21.

12.1K 896 65
                                    

Jaemin yang sedari tadi tidur karena perutnya sakit pun Jeno ikut menemani, ia mengelus pucuk kepala Jaemin dan mengelus semua bagian tubuh Jaemin. Pria manis itu sudah bangun, dan kini ia tak menemukan Jeno dikamarnya. Ia melihat kearah jendela kamarnya itu sudah malam, gelap. Jaemin pun langsung bangkit dari tidurnya dan keluar mencari kekasihnya itu. Dari arah tangga, ia bisa lihat jika pintu utama terbuka. Ia pun semakin melangkahkan kakinya menuju pintu untuk lihat ada apa disana.

" Maaf kemari malam malam, aku . . aku hanya tidak ada selera dirumah. " ujar Pria manis yang kini sedang duduk di kursi halaman rumah Jeno.

Jeno merangkul pria itu, dan mengusap rambut berwarna coklat itu perlahan. " Its okey, gue ga masalah. Lo bisa dateng kesini kapan aja, njun. "

Renjun, datang kerumah Jeno setelah lamanya Jeno tak melihat pria itu. Pria itu datang dengan wajah yang sangat tak baik, sembab. Jeno memeluk Renjun untuk memberikan pria itu semangat.

" Nikah, ga buruk kok. " ujar Jeno menyemangati Renjun yang terisak disana, ia menangis.

" Tapi, aku ga cinta sama dia Jeno. "

Jeno paham, Jeno sangat paham sama apa yang Renjun rasakan sekarang. Dijodohkan dengan orang yang tidak dekat dan secara tiba tiba langsung menikah? hell, apa yang lebih parah dari tinggal seatap dengan orang asing?

" Guanlin, menurut gue dia baik. Dia juga kayanya pinter bikin lo luluh, gue yakin jun, lo sama dia bakal jatuh cinta nantinya. Tinggal waktunya aja. "

" Gue gamau . . Jeno. "

Ya, Renjun akan dijodohkan dengan Guanlin karena keluarga Renjun dan keluarga Guanlin ternyata sangat dekat.

Jeno mengelus kepala itu, mungkin saja dengan begini bisa menenangkan pria kecil itu. " Cowo yang lo suka, lo udah bilang ke dia? coba lo ungkapin, siapa tau lo ada sedikit rasa lega gitu. "

Renjun masih memeluk Jeno, ia ragu ingin mengungkapkan rasa sukanya atau tidak. Kenapa pula Jeno mengungkit ini? ini tak ada di topik mereka. Renjun sedikit melonggarkan pelukan itu, dan menatap Jeno.

" Jangan kaget, ya? " ujar Renjun pelan.

Jeno mengangguk. " Kalaupun lo suka sama om om juga ga kaget gue. " Jeno tertawa kecil disana.

Renjun tersenyum, tangan kecil itu mulai membelai area dada Jeno. " Jujur, gue suka sama lo Jeno. Tapi lo selalu anggep gue kaya sebatas adek lo doang, gue udah suka sama lo dari lama, cuman lo nya ga sadar atau emang gapeka. "

" Sekarang, kayanya gue udah nyerah Jen. Gue udah dijodohin dan lo yang selalu lihat gue sebagai adek terus. Jujur gue capek cinta sama lo diam diam gini, cuman ya cuman ini yang dapat gue lakuin. Gue juga udah dijodohin sama Guanlin jadi gue nyerah dan ngecoba buat cinta sama dia. "

" Thanks ya Jen? lo udah nemenin gue selama ini, setelah gue nikah sama Guanlin gue harap kita masih kaya biasa ya. Tolong lupain aja rasa gue ke lo, anggep aja ini gue confess walaupun telat. Gue harap kita masih bisa jadi sahabat kaya biasa. "

Jeno hanya diam mencoba memahami ucapan Renjun, jadi selama ini Renjun menyukainya namun ia hanya tutup mata dan mengejar ibunya? Renjun yang melihat Jeno hanya diam, ia pun langsung berujar kembali.

" Boleh gue minta cium? buat terakhir kalinya dan gue minta lo lihat gue sebagai pacar? "

Jeno hanya mengangguk dan mulai memegang pipi bulat Renjun, mereka mulai mendekatkan wajah satu sama lain. Renjun lebih dulu menempelkan bibir mereka, Jeno yang sedikit asing dengan bibir itu mulai melumat pelan.

Tanpa tau ada seseorang yang melihat mereka, dari awal si submissive yang meminta cium dan si dominant yang telah memiliki kekasih menyetujuinya.

Ciuman itu berlangsung cukup lama, Jaemin yang menyaksikan itu dari pintu hanya mampu melihat tanpa menyapa. Ia tak mau melihat pria itu, ia langsung pergi darisana dan mencoba untuk menghilangkan rasa sesak dihatinya. Ia menitihkan air matanya, ia masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu itu agar Jeno tak masuk.

Mother - Nomin | END. [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang