Sepulang sekolah, Ruben akhirnya melihat Wenda dan dia langsung mendekatinya tetapi Wenda berjalan pergi menjauh darinya. Ruben langsung mengejarnya, "Kita bisa ngobrol sebentar gak?" tanya Ruben.
"Enggak, gue sibuk," jawab Wenda tanpa memandang Ruben dan terus berjalan menjauh darinya.
Ruben menghela nafas, dia berlari untuk mengejarnya dan meraih pergelangan tangannya, "Gue minta maaf. Kita bisa ngobrol bentar gak?" Ruben memohon.
Wenda akhirnya menatap Ruben dan menghela nafas, "Okay," dia berkata.
Mereka memilih untuk pergi ke cafe dekat sekolah untuk mengobrol. Mereka tetap diam sampai minuman mereka datang.
"Jadi?" Wenda mulai, menatap minumannya.
"Gue mau minta maaf sama lo," Ruben memulai. "Maaf karena gue udah ninggalin lo begitu aja, seharusnya gue gak bereaksi kaya gitu walaupun penjaga villanya Ivan dateng, gue bener-bener minta maaf." Ruben meminta maaf dengan mata memohon.
Wenda menghela nafas, "Gak apa-apa, gue cuman gak nyangka lo bakal langsung pergi kayak gitu," katanya, masih menunduk.
"No, it's not fine, I hurted your pride, I was an ass for doing that. Gue minta maaf ya," ucap Ruben. "Butuh waktu lama bagi gue untuk meminta maaf sama lo karena awalnya gue bingung tapi sekarang gue udah gak bingung lagi," jelasnya.
"I was wondering, are you interested in going on a date with me?" Ruben bertanya dengan hati-hati.
Wenda segera mendongak dan menatapnya, "Ini lo ngajak gue ngedate?" Wenda bertanya tak percaya, ini terasa seperti mimpi.
Ruben mengangguk, "Iya," dia tersenyum melihat reaksi Wenda.
"Ya kalau lo nolak juga gak apa-apa," tambah Ruben.
"Yes, I'll go on a date with you," Wenda menjawab dan akhirnya dia tersenyum.
"Kalau kita pergi ngedate besok malem, lo bisa gak?" Ruben bertanya.
"Bisa," Wenda tersenyum malu.
Mereka terus mengobrol dan bercanda di cafe hingga sore hari.
-----
Saat itu hari Selasa, Ivan sedang merapikan barang-barangnya setelah sesi tutoring dengan Rossa ketika tiba-tiba Rossa menatapnya dan tersenyum.
"Apa?" tanya Ivan.
Rossa memiringkan kepalanya, "Ingat gak waktu itu lo bilang lo akan mampir ke ruang musik?"
Ivan menghela nafas, "Hmm, vaguely."
Rossa tersenyum, "Lo harus dateng besok! Kita lagi ada audisi talent show untuk non-anggota ekskul musik," katanya.
"Gue tiba-tiba punya seribu hal lain yang harus gue lakuin," kata Ivan.
"Ayolah, lo bilang lo akan melakukannya," Rossa mengerutkan kening.
"Okay, gue akan dateng hanya karena gue udah janji," Ivan akhirnya menyerah.
"You're such a softie," Rossa menggodanya.
"Stop it, lo bakal merusak reputasi keren gue kalau begini," canda Ivan sambil tersenyum.
Rossa langsung tertawa, "Of course, my bad," katanya. "Ruang musik! Besok sepulang sekolah!" Rossa mengingatkannya. "Gue bakal cari lo dan paksa lo kalau lo gak dateng," Rossa mencoba terdengar menakutkan tetapi gagal total, Ivan malah mencubit kedua pipinya.
"You know, I described you as super nice but that seems false now," Ivan tersenyum.
"Gue emang yang paling baik," Rossa memanyunkan bibirnya padanya saat mereka berjalan keluar dari cafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Valedictorian
FanfictionIvan adalah seorang kapten basket yang belakangan ini selalu mendapatkan nilai jelek dalam beberapa pelajaran, jadi dia harus meminta murid ranking 1 yang bernama Ayu untuk mengajarinya agar Ivan bisa mendapatkan nilai yang bagus.