Terbiasa

551 49 3
                                    

So gw bingung kalian mo lanjut apa kagak

Jgn lupa vote~

Johnny bangun dari tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi yang masih ada di dalam kamarnya. Setelah selesai dengan ritualnya, Johnny berjalan menuju kamar anaknya yang berada di seberang kamarnya.

Tok..tok..tok.

"Echan sayang, bangun nak ini sudah pagi" tak ada sahutan dari dalam.

Johnny melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, menunjukan jam setengah 7 pagi. Dengan pelan Johnny membuka pintu kamar Haechan dan berjalan ke arah bocah yang masih tertidur di bawah selimut tebal itu.

"Echan, bangun sayang. Pagi ini kamu harus mendaftar ke sekolah, katanya Echan mau sekolah dan mendapat teman yang banyak. Ayo bangun" bujuk Johnny. Dia sudah terbiasa dengan sifat dan jiwa keibuan sekaligus ayah bagi anaknya.

"Hem, daddy... Tak bisakah satu jam lagi, echan masih mengantuk." katanya.

Johnny tertawa pelan dan membantu anak itu untuk duduk terlebih dahulu, dan Haechan terlihat sedang mengumpulkan nyawanya.

"Huh daddy jahat...!" katanya lucu.

Johnny yang tak tahan mencubit hidung Haechan gemas dan berhasil membuat anak itu bangun sepenuhnya, karena kaget sekaligus sakit.

"Daddy!" kesalnya.

"Hahaha, sudah. Cepat mandi dan pakai baju yng susah daddy sediakan, kita kan mau mendaftar Echan ke sekolah" kata Johnny. Haechan hanya mengangguk malas, sebenarnya dia tak mau sekolah.

💌💌💌

Dalam meja makan, suasana hening dan tak ada yang berani buka suara. Aturan baru yang ditetapkan Johnny sudah Haechan pahami sepertinya, bocah itu tampak menikmati makanan tanpa banyak bicara sedikitpun. Sehabis sarapan, Johnny mengajak Haechan untuk segera berangkat.

"Ayo Echan" Haechan si anak bongsor dan periang itu menyambut tangan daddy nya antusias.

"Ayo belangkat! Ngengg!~" kata Haechan saat berjalan menuju mobil.

Mereka berangkat ke tempat tujuan, dimana kali ini adalah sebuah taman kanak-kanak yang cukup mahal dan besar, tentu saja di sana hanya anak berprestasi sekaligus memiliki banyak uang. Tapi tak dipungkiri untuk anak yang biasa saja masuk juga.

"Wahhh, besar sekali sekolahnya daddy!" kata Haechan kagum.

Johnny tersenyum, dia menyamai tinggi sang anak dan berkata.

"Kamu janji harus berteman dengan anak yang baik dan dapat dipercaya, jangan sampai dipermainkan oleh mereka mengerti nak?" tanya Johnny.

Dia lebih memperingatkan pada anaknya untuk tetap berhati-hati, meskipun dengan anak kecil seumuran.

"Baik kapten, laksanakan!" ucapnya sambil memberi hormat.

Dimata Johnny itu menggemaskan dan memang Haechan itu anak yang pandai jadi dia percaya, Johnny mengelus puncak kepala Haechan dan mencium kening anaknya.

"Kalau begitu, mari ke dalam. Kita daftar dulu untuk sekarang, kalau tak daftar kau tak bisa sekolah nanti" kata Johnny.

Selesai dengan pendaftaran, Haechan merengek minta makan karena dia lapar padahal ini masih belum waktunya makan siang. Tapi ya begitulah dia, anak yang hobinya makan dan makan. Tapi tak pernah membuatnya obesitas berat Haechan memang naik, tapi tak sampai terus menerus.

Surat Untuk EOMMA (JOHNIL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang