuk menghajar Abi.
Abi menatap kami dengan tatapan tak suka, ia mulai menggoreskan korek di bungkusnya, sehingga membuat api kecil.
"Sama seperti Acha, kalau kamu gak bisa jadi milik saya. Maka bukan hanya kamu saja yang akan lenyap, Bos. Tapi suami anda juga~" pria itu melempar api itu ke dekat kami.
Dengan cepat aku mendorong Yana ke belakang dan mengamankan dia. Tanpa kami sadari, di dekat kami ada cairan bensin. Yana terlihat shock. Aku harus membawanya keluar dari rumah ini. Belum sempat aku berlari menyeret Yana. Abi kembali melemparkan sesuatu. Kali ini sebuah granat gas, membuat kami kehilangan pandangan.
"Naik," ucap Yana. "Ke ruang kerja aja."
Kini istriku yang mendahului pergerakan. Kami berlari menuju lokasi. Setelah masuk ruangan, kami segera mengunci pintu dan membuka pintu kaca di balkon. Rencana kami hanya keluar lewat sana. Tapi Abi mendahului kami, aku melihat koper hitam terlempar dari bawah, tepat di depan kami. Menunjukkan sisa 30 detik waktu yang diberikan untuk melarikan diri. Yana tak tau apakah sempat untuk melompat dan menjauhi rumahnya dalam waktu singkat.
"Kamu panggil polisi dan pemadam kebakaran lewat telepon di ruangan kerja, saya mau lempar bomnya dulu." Ucapku.
"No.. please, kakak gamau kehilangan kamu.."
"Saya juga mustahil mau kehilangan kakak untuk yang kedua kali." Tanganku mengelus pipinya, kemudian mengecup keningnya lembut. "Cepat!"
Yana berlari ke dalam ruangan yang mulai dimasuki asap kebakaran. Sedangkan aku berlari membawa bom. Ternyata benar, waktu terlalu cepat berlalu.
5 detik
Aku masih berlari kencang menuju pantai.
4 detik
Yana berbicara tanpa rem untuk menelepon polisi.
3 detik
Segera aku membuang bom itu ke air laut.
2 detik
Aku dan Yana seakan bersamaan berlari menghindari bahaya.
1 detik..
Nit! DUAR!!
Ledakan bom membuat diriku terpental, gelap. Aku tak nampak apapun, rasanya tak berdaya.
"JUNA!" Teriakan terakhir itu membuat dadaku terasa ringan. Suara khas istriku.
Syukurlah ia baik-baik saja. Kalau begitu.. balas budiku.. terbayar, bukan?
Akhirnya kini bisa kupahami. Mencintaimu sepenuh hati, bisa membuatku kehilangan denyut nadi.
-Juna AdhitamaTamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Malesub [END]
Romance⚠️ 1821+ Area. NON LGBT. Takdir mempertemukan femdom dengan seorang lelaki cantik. Timbul keadaan dimana ada balas budi yang harus dituntaskan lelaki itu. Tanpa sadar mereka yang telah jatuh cinta. Sayangnya si lelaki bukanlah seorang masokis sepert...