"Ya kamu gimana to dek!"
Bibirnya bersungut-sungut sebal, sementara kerutan dahi yang ekspresinya mirip sang ayah tercetak jelas di wajahnya.
"Yo gak kenapa-napa!"
Mendengar jawaban dengan aksen jawanya yang khas, membuat Haruto mendelik kesal.
"Wes ngaleh! Rasah melu-melu!"
"Ih ngopo to pa? Aku pengen melu ngewangi papi!"
"Halah ngewangi opo, wes kono minggir. Nyusahke"
"Emoooooh!"
Junkyu meringis merasakan pelipisnya berdenyut pusing. Selain pusing melihat keributan, ia juga pusing apa yang sang ayah dan anaknya itu bicarakan.
Sudah delapan tahun menikah dengan Haruto, ia masih belum fasih dan mengerti betul bahasa jawa dimana suaminya itu.
Justru yang pintar dan cepat paham adalah Hikaru. Putrinya yang saat ini sudah berumur delapan tahun, tepat 14 hari kemarin.
"Papiiiiiii tolongin! Sakit woy!"
Tidak tahu harus prihatin atau justru tertawa. Tapi melihat Haruto yang memiting leher Hikaru agaknya membuat Junkyu terhibur.
Meskipun, acara memasaknya saat ini beberapa kali harus tertunda karena keributan keduanya.
"Udah pa, kasian Hikaru wajahnya udah merah banget" tegur Junkyu.
Hikaru mendelik pada Haruto yang mendengus sebal setelah pitingan pada lehernya terlepas.
Kikikan geli dari sang ibu rumah tangga terdengar, mengusap rambut panjang Hikaru yang tergerai bebas dengan penuh kasih sayang.
"Sakit pi, hukum aja si papa" ketus Hikaru memeluk pinggang papinya.
Haruto memutar bola matanya malas lalu sedetik kemudian tersenyum penuh arti yang membuat Junkyu merasa was-was.
"Gak berani papimu begitu. Yang ada papa yang hukum dia dikamar"
Jangan berharap Haruto waras dibook ini.
🍀🍀🍀
Selepas memasak dan sarapan pagi, kini keluarga Watanabe duduk santai didepan rumah mereka yang mirip istana.
Disetiap hari Minggu memang menjadi tradisi seperti itu untuk quality time with family.
Haruto dan Hikaru bahkan jika memiliki jadwal pergi dengan teman ataupun oranglain akan memindahkan rencananya disore hari atau keesokan harinya.
Bukan tanpa alasan mengapa mereka berdua seperti ini. Tentu saja karena kudapan dari papinya tercinta!
"Nih, makannya pelan-pelan. Masih panas"
Demi dewi fortuna, yang dibicarakan akhirnya muncul dengan sepiring kudapan yang dibuat ditambah dengan senyum manis khasnya.
Seperti didalam kartun atau anime, tatapan Haruto dan Hikaru saling melemparkan laser tak kasat mata sarat tak ingin dikalahkan dari pihak lawan.
Sret!
"Itu yang gede punya papa!"
Hikaru tersenyum mengejek. Menggoyangkan tape goreng kesukaannya didepan mata papanya, bermaksud ingin pamer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angry Husband [END] ✓
Fanfiction[SEQUEL : Angry Boyfriend] Membangun rumah tangga itu bukanlah suatu perkara yang mudah. Junkyu tak pernah menyangka jika hubungan mereka bisa sejauh sampai titik ini. Tapi, ia lebih tak menyangka jika Haruto yang dulunya nakal, manja dan cengeng pa...