B128

38 9 0
                                    

Hantu

Di tengah malam, Yudan terbangun. Matanya setengah tertutup ketika dia dengan sangat malas memaksa dirinya untuk duduk.

Kepalanya menoleh melihat ke sekitar dimana teman-temannya telah tertidur pulas.

Mungkin merasakan gerakan di sampingnya, Ciko segera ikut terbangun. "Kenapa?" tanyanya dengan suara sengau, menarik napas panjang sebelum duduk.

"Gue pen buang air kecil," kata Yudan. "Temanin gue," lanjutnya dengan suara pelan merasa sedikit malu.

Mereka saat ini berada di ruang luar, di mana pencahayaan sangat minim. Terlebih lagi banyak cerita-cerita horor sering bertebaran di kegiatan sekolah seperti ini, dan lebih buruknya 98% manusia di sekitarnya sedang tertidur. Jika Yudan pergi sendiri, lalu bertemu hantu, dan mati mendadak seperti karakter figuran di film, maka tidak ada satu pun yang akan mengetahui kematiannya. Karena itu juga dia membenarkan dirinya dan merasa wajar meminta Ciko untuk menemaninya pergi ke toilet umum.

Ciko mengangguk, dia mengusap wajahnya dan meraih ponselnya sebelum bangkit berdiri.

Keduanya berjalan ke arah toilet umum dengan Ciko yang mengaktifkan senter di ponselnya. Jalan menuju toilet umum cukup jauh dan sedikit masuk ke dalam hutan, hal ini juga membuat Yudan bersyukur telah memanggil Ciko bersamanya.

Sebelum masuk ke dalam toilet, Yudan dengan wajah serius yang langka menatap ke arah Ciko. "Tetap diam di sini, jangan kemana-mana. Saat gue berteriak, langsung dobrak aja pintu. Jika gue gak keluar dalam lima menit, lu harus dobrak pintu. Jika lu dengar suara aneh, dobrak pintu segera. Jika ada hal-hal yang mencurigakan, dobrak pintu!"

Kantuk Ciko langsung hilang sepenuhnya mendengar perkataan Yudan, kedua sudut bibirnya terangkat merasa geli dengan tindakan takut-takut sahabatnya ini. "Oke, gue paham."

Yudan menghela napas, berjalan membuka pintu toilet dan menatap Ciko kembali. "Ingat, tetap di sini. Jika gue keluar dan lu gak ada, percayalah, ini adalah terakhir kalinya lu liat gue."

"Oke, gue gak bakal pergi." Ciko mengangguk patuh.

"Jangan pergi," ujar Yudan lagi. Sangat enggan masuk ke dalam toilet.

Ciko dengan sabar terus meladeni, "Iya."

Dengan jaminan dari Ciko, Yudan menarik napas panjang dan segera masuk ke toilet dan menutup pintu. Dia merasa jantungnya berdebar kencang dengan hawa dingin yang menyebar ke seluruh tubuhnya membuatnya merinding ketakutan. Dia berharap bisa mempersingkat waktu untuk segera menyelesaikan pangggilan alamnya, namun saat ini detik terasa lama dan dia hampir sekarat oleh rasa takut yang disebabkan oleh imajinasi berlebihan otaknya.

Dia selalu merasa akan ada kepala yang jatuh dari langit-langit toilet, atau tangan yang menggenggam erat pergelangan kakinya. Bisa jadi dia juga akan berhadapan dengan kumpulan rambut panjang yang bagai tirai ketika menoleh, atau mungkin saja aliran air yang mengisi ember berubah menjadi darah merah segar.

Setelah mengalami masa yang menyiksa, Yudan segera membuka pintu. Dia merasa lega ketika melihat Ciko masih berdiri patuh di tempat menunggunya dengan sabar sembari memegang ponselnya untuk memberikan cahaya padanya.

Yudan berjalan puas keluar dari toilet, baru berjalan dua langkah, Yudan segera menoleh ke arah semak-semak yang tampak bergoyang lembut.

"Hihihi..." tawa berlebihan terdengar menembus langit, kemudian bayangan hitam keluar dari semak menuju ke Yudan.

"Ahhhhhh!" Yudan menjerit ngeri, mencengkram lengan Ciko sekuat tenaganya. "Hantu Cik, hantu!" serunya panik menarik Ciko untuk berlari bersamanya menuju tenda mereka.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang