BAB 11 | Pesan Dari Hati

239 39 7
                                    

Song : Ruri Repvblik feat Cynthia Ivana - Pesan Dari Hati

Lagunya pas buat Part ini :)

***

Apakah yang dimaksud dengan Rayen adalah menembak Aza untuk menjadi kekasihnya? Ataukah hanya sekedar omong kosong dan lelucon? Gadis itu berkali-kali mengerjapkan matanya, berharap itu adalah mimpi. Sampai-sampai ia mencubit tangannya dengan sangat keras.

"Aw, sakit!" Rintihnya merasakan panas pada bagian tangan yang ia cubit sendiri. "Bukan mimpi, lalu apa?"

Aza masuk kedalam rumahnya sedikit berlari. Ia ingin segera masuk kedalam kamar dan mengunci kamarnya. Mungkin saja ia akan berteriak meluapkan semua bungahnya.

Setelah menyelesaikan ritual mandi dan makan malam Aza segera memasuki kamarnya, beralasan ingin istirahat. Gadis itu meraih kalung yang ia sembunyikan di bawah bantal.

"Maksud Rayen apa sih?"

Itu bukan pertanyaan melainkan mengalihkan seluruh perasaannya yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Gadis itu meraih ponselnya yang berada diatas nakas.

"Halo Aulia."

Untuk menelepon sahabatnya.

"Aza nggak mungkin bohong Lia."

"Iya bener." Kekeuhnya.

"Gimana?" Bertanya pada Aulia dengan sungguh.

"Yakan Lia pakarnya." Terkekeh.

"Ya sudah." Aza mematikan teleponnya.

Gadis itu membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang nyaman, menatap langit-langit kamar. Sulit baginya malam itu entah apa yang akan ia katakan pada Rayen besok.

***

Pagi seperti biasa Rayen memandang meja Aza yang kosong hanya ada tas miliknya. Kemana manusia itu? Jawabannya ruang osis tentunya. Kali ini Rayen dibuat harap-harap cemas, menanti gadis itu datang kedalam kelasnya. Hingga bel istirahat berbunyi.

"Ray, ke warung simbok Dharmi yo. Udah lama nggak bolos gue." Vero menghampiri Rayen di kelasnya.

Ya, teman yang satu gang dan satu kelas dengan Rayen hanya Desta. Sedangkan Vero ia anak IPS.

"Sama Desta aja. Gue males. Dia di ruang guru." Rayen berjalan meninggalkan Vero.

"Si Kunyuk!"

Rayen berjalan menyusuri koridor menuju ruang osis untuk menemui Aza, dan meminta jawaban. Pas saja saat itu Aza juga keluar dari ruang osis, membuat mereka saling bertatap muka. Namun Aza memilih untuk memalingkan pandangannya berjalan menjauh.

"Aza!" Panggil Rayen.

"Astagfirullah, gimana ini? Aduh. Mampus! Udah pasti tu orang ngejar. Aza belom siap ya Allah." Batinnya seraya mempercepat langkah kakinya.

Namun sayang tangan laki-laki itu lebih dulu menghentikan langkahnya. Membuat Aza menjadi kehilangan keseimbangan dan menubruk dada bidang Rayen.

"Mamaaa! Ja-jantung Aza lepas!" Batinnya menjenjerit.

Rayen berusaha membuat Aza kembali berdiri tegak dan menariknya menuju rooftop. Rayen sudah tahu jika Vero mengajak untuk bolos, pasti seluruh anggota gangnya yang berada di rooftop tidak ada disana sekarang. Sesampainya diatas rooftop, sepi tak ada siapapun hanya ada mereka berdua.

Rayen menatap Aza dalam, kemudian turun pada leher hadis itu dan menghela nafas kasar. "Gue paham keputusan loe."

Laki-laki itu berpaling dari hadapan Aza, berjalan maju melihat bukit belakang sekolah dari ujung rooftop. "Dan mungkin loe mau menertawakan sikap gue kemarin kan? Silakan, gue pantes loe ledek."

Kamu Milik 'Ku [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang