sixteen
an exciting game
***
"Allan! Di mana kamu bersembunyi?
Keluarlah!"Helia menghela napas kesal setelah dua puluh menit mencari.
Usia gadis itu kini sebelas tahun. Dua tahun sudah berlalu semenjak dia rutin mengunjungi Allan sebagai teman bermainnya.
Helia sedikit mengangkat gaunnya karena berjalan di atas rumput yang belum dipangkas.
Area taman Istana Jersville sangat kacau. Tidak berlebihan jika dibilang hancur.
Lihat saja, air mancur yang kering, batu batanya yang dilapisi cat putih bahkan sudah mengelupas dan kusam, rumput tidak terpangkas, bunga yang layu tidak terurus, dan gazebo yang separuh runtuh.
Menyebalkan.
Dan Allan baru saja masuk ke sini saat bermain petak umpet.
"Allan!" panggil Helia lagi, sedikit berteriak. Kali ini, Helia sudah berani memanggil pangeran keenam—yang sudah diumumkan ke publik—hanya dengan sebutan nama.
Helia meringis ketika rerumputan menggores kakinya.
"Allan, aduh—"
Bruk!
Helia terjatuh ke depan.
Kakinya tadi terjegal karena batu yang tertutup lebatnya rumput, hingga akhirnya Helia jatuh.
"Allan, keluarlah. Ya Tuhan, aku jatuh." Helia berkomat-kamit, menahan kesal. Untung saja Helia tidak terluka akibat lebatnya rumput bisa menahan goresan dan cedera.
"Dasar payah."
Helia siap meledak ketika si pelaku yang mengatakannya payah hanya menatapnya sambil tersenyum geli.
Remaja berusia enam belas tahun itu tampak menawan dengan balutan pakaian semi-formal. Apalagi ditambah perak keabuan yang berantakan di berbagai sudut, dan tinggi tubuh yang semakin jangkung.
"Allan!" Helia memelotot.
Allan terkekeh geli dan mendekat. Dia lalu mengulurkan tangan, membantu Helia bangkit.
"Apa kamu terluka?" tanya Allan.
"Untungnya tidak." Helia menggeleng. "Terima kasih pada rumput yang tidak terpangkas, aku jadi tidak terluka."
"Apa kamu menyindirku sebagai pemilik istana tidak terawatini, hm?"
Helia mengalihkan pandang. "Mana mungkin aku berani padamu, Yang Mulia Pangeran."
"Dasar."
Helia merasakan sentuhan di kepalanya. Tangan Allan yang mengacak rambut hitam Helia hingga berantakan.
"Allan!" seru Helia dengan kesal.
Allan tertawa, lalu berlari menghindari Helia. Helia yang melihat hal tersebut, langsung mengejar Allan di taman yang tidak enak dipandang ini.
"Allan, berhenti!"
"Tidak mau."
Helia menghela napas, menghentikan langkahnya ketika dia merasa tubuhnya memanas dan napasnya memburu.
Ditambah detak jantung yang ketukannya seolah menggila, terkejar. Helia merasa risi. Mungkin dia merasa kalau ketukan ini diperoleh karena dia baru saja berlari.
Diliriknya Allan yang juga sudah berhenti berlari. Dia terlihat tampan, apalagi ketika dia tertimpa cahaya matahari langsung.
Helia jadi ingat ketika Nevada mengatakan padanya bahwa Allan merupakan pribadi yang tidak berperasaan. Helia jadi ingin mematahkan fakta itu di hadapan Nevada sekarang. Sebab, apa yang Helia alami selama dua tahun adalah sebuah perasaan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
END | Look at Me, Your Majesty! [E-book]
Historical FictionAllan Edelbert Teratia adalah raja dari kerajaan Teratia. Dia dikenal sebagai tiran kejam yang mampu memukul mundur ratusan pasukan musuh sendirian dan selalu menyiksa orang dengan sadis. Belum lagi, dia mengambil tahta dengan membunuh seluruh Kelua...