Hari demi hari telah berganti. Tak terasa kini sudah H-1 Hari Raya Idul Fitri.
Mereka mengemasi barang-barang dan mempersiapkan perlengkapan mereka. Yah, mereka akan segera pulang ke kampung halaman mereka. Mereka memang rindu dengan keluarga mereka. Namun mereka pun tak rela jika berpisah dengan teman-teman kosan.
Bahkan ada yang menjadi murung. Seperti Harsa. Anak kosan yang paling bersemangat ini rupanya menyimpan banyak masa-masa kelam. Jika kalian melihat dari penampilan nya, mungkin anak ini terlihat bahagia. Namun hal itu hanyalah topeng yang ia gunakan untuk menutupi kesedihannya selama ini.
Ia iri dengan teman-teman kosannya yang sering kali berkomunikasi dengan keluarga mereka, menceritakan moment menyenangkan dengan kedua orang tua mereka. Ia benar-benar iri.
Kedua orang tua nya sudah meninggal ketika ia masih berusia 7 tahun karena kecelakaan. Selama ini keluarga satu-satunya yang ia punya hanyalah kakak perempuan. Kakak perempuannya lah yang merawatnya dengan baik, bahkan kakaknya rela tidak kuliah demi bekerja untuk mencukupi kehidupannya dan Harsa. Demi membantu kakaknya, Harsa pun rela membantu kakaknya bekerja ketika pulang sekolah. Harsa dengan kakaknya terpaut 12 tahun.
Harsa mati-matian belajar agar ia mendapat nilai yang tinggi. Dengan nilai yang tinggi, ia mendapatkan beasiswa. Ia sering mendapat beasiswa dengan hasil belajarnya yang giat. Namun ia pun menjadi tak memiliki teman karena kesibukannya, belajar dan bekerja.
Pada saat Harsa berusia 19 tahun, sungguh tak terduga kakaknya menikah dengan seorang lelaki yang kaya. Lelaki tersebut telah merubah kehidupan Harsa dan kakaknya. Akhirnya keinginan untuk kuliah di luar kota pun terwujud. Namun beberapa bulan kemudian kakaknya menyusul kedua orang tuanya lagi-lagi karena kecelakaan.
Hingga akhirnya Harsa memiliki tujuh anak tersesat di kosan, ia tidak lagi kesepian seperti tahun-tahun sebelumnya.
Mengingat hal tersebut, Harsa yang sendirian di kamar berusaha untuk tersenyum. Betapa menyedihkannya hidupnya. Ia mengusap foto dirinya dengan keluarga kecilnya dalam pigura kecil. Semakin lama ia tak bisa menahan air matanya. Mengalir sudah air mata Harsa.
"Harsa kangen kalian hiks. Harsa sekarang udah gede. Bukan anak kecil lagi kayak di foto ini. Kalian kangen nggak sama Harsa? Harsa kangen banget hiks hiks." Gumam Harsa.
"Lu masih ada kita kok, Sa." Kata Cakra yang tahu-tahu sudah duduk di samping Harsa. Ia mengelus punggung Harsa.
"Eh?" Harsa langsung mengelap air matanya.
"Nggak papa nangis aja. Asal lu lega."
"Bang hiks hiks." Harsa memeluk Cakra.
"Bang, gua kangen sama keluarga gua hiks hiks..."
Cakra hanya diam mengelus punggung temannya. Hingga Harsa berhenti menangis dan melepas pelukan mereka.
"Kok udahan? Udah lega?" Tanya Cakra.
Harsa hanya mengangguk.
Cakra tersenyum, "Gua tahu lu rapuh. Gak jarang gua nemuin lu nangis sendirian di kamar. Gua diem aja bukan berarti gak peduli. Tapi nungguin lu cerita ke kita. Ternyata elu nya malah gak cerita."
Harsa terkejut. Ternyata selama ini Cakra memergokinya menangis sendirian?
"Gua udah tahu tentang keluarga lu. Masih inget gak waktu kakak ipar lu dateng, tapi lu masih ada jam kuliah?"
Harsa mengangguk.
"Nah, disitu gua yang kebetulan gak ada jam kuliah, gua tanya ke kakak ipar lu tentang lu. Maaf kalau gak sopan, sampek kepo terlalu dalam. Abis, lu nya gak mau cerita."
Harsa menghela nafas perlahan, "Sans."
"Masih gua doang yang tahu, yang lain pada belum tahu. Eh, ada satu orang lagi yang tahu."
"Siapa?"
"Lu nanti tahu sendiri. Gua ceritain ke orang itu, karena gua tahu kalau orang itu juga nemuin lu nangis sendirian. Gua pengen lu cerita sama kita. Jangan dipendem sendiri, Sa. Kita kan keluarga sesat?"
Harsa tersenyum, "Sa ae lu, Bang. Keluarga sesat."
"Nah gitu dong senyum. Lagian bener kan keluarga sesat? Kan nama genk kita 'Anak tersesat'? Lain kali kalau ada masalah, cerita sama kita. Jangan cuma jadi pendengar cerita dari kita-kita doang. Lu juga butuh cerita."
"Haha iya deh iya."
🌙
Sorenya, sebelum mereka pulang kampung, mereka berkumpul di ruang tengah. Bahkan ada ibu kosan di ruang tersebut.
"Baik, langsung aja. Bentar lagi hari raya. Bila mana Ibu ada salah, baik perkataan atau perbuatan, mohon dimaafkan ya." Kata Ibu kosan.
"Iya, Buk. Batara juga kalau ada salah, Batara mohon maaf."
Diikuti oleh ketujuh temannya.
"Mohon maaf bila selama ini Batara sama temen-temen sering bikin Ibu naik pitam gara-gara sering ngerusakin atau berantakin kosan." Kata Batara.
Ibu kosan tersenyum, "Gak usah dipikirin lagi yang itu. Udah ibu maafin kok. Sekarang Ibu anter sampek di luar. Yuk."
"Eh bentar. Kita foto sama buat video bentar." Kata Batara.
Setelah selesai dengan acara foto dan video, mereka menunggu jemputan di luar kosan. Lebih tepatnya hanya dua anak. Yah, agar pulangnya bisa bareng-bareng. Tak lama kemudian setelah mereka menunggu, Ibnu dan Harsa sudah dijemput keluarganya dan kakak iparnya. Sedangkan Hisyam dan Luki pulang dengan motor mereka. Karena diantara mereka berdelapan, jarak antara kosan dengan rumah, rumah mereka berdua paling dekat. Sementara sisanya naik ke mobil Cakra yang sengaja ia taruh di kosan. Cerita nya mereka nebeng buat pergi ke stasiun. Kalau Cakra, ia pulang sendiri dengan mobilnya.
Ketika mereka mulai berangkat, mereka berdelapan pamit ke Ibu kosan, "Buk, kita pulang dulu..."
"Iya hati-hati... Harsa, jangan lupa tetap senyum..."
🌙
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Ramadhan Kami ✔
Fanfic[Stray Kids] ❝Jadi, cerita ramadhan kami tuh...❞ Hanya tentang keseharian Anak Tersesat di bulan Ramadhan. Start : 03-04-2022 Finish : 03-05-2022