Hits!

1.2K 97 9
                                    


Treeng!!

Treeng!

Suara decitan linggis yang diseret dilantai terdengar ngeri ditelinga siapapun yang mendengarnya. Terlihat beberapa orang dengan baju serba hitam dan wajahnya bertopeng putih sedang berkeliaran disekitar rumah. Mereka bahkan tak segan-segan untuk menghancurkan barang-barang yang ada didepannya.

"Goblok!"

Prang!!

Teriaknya dibarengi benda kaca yang dipukulnya keras. Ia terlihat marah karena tak segera mendapati apa yang dicarinya.

Diruang tersembunyi, ada dua orang yang berbeda lawan jenis sedang mengintip mereka semua. Dari balik lukisan yang dipajang, ternyata mereka menyembunyikan ruang rahasia kecil untuk jaga-jaga guna bersembunyi dari para penjahat. Seperti sekarang ini yang tengah mereka alami.

"Cari sampe ujung! Ku yakin mereka berdua harusnya sedang tidur didalam kamarnya masing-masing!" Ia cukup membentak para bawahannya agar terus mencari. Jika misi kali ini tidak buahkan hasil, sudah tentu bahaya. Mungkin ia tidak seharusnya menyepelekan kedua bocah tengil calon korbannya ini.

"Anak-anak manis, ayah kalian mana? Aku temanya dan ingin bertemu" Ucapnya dengan nada yang seolah merayu anak kecil agar patuh. Tapi mereka berdua tidak sebodoh itu, mereka bukan anak kecil yang luluh hanya diberi sebiji permen yang sekali makan langsung habis.

"Sialan! Apa kalian pikir aku tidak tau jika kalian sembunyi! Keluar jika kau bukan pengecut!" Ancamnya dengan merusak barang didepanya. Ia tidak peduli dengan apa yang telah ia rusak.

"Kakak gak usah takut, Austin disini!" Bisiknya pada seorang gadis cantik yang duduk dipojokan. Ia terlihat gemetaran karena ulah penjahat itu. Austin mendekat mencoba menenangkan sang gadis.

'Semoga Dayna tepat waktu!' Batinya penuh harap. Untuk saat ini, dialah harapan satu-satunya yang Austin punya. Menelpon langsung 911 tidak memungkinkan, karena batu hpnya yang sudah hendak lowbat. Dan kadang 911 suka banyak basa-basi.

"Lukisan ini terlihat sangat mahal, apa perlu kita ambil?" Ujar salah satu penjahat.

"Ambil saja jika kau mau!"

"Baiklah"

Ia mendekat kearah lukisan yang menjadi pintu ruang persembunyian Austin. Lukisan itu bak kaca dijendela. Jadi, jika lukisan itu dicopot, maka ditemukanlah mereka berdua.

"Austin!" Gadis itu meraih kedua tangannya Austin dengan takut. Bibirnya bergetar hebat seakan tau ini semua sia-sia.

"Tenang kak!" Ia masih saja berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Gadis itu nampak hendak berteriak, namun dengan sigap Austin menutup mulutnya dengan tangan.

"Jangan lakukan itu kak! Austin percaya semua akan baik-baik saja!" Bisiknya pada sang gadis yang menangis tanpa suara.

Wiiiiuwwww

Wiiiiuwwww

Tak jauh dari sana, terdengar suara siren polisi mendekat kearah rumah Austin. Perasaan lega pun muncul dihatinya. Itu berarti Dayna tepat waktu. Austin benar-benar bersyukur karena semua penjahat itu langsung hilang setelah mendengar suara polisi datang. Ia pun membawa kakaknya untuk segera keluar dari ruangan tersembunyinya.

"Apa saudara saudari ada yang terluka?" Tanya seorang polisi ketika datang.

"Tidak, pak! Untungnya kami selamat! Tapi mereka menghancurkan rumah orang tuaku, bisakah anda menyelidiki motif apa yang mereka lakukan?" Pinta Austin.

"Tentu saja, kami akan menindak lanjuti kasus ini dengan serius! Sebaiknya anda jangan dulu tinggal di rumah, ini hanya saran saya" Ujar sang polisi.

"Apa kalian menemukan hal mencurigakan?" Tanya polisi yang tadi mengobrol pada polisi lain.

I Became a Mafia Family ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang