Winter berjalan cepat dilorong rumah sakit untuk menuju keruangan ayahnya tidak sadarkan diri. Gadis itu mengatur pernafasannya sebelum masuk kedaalam ruangan.
tok tok
dengan lembut Winter mengetuk pintu, dilihatnya ibunya berdiri dengan ekspresi khawatir, kemudian wanita paruh baya itu menghampiri Winter yang masih diluar.
Taeyeon selaku bunda Winter langsung menarik tangan Winter, mengajak anaknya duduk didepan ruangan. Sementara sedari tadi Winter berusaha melihat ayahnya.
"Aku mau lihat ayah dulu bun" Ujar Winter, memasang wajah khawatir.
Taeyeon menghela nafas gusar. "Sshht.. Ayah kamu barusan tidur, jangan diganggu dulu" Balasnya membuat Winter mengerutkan alisnya tidak puas.
"Ada yang lebih penting dek, bunda perlu ngomong ini, kamu nggak boleh marah, kamu nggak boleh egois" titah ibunya serius membuat winter cukup gugup.
"a-apa bun?"
"Dek.. bunda juga nggak mau kayak gini, tapi tabungan bunda sama ayah udah habis, sementara bentar lagi ayah harus cuci darah. Bunda sebenernya juga nggak mau ngelakuin ini, tapi kamu nggak papa kan kalau bunda minta mobil kamu?" Jelas Taeyeon dengan mata memelas, fokus menatap wajah Winter yang lama kelamaan berubah menjadi tidak terima.
seperti darah ditubuh Winter barusan mendidih, gadis itu langsung merubah raut wajahnya menjadi marah. "Nggak bisa dong bun!" tiba-tiba Winter berteriak dan suaranya menyebar sepanjang lorong rumah sakit.
"Winter! ini dirumah sakit!" Taeyeon juga meninggikan suaranya melihat tingkah anaknya.
bibir winter seperti kurva yang melengkung kebawah, "Itukan hadiah dari eyang, bun. Bunda nggak bisa seenaknya dong!" Matanya sudah memerah, terlihat dia menahan air matanya susah payah agar tidak keluar saat ini.
Taeyeon mengulurkan tangannya, menggenggam erat tangan Winter. "Bunda tau, bunda juga nggak mau, tapi nggak ada pilihan lain. Bunda juga kepikiran buat jual rumah tapi nanti kita tinggal dimana dek? Coba deh kamu diposisi mama, mama juga bingung"
Winter yang melihat wajah lelah serta putus asa dari ibunya membuat hatinya juga sakit. Tidak! Winter tidak boleh egois, dia harus menyerahkan mobil kenang-kenangan eyang nya untuk dijual. Bagaimana pun juga itu yang terbaik untuk ayahnya, Winter juga tidak boleh mejadi kekanak-kanakan hanya karena ini.
Winter tidak membalas, dia mengeluarkan sebuah kunci mobil dari tas nya, ia berikan ke Taeyeon lalu melenggang pergi tanpa bicara apapun.
Disepanjang jalan Winter hanya memasang wajah datar, tatapannya kosong, matanya memerah menahan tangis. Gadis itu terus berjalan hingga sampai kesebuah halte kosong dekat rumah sakit.
Winter duduk perlahan diikuti hujan yang mulai turun, menemani kesedihannya.
Gadis itu hanya melamun, beberapa jam terdiam dengan pandangan kosong. Beberapa kali bus melewati halte namun ia tidak berkutik sama sekali. Dan hujan pun masih belum reda, hingga langit mulai petang pun Winter masih malas melakukan apa-apa. Memang berat untuk mengikhlaskan sesuatu.
Hingga sebuah mobil berhenti didepan halte dan menyalakan klakson nya.
Tiin tiin
Winter mengerjap beberapa kali, mengerutkan kening lalu memasang wajah penuh tanda tanya mengarah ke mobil didepannya.
Tak lama seorang pria keluar, menutup kepalanya menggunakan tangannya agar tak kena hujan dan berlari kecil kearah Winter.
"Lo ngapain disini?" Tanya sang pria bingung cukup berteriak karena kalah dengan suara hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif-nim | JENO KARINA
RomancePagi-pagi Karina dikejutkan dengan seorang pria gagah, tampan, elegan, terkenal dan kaya tengah bersender didinding sebelah pintu luar kosan Karina. "Loh pak Jeno ngapain kesini?" "mau ngajak kamu nikah" "H-hah?!" - Karina Yoo, seorang administran...