Happy Reading
🌱🌱🌱Menatap papan mading yang kini penuh dengan lembaran kertas bertanda tangan guru, kedua mata nya bahkan tidak sadar mempelototi setiap huruf disana seakan tidak ingin salah satu nya terlewat.
Kuliah atau kerja?
Kedua hal yang merenggut sebagain besar pikiran Ika saat berada di sekolah. Kedua hal yang membuat Ika merasa bimbang.
Mendengar suara motor yang telah Ika hapal diluar kepala membuatnya memejamkan mata dengan kedua tangan terkepal.
Dan suara beberapa orang yang hanya menilai dari satu sudut pandang akan terdengar, memanaskan suasana yang memang tidak dingin.
"Aira sama Devan cocok ya."
"Gue denger sih, mereka mantan gitu."
"Loh kan Devan cuma tanggung jawab aja, lagian masih pacaran sama Ika ko."
"Aku ga setuju sama mereka."
"Dih, lo liat lebar-lebar gimana Devan natap Aira."
"Tapi, kenapa Ika ga ngambil keputusan."
"Ck! Kalau tu ketos mutusin Devan kentara banget dia ga ngerti posisi cowonya."
"Yeh! Lo sebenernya dukung gimana sih? Mempigkan banget."
"Kasian banget Ka Ika, kenapa ga putusin aja Ka Devan."
"Iya, menurut aku Ka Ika bisa cari yang lebih baik."
Sudah hampir satu bulan, sejak Aira kembali bersekolah. Yang tentunya dengan Devan yang selalu ada disamping Aira yang notabenya kelas XI. Juga sejak itulah sebagian memandang Ika dengan persepsi nya masing-masing.
Ika menatap sekitar yang masih fokus terhadap dua sejoli yang kini berbagi canda tawa, dia melangkah pelan menuju koridor.
Namun sebelum itu, Ika menoleh kearah Devan. Dan kini Ika bisa melihat, jika Devan sedang membenarkan rambut Aira yang sedikit berantakan akibat helm.
Dan Ika tau jika hal yang dia lakukan hanya mencari penyakit sendiri, silahkan hujat dia seperlunya.
"Aku ga bodoh buat ga tau keadaan yang sebenarnya. Bukan pura-pura buta dan tuli buat sesuatu tentang mereka. Tapi, aku seorang yang terlampau biasa. Yang mengharapkan sebuah keajaiban tiba."
***
Ika memakai kacamata khususnya, yang dia sering gunakan jika memakai laptop dalam waktu yang tidak sebentar.
Pagi ini, dia diharuskan mengecek data tentang persiapan kelulusan yang sebentar lagi akan dihadapi. Dimulai dengan anggaran yang tentunya memakan waktu yang lama untuk membuatnya.
Beruntung ada Dina yang sangat membantunya, juga Rayyan yang menawarkan dirinya untuk membantu. Meski memang tidak ada yang gratis, karena Rayyan meminta hostpot dengannya.
Beruntung pagi ini, sepertinya malaikat menempel dengan Ika. Membuatnya berbaik hati memberi hostpot pada kedua orang itu. Tentu Dina tidak akan menyiakan kesempatan ini.
Dan ketika suasana yang hening dan damai itu dibuat hilang begitu Risa, anggota OSIS yang membuka pintu yang Ika tidak tutup rapat dengan kuat.
"Ka Ika!"
"Astagfirulloh Risa! Kamu ini kenapa?"
Risa menggoyangkan bahu Ika kencang, "Urgent Ka! Urgent!"
"Apa?" Ujar Ika melepaskan tangan Risa dari bahu nya.
"Aku bocor Ka."
Risa berbisik, dan menggerakan tangannya kearah bawah. Membuat Ika menatap heran, "Terus, kenapa laporan sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JESIKA [END][COMPLETED]
Teen Fiction[Series Teen Fiction] "Kalau engga baik, bukan Ika namanya." Jesika yang kerap dipanggil Ika, gadis maniak stroberi, penyuka yupi dan barang-barang gemoy. Pemilik gingsul yang menambah kesan manis diwajahnya dengan pipi chubby. Ini kisahnya, memasuk...