Ting-Nong!
Suara itu terdengar sangat menggema memenuhi seluruh penjuru di rumah mewah milik seorang laki - laki. 5 orang yang kebetulan ada di dalam ruang tamu di rumah itu saling melempar pandang. Tidak biasanya orang bisa dengan mudah bertamu di rumah ini.
"Cewe - cewe astral lo itu, gak tau rumah lo kan Chan?" tanya Erland, setahunya selama ia bersahabat dengan Chandra, walaupun laki - laki itu sering menggonta - ganti perempuan, Chandra bukanlah tipe orang yang mengajak gadis - gadis itu ke dalam rumahnya, terlebih lagi bahkan tidak sembarangan orang boleh mengetahui alamat rumahnya
"kagak!, gue gak pernah bawa cewe kerumah"
"yang tau rumah gue ya lo lo pada, eh satu lagi itu sih Adrian. Perkara si Milly mau bundir di rumah gue"
"Ehh gue gak niatan bundir ya, mabok doang gue niatnya" Emilly meralat itu, ia tidak terima jika di katakan sengaja melakukan sebuah percobaan bunuh diri di kediaman laki - laki itu
"Ehh ka Milly, tapi Adrian rutin nanyain lo ke gue. Suka kali dia ke elo, Gue sih setuju aja ya punya ipar kayak dia, walopun orangnya random banget, tapi gue tau dia setia ga kayak mantan lo itu"
Chandra refleks langsung melihat ke arah Sakha yang sudah memasang wajahnya dengan sangat masam. Ia refleks menutup bibirnya mencoba untuk menahan tawanya. Sedangkan Emilly hanya mengkerutkan keningnya, dan memikirkan ucapan kembarannya itu, ah masa sih ?
"Udahhhh.. itu tamu, lumutan di luar, bukain gih"
"bentar coba gue liat dulu siapa yang dateng" Chandra mengambil sebuah remot dan memencet salah satu tombolnya dan mengarahkan remot itu ke sebuah layar besar di ruang tengah itu. Disana mereka dapat melihat seseorang yang mereka kenal sedang menunggu di depan pintu dengan tangan yang ingin memencet bel, namun terlihat masih ragu
"Wahhhhh perdana nihhhhh Lo ketemu Daniel, setelah kejadian baku hantam waktu itu!!" Chandra menggosok - gosokkan tangannya sembari menatap Erland, seperti sedang bersiap untuk menonton pertunjukan
"Lo mah malah ngomporin, temen dakjal emang" Gevan melempar sebuah bantal sofa ke wajah Chandra, membuat laki - laki itu mengaduh kesakitan "bukain sonoooo! Kasian tuh anak di luar"
Chandra melihat Erland dan Emilly sejenak, keduanya terlihat terdiam namun akhirnya mengganggukkan kepalanya "bukain aja, pengen tau gue dia bakal ngomong apa setelah liat gue disini"
Chandra lalu membuka pintu secara manual pintu otomatisnya itu. Memperlihatkan seorang laki - laki berkaos putih berdiri di depan pintu. Chandra tersenyum lalu menepuk pundak sahabatnya itu, dan merangkulnya "kebetulan banget lo dateng, ayo masuk ajaknya"
"OKE GUYS, MUMPUNG UDAH LENGKAP, SELESAIN SEMUA MASALAH SEKARANG, LO PADA MAU NGOMONG APA, TANYA APA, JAWAB APA TERSERAH!!!, LO JUGA NIEL, TERSERAH LO MAU KLARIFIKASI KEK, NANYAK KEK, APA KEK. KELARIN POKOKNYA SEKARANG JUGA!!!"
"WAKTU DAN TEMPAT DI PERSILAHKAN!" Chandra lalu duduk disofa paling tengah, ia mengambil sebuah toples berisi snack. Laki - laki itu duduk bersila sambil menatap ke arah depan layaknya seorang yang sedang menonton di bioskop dengan sekotak popcorn di tangannya.
Tidak ada yang berbicara di ruang tengah itu, semuanya sunyi diam tanpa berkata pada tempat duduknya masing - masing, pandangannya sama - sama menatap laki - laki yang berdiri di tengah itu, terkecuali Emilly yang hanya menunduk.
Daniel merasa sangat canggung di tatap seperti itu oleh teman - temannya, entah kenapa ia merasa seperti di siding saat ini. Tangannya mengepal sebentar, lalu ia menghela nafasnya dengan pelan. Matanya kini tertuju pada Erland sahabat karibnya yang ia pukuli beberapa waktu lalu. Terakhir kali ia melihat wajah laki - laki itu penuh memar bahkan berdarah - darah, namun sekarang bahkan bekas lukanya sudah tidak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Teen FictionKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya