Halte Bus

15 0 0
                                    

Sore ini hujan turun rintik-rintik di halte tempat biasa kami menunggu bus untuk pulang. Suara rintik hujan mengisi keheningan di antara kita, kamu tidak seperti biasanya, kamu tidak bercerita tentang atasanmu yang sering memperlakukanmu seperti budak hanya karena karyawan magang. "Kamu mikirin apa sih? kenapa sih aneh banget sebulan ini? Masa hilang gitu aja tanpa kabar, sama sekali tanpa kabar!?" Tanya Rini menghentikan keheningan.

"Aku mau kita ada di rute bus yang sama." Jawabku.

"Maksudnya?"

"Ya, kita punya rute yang sama untuk kita naiki bukan cuma halte yang sama".

***

Aku adalah Rama. Seorang pria berusia 26 tahun yang masih menitik karier sebagai karyawan di sebuah bank di jl. Surapati. Setiap hari aku harus pulang dengan naik dua kali bus yang memiliki rute berbeda dan setiap pukul 5 sore aku selalu berada di halte jl. Ahmad Yani menunggu bus yang mengarah ke BKR bukan ke kebon jati, tentunya. Ya, aku tinggal di sebuah kos-kosan tua di BKR. Nasib tinggal di kos-kosan Ibu sering kali menelepon memintaku untuk kerja di kota tempat aku dilahirkan agar dekat dengan orang tua. Tapi aku selalu menolaknya, dengan alasan kemandirian dan kebebasan finansial. Jelas saja, bekerja di kota ini jauh lebih banyak menghasilkan uang daripada aku bekerja di kota tempatku dilahirkan. Fokus pada pengembangan karier untuk membantu perekonomian orang tua sudah aku putuskan sejak menjadi mahasiswa di kota ini, walaupun dengan banyaknya keterbatasan yang aku miliki. Aku tidak pernah menyesal.

Sore ini seperti biasanya, aku ada di halte menunggu bus yang melewati BKR. Sore ini seperti biasanya, begitu ramai dengan orang berlalu-lalang. Bedanya, hari ini begitu cerah sampai terasa gerah. Sore ini begitu cerah sampai merenggut senyumku dari kenikmatan mengamati orang-orang yang berlalu-lalang. Aku memang memiliki kebiasaan mengamati orang-orang di sekitar, rasanya menyenangkan melihat sebagian kisah mereka walaupun hanya beberapa menit dari seluruh kisah hidup mereka. Terkadang, rekan kerjaku mengingatkanku bahwa perilaku yang aku lakukan itu aneh. Dia sering mengingatkanku agar tidak sering melakukan itu, terkadang ada orang yang menyadarinya dan merasa tidak nyaman. Tapi tidak pernah aku hiraukan tentunya, karena aku menikmati kisah setiap orang yang aku lihat selama beberapa menit itu.

Brakkk....!!

"Duh...!" suara lirih perempuan itu saat tersandung tangga halte. Aku melihatnya terjatuh, hanya melihatnya, tidak menolongnya. Aku tidak mau ikut campur dengan kisah yang dimiliki orang lain yang mungkin takkan pernah aku temui lagi. Jadi, aku hanya perlu mengamatinya, dia seorang perempuan berwajah oval yang menyembunyikannya dengan frame kacamatanya yang berbentuk kotak, memiliki rambut sebahu yang berwarna coklat. Dia memiliki tinggi yang cukup ideal mengenakan kemeja putih dan celana hitam membawa map berwarna coklat. "Mungkin dia baru lulus dan sedang cari kerja" Pikirku.

Perempuan itu merapikan pakaianya, duduk perlahan sembari membenarkan posisi kacamatanya. Sepanjang aku mengamatinya, ia selalu tersenyum. "Aneh, padahal dia baru saja tersandung, apa dia gak merasa sakit atau otaknya dia yang sakit?" Ujar Rama dalam hati. Tak lama kemudian, perempuan itu pergi lebih dulu, ternyata kami memiliki rute bus yang berbeda. Rute yang dia naiki mengarah ke jl. Sudirman.

Perlahan sosoknya hilang ditelan keramaian orang-orang yang hendak menaiki maupun turun dari bus itu. Kemudian, aku melanjutkan kegiatanku mengamati orang-orang sampai bus yang akan aku naiki muncul. Tak banyak hal terjadi setelah perempuan itu pergi atau pikiranku teralihkan karena perempuan itu. Aneh sekali rasanya, sempat pikirku aku mengharapkan melihat seseorang yang tersandung kemudian terjatuh lagi, "apakah aku sebenarnya seorang psikopat? Udah gila kali, gak mungkin". Konflik batin tidak penting sepanjang menunggu bus membuatku berhenti mengamati orang-orang di sekitar.

Sampai di kosan, tak kunjung berhenti aku memikirkan perempuan itu. Aku takut dia jatuh lagi, dia terlihat seperti seseorang yang ceroboh. Aneh sekali rasanya, mengapa aku harus memikirkan kisah seseorang yang aku tidak ingin terlibat di dalamnya.

Halte Bus [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang