Seorang gadis sudah siap dengan seragam yang melekat ditubuhnya. Alya keluar dari kamar dan mendapati Atha yang tertidur pulas di sofa.
Alya merasa bersalah. Seharusnya ia tidak terus menumpang di apartemen lelaki itu. Ia akan secepatnya pergi dari sini.
Alya memilih menghampiri Atha. Ia menggoyahkan tubuh lelaki itu bermaksud untuk membangunkannya.
"Atha, bangun."
"Atha."
Atha yang terusik dari tidurnya pun menggeliat kecil. Sedetik kemudian lelaki itu membuka matanya dengan perlahan. Yang pertama ia lihat adalah paras cantik dengan pahatan wajah yang sempurna milik Alya.
"Cantik," ucapnya tanpa sadar.
Seketika pipi Alya memerah. Baru kali ini ada yang bilang dirinya cantik. Ah sial! Mimpi apa dirinya semalam, sampai lelaki setampan Atha mengucapkan hal itu untuknya.
Seakan tersadar Atha berdehem pelan. "Jam berapa?"
Alya menatap jam di hpnya. "Jam 6 lebih."
Atha mengangguk paham. "Lo tunggu di sini, jangan berangkat sendiri."
Setelah mengatakan itu Atha berlalu dari sana menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.
Tak berselang lama, lelaki itu keluar dari kamar sebelah dengan seragam yang melekat ditubuhnya. Dua kancing bajunya yang dibiarkan terbuka membuat dada bidangnya sedikit tereskpos. Hal itu mampu membuat Alya terkejut lalu memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
"Itu bajunya dikancingin dulu."
Atha yang paham pun segera mengancingkan kancing bajunya hingga dadanya tak lagi terlihat.
"Udah," ujar Atha polos.
Alya mengangguk. "Ayo."
Atha berjalan keluar dari apartemennya beriringan dengan Alya.
Keduanya mulai menaiki lift untuk sampai ke bawah. Setelahnya keduanya keluar dari gedung apartemen lalu Atha berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya.
"Ayo naik," titah lelaki itu membuat Alya terdiam.
"I-ini gimana cara naiknya?"
Atha terdiam. Melihat rok Alya yang panjang membuatnya kebingungan. Bagaimana jika rok itu sobek? Bukannya apa, motornya ini bukan motor matic melainkan motor ninja.
Atha memilih berlaku dari sana. Tak lama, Atha kembali dengan mobilnya yang memang sengaja ia tempatkan di parkiran gedung apartemen.
Atha membuka kaca mobil. "Mau berdiri terus, hm?"
Alya yang semula terdiam pun segera membuka pintu mobil lalu duduk di samping Atha.
"Atha," panggilnya membuat Atha menoleh seraya berdehem.
"Kenapa kamu baik sama aku?"
Atha tersenyum tipis. "Emang salah berbuat baik sama sesama makhluk ciptaan Tuhan, hm?"
Alya menggeleng. "Gak salah kok, makasih ya kamu udah baik sama Alya."
"Makasih udah nampung beban kayak Alya."
Seketika lelaki itu menghentikan mobilnya ditepi jalan. Hal itu mampu membuat Alya mengernyitkan dahinya heran. "Kok berhenti?"
Atha menatap Alya dingin. "Gak suka gue kalo lo ngomong gitu. Lo bukan beban Alya, lo berharga. Gue bakal jaga lo dari orang-orang yang berniat nyakitin lo, termasuk Jevan."
Alya tertegun. Ia lupa seharusnya kemarin ia tak berbicara di sekolah pada Jevan perihal dirinya yang anak pungut serta Jevan yang hendak merenggut mahkotanya.
Alya menunduk. "K-kamu jangan bilang sama siapa-siapa, ya soal kemarin."
Atha tersenyum hangat. "Gue bukan orang yang kayak gitu. Tenang aja."
Alya menatap Atha teduh. "Makasih."
Atha kembali menjalankan mobilnya menuju sekolah.
"Atha," panggilnya.
"Kenapa, Alya?"
"Jangan panggil lo-gue dong, kenapa gak coba pake aku-kamu. Seenggaknya sama aku kamu pakai aku-kamu."
Atha terdiam sejenak. Sedetik kemudian ia mengangguk seraya tersenyum hangat pada Alya. Not bad!
Alya tersenyum senang. "Makasih Atha, sayang Atha banyak-banyak."
Atha tertegun. Hatinya seketika menghangat kala mendengar hal itu. Entah mengapa ada perasaan senang terbesit dalam hatinya.
"Lo sayang gue?" tanya Atha dengan menggigit bibir bawahnya menahan senyumnya.
Alya mendengkus kesal. "Tuh kan, katanya mau pakai aku-kamu."
Atha tersenyum tipis. "Kamu sayang Atha?"
Alya mengangguk antusias. "Sayang banget loh!"
Atha terkekeh. Entah mengapa kini dadanya berdegup sangat kencang dari biasanya. Lelaki itu kembali memandang fokus ke depan masih dengan dada yang berdegup sangat kencang.
Alya menatap Atha dengan tersenyum hangat. Baginya, setiap berada di dekat Atha, hatinya menghangat dan merasakan nyaman ketika bersama lelaki itu.
***
Jangan jadi silent readers, ya
Voment please?
SPAM NEXT YU!
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA
Fiksi Remaja"Aku berharap kita dapat dipertemukan di kehidupan selanjutnya sebagai sepasang kekasih yang ditakdirkan menua bersama." Kehidupan tidak selamanya bahagia. Terkadang, kesedihan datang menghampiri tanpa diminta. Kamu tidak akan tahu, betapa sedihnya...