01 • Love Rain

495 64 75
                                    

~ Nyatanya, butuh lebih banyak daya untuk terus bersinar ~

•••

"Daf, ciye lo jadi Ketua Kelas lagi! Congrats ya," kata Rendy---pria berwajah tegas dengan ciri khas seragam yang selalu dikeluarkan, gaya anak bad boy masa kini.

"Udah gue bilang, gue nggak mau menjabat lagi. Jangan bilang, lo juga pilih gue?" mata Daffa menyipit curiga.

"Tentu saja, lo ketua kelas paling kompeten yang gue kenal."

"Anjir, teman macam apa lo!"

Mengabaikan Daffa, Rendy mengalihkan fokus pada mie ayam yang sudah terhidang di atas meja.

"Thank's," kata Daffa pada salah seorang pria yang barusaja tiba dengan satu nampan besar dan ikut bergabung di antara mereka berdua.

"Gue juga makasih, Jang." Rendy menimpali.

Pria bernama Ujang itu, mendesis pada dua sahabat laknatnya. "Gue juga heran, sih. Sebenarnya, kenapa gue baik banget dan mau jadi kacung kalian berdua."

"Lakukan dengan ikhlas biar jadi ladang pahala buat lo!" kata Rendy memberi semangat sambil mengusap bahu Ujang, berharap sang sahabat dapat lebih tabah lagi.

"Lain kali, giliran ini anak kalau kata gue," tutur Daffa ikut-ikutan sambil melirik ke arah Rendy.

"Nah, kalau itu gue setuju banget, sih." Ujang mengangguk cepat.

Percakapan tiga sahabat itu berlangsung cukup random, dan selesai saat masing-masing porsi mie ayam di mangkok mereka ludes tidak bersisa.

"Kak Daffa," tegur salah seorang gadis berambut pendek dengan poni tebal.

"Ehh, Elisa."

Sambil tersenyum, gadis itu menunduk sopan pada tiga orag kakak kelasnya. "Aku duluan, Kak," katanya berpamitan, diikuti dengan tiga orang siswi yang menjadi teman dekat Elisa.

Seusai kepergian Elisa, pandangan Rendy dan Ujang langsung tertuju pada Daffa.

"Elisa makin cantik, ya. Tuh, anak juga potong rambut kelihatannya lebih fresh dan lucu," puji Rendy sesuai pendapat pribadinya. "Kalau, setelah putus biasanya mantan emang lebih glow up," tambahnya.

"Gue heran sama lo, Daf. Dulu kata lo, Elisa itu yang paling mendekati tipe ideal lo. Tapi kenapa pas udah pacaran dan dapat cewek sebaik itu malah lo putusin?"

Daffa menyeruput air mineral botol perlahan. "Elisa terlalu baik buat gue, yang you know lah ... selain itu, gue dan Elisa juga kurang cocok dalam beberapa hal."

"Emang dasar lo, yaaa!" kesal Rendy.

"Mau heran, tapi Daffa," kata Ujang bangkit dari kursinya, meraih nampan merah untuk dikembalikan pada ibu kantin.

•••

Daffa bergeges meraih ponselnya.

Papa.
Daf, jangan lupa
ke rumah sakit buat
jenguk adik kamu.
Mama sudah melahirkan.

Daffa menulis beberapa kata hingga kalimat, lalu menghapusnya. Begitu saja, selama beberapa saat. Hingga, ia menemukan kalimat yang pas.

Daffa.
Iya.

Read.

Pesan itu hanya dibaca saja oleh sang ayah. Daffa sudah menduga itu, setelah menikahi pelacur yang merusak rumah tangga kedua orang tuanya. Hubungan Daffa dan sang ayah merenggang.

Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang