BAB 9 | Diam - Diam Perhatian

283 42 2
                                    

Hari ini ada kegiatan besar di SMA Garuda. Sebuah kegiatan untuk menjalin tali silaturahmi antara SMA Garuda dan beberapa SMA dalam Kabupaten. Pagi itu sudah banyak sekali siswa-siswi dari SMA lain yang datang dengan perlengkapan mereka masing-masing.

Kegiatan perlombaan olahraga dan seni. Aza sudah datang sejak pagi buta tadi. Guna untuk mempersiapkan jalannya acara hari itu.

"Buat panitianyakan udah dibagi kemarin, nanti tinggal mencar aja ke titik masing-masing." Ujar salah seorang anak laki-laki yang berkacamata.

"Semuanya diharap paham ya, Aza harap hari ini semua berjalan lancar." Aza tersenyum menyapa seluruh pasang mata yang berada didepannya.

"Tos dulu." Aba-aba laki-laki berkacamata tadi.

"OSIS MPK GARUDA."

"Kehidupan sosial lebih utama!" Sorak semuanya lalu bertepuk tangan dan membubarkan diri untuk bersiap.

Aza berjalan menghampiri sebuah meja dengan tumpukan beberapa dokumen serta absensi setiap sekolah yang datang.

"Biar Hendri bantu ya." Laki-laki berkacamata tadi meraih terlebih dahulu beberapa dokumen yang Aza baru sentuh.

"Eh, nggak usah Hen. Loe urus aja bagian loe."

Hendri tersenyum. "Nggak masalah, biar gue bantu. Lagi pula acara dimulai dua puluh menit lagi, masih lama." Hendri berjalan terlebih dahulu.

Mereka berdua berjalan meninggalkan ruang osis menuju meja dekat pintu masuk, untuk menitipkan dokumen absen setiap sekolah yang datang.

"Gue salut sama loe Za." Hendri memulai pembicaraan lagi.

Aza mendongak, menatap sekilas laki-laki disampingnya. "Kenapa?"

Hendri terkekeh tipis. "Jarang banget ada ketua osis cewek. Kebanyakan cowok."

"Hendri kebanyakan baca novel pasti? Yang kebanyakan osis dingin jatuh cinta sama bad girl." Aza terkekeh setelah menyelesaikan kalimatnya.

Laki-laki itu balas terkekeh. "Bisa aja, tapi ia juga sih haha."

Keduanya tertawa menelusuri koridor.

Deg.

Dua pasang mata saling menangkap lekat satu sama lain. Jantung Aza seakan merosot begitu saja, tawanya bersama Hendri luntur begitu saja. Sedangkan Hendri yang masih berbicara - gadis itu abaikan seketika.

Tatapan mata Rayen seakan tajam menusuk korneanya. Entahlah saat itu Aza takut jika Rayen marah. Tapi bagaimana bisa laki-laki itu marah? Dia bukan siapa-siapa Aza! Bukan siapa-siapa!

"Kenapa Za?" Hendri menyikut perlahan lengan gadis itu.

"Eh, enggak Hen." Aza menyibak rambutnya yang sempat menutupi matanya, langkahnya mendahului Hendri begitu saja.

***

Bugh.

"Awsh."

Bola basket mendarat tepat mengenai kepala Aza yang tengah menjadi panitia perlombaan basket. Gadis itu merintih, kunang-kunang seakan-akan berkeliaran di kepalanya. Hampir saja tubuh itu terjatuh begitu saja.

"Aza."

Rasanya mungkin itu adalah mimpi bagi Aza dalam tidurnya. Tubuh tinggi nan kekar, dingin, dan acuh. Merengkuh tubuh itu yang hampir saja terjatuh. Satu sekolah telah menjadi saksinya, bahkan lapangan dan bola basket pun ikut menjadi saksi. Rayen Bagus Adiputra, dengan gagahnya menggendong tubuh gadis itu. Berlari membelah lautan manusia yang penasaran dan terkejut.

Ruang UKS, tujuan laki-laki itu membawa gadis yang kini lemah. Perlahan Rayen membaringkan tubuh itu dengan penuh ketulusan. Rayen dengan cepat meraih tisu, mengelap darah yang sedikit mengalir dari hidung Aza, mengelap pula noda yang ada penuh dengan kelembutan.

Kamu Milik 'Ku [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang