STAINED GLASS
Aresa sedang berjalan di koridor sekolah, dengan tas yang menyampir di bahu kirinya, cowok itu baru saja keluar dari LAB sekolah untuk keperluan pengambilan nilai praktikum yang kemarin tidak sempat ia ikuti. Langkahnya santai namun tegap. Kemeja sekolahnya masih tampak rapi. Satu tangannya menggenggam ponsel dan satu tangannya lagi masuk ke dalam saku celana sekolah. Walaupun terkenal bad boy dan playboy Ares tetap memiliki daya tarik, khususnya untuk kaum hawa.
Walaupun dirinya dan Sena sudah satu rumah nyatanya mereka berdua tidak berangkat dan pulang bersama. Hanya hitungan jari, itu pun harus dengan sedikit paksaan yang sering Ares lakukan. Pagi ini dengan berbagai drama yang terjadi Sena berhasil menolak perintah dari mama nya yang menyuruhnya untuk pergi ke sekolah bersama Ares.
Hal tersebut bukanlah sesuatu yang sulit untuk Sena lakukan, terlebih lagi ia punya seribu alasan agar dirinya tidak pergi berangkat bersama cowok itu.
"Aressssss!" Ares bergeming, ia tidak berhenti sedikit pun. Cowok itu tau siapa perempuan yang berteriak di belakangnya. Debby, gadis yang baru saja menyandang sebagai mantan pacarnya di bulan ini.
Semua orang tau Ares tidak mencintai Debby. Itu sudah menjadi rahasia umum.
"Babe! Kok dipanggil-panggil gak nyaut sih? Gak denger, apa pura-pura gak denger?" tanya Debby yang sibuk bergerutu.
"Ares ih! Stop dulu!" Debby berlari semakin cepat hingga ia saat ini sudah menyamai langkah pemuda itu.
"Kamu kenapa putusin aku tiba-tiba?? Ini pasti gara-gara Sena kan?" tanya Debby curiga.
"Ini gak ada sangkut pautnya sama Sena, harusnya lo yang introspeksi diri." kata Ares membuat Debby cemberut dan mendengkus kesal. Gadis cantik itu menukik kedua alisnya. Hendak protes karena cowok itu menyalahkannya. Namun, tidak bisa. Kata-kata Ares membuatnya diam sejenak untuk berpikir.
"Emang aku ada salah?" tanya Debby.
"Emang aku salah apa?"
"Res, salah aku apa?"
Hening, Ares tetap diam. Pemuda itu malah berjalan lebih cepat dari sebelumnya. "Ih Resss, jawab donggg... " bujuk Debby yang terdengar dibuat-buat.
"Pikir sendiri." jawab Ares akhirnya.
"Ih kok gitu???!"
Ares tidak menjawabnya lagi. Mulutnya tetap tertutup rapat selama berjalan.
"KATANYA KAMU GAK AKAN PERNAH NINGGALIN AKU? MANA COBA BUKTINYA?" ucap Debby membuat Ares berhenti. Pemuda itu menoleh pada cewek itu. Memberi peringatan lewat tatapan mata bahwa ia benar-benar lelah menghadapi gadis itu.
"Jangan teriak, suara lo bikin telinga gue sakit." tegur Ares dengan nada tidak ramah.
"Ya maaf.. Abisnya kamu ngasih jawaban kek begitu mulu. Makanya jawab yang bener," paksa Debby.
Sekarang perempuan itu sedang mengamit lengan Ares membuat cowok itu menoleh lalu menghela napas dan melepaskan tangan Debby darinya.
Perempuan ini benar-benar ya.
Debby sangat agresif dengan Ares.
"Udah bel." kata Ares.
"Terus kenapa?"
"Ya gue mau masuk kelas lah," ketus Ares.
Debby kembali mengerucutkan bibirnya. Gadis itu menoleh ke arah kiri dan kanan. Banyak pasang mata memandang ke arah dirinya dan Ares. Debby terdiam dengan menahan malu. Gadis dengan rambut gelombang itu lantas berjinjit, mendekatkan bibirnya pada telinga Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐭𝐚𝐢𝐧𝐞𝐝 𝐆𝐥𝐚𝐬𝐬' 𝐑𝐨𝐬𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤
Teen FictionPernikahan yang dilakukan oleh kedua orang tua Sena dan Ares, membuat keduanya mau tak mau harus tinggal satu atap, dan Ares sangat mensyukuri karunia itu. • "Air sama minyak itu gak bisa menyatu karena sifat molekulnya yang berbeda. Kayak lo sama...