Tanpa Ada Hubungan Darah

12 0 0
                                    

Disclaimer : Masashi Kisimoto

Maincaracter : Yamanaka Ino

Genre : Friendeship, Romance.

.

.

.


 "Kau tahu? Jika kau terluka karena pria maka obatnya juga seorang pria," Katanya acuh.

Kegagalan pada cinta pertama menciptakan trauma, membuatku tidak percaya cinta. Mencibir setiap hubungan percintaan, menertawakan seberapa bodohnya prilaku orang jatuh cinta. Mengumbar kemesraan yang terkadang palsu. Memepertontonkan setiap hal kecil yang dianggap manis. Seolah hanya mereka yang merasakan bahagia. Seolah mereka akan mati jika tanpa cinta. Cukup menyenangkan menjadikan semua itu lelucon.

Aku. Yamanaka Ino, merasa hidupku tanpa cinta baik-baik saja. Tapi sepertinya pemuda di sebelahku tidak berfikir begitu. Apakah aku memang terlihat semenyedihkan itu?

"Mungkin kau benar," Timpalku asal.

Apakah ini semacam vaksin? Dimana virus ganas dijinakkan lalu di masukkan kedalam tubuh sebagai rangsangan, agar tubuh mampu membentuk anti bodi untuk melawan virus yang sama suatu haru nanti. Kurasa itu hanya bagaimana seseorang mencoba terbiasa dengan rasa sakit. Sama seperti kepalaku yang terasa panas akibat pukulan Shikamaru.

Orang ini sangat menyebalkan, dia sangat suka mengadu tulang-tulang jarinya dengan kepalaku. Dia fikir kepalaku ini meja kelas yang bisa dipukul sesuka hatinya? Kadang aku merasa sangat sial karena memiliki teman seperti dirinya.

Apa yang bisa aku lakukan? Membalasnya? Itu tidak mungkin. Atau lebih tepatnya tidak sopan, karena dia tiga tahun lebih tua dariku. Meskipun bar-bar, aku tetap harus menghormati orang yang lebih tua, 'kan? Aku hanya mengusap sambil menggerutu, heran kenapa Shikamaru sangat suka memukul kepalaku.

Dia bilang tidak suka orang bodoh, tapi lihat apa yang selalu dilakukanya padaku. Dengan memukul kepalaku setiap hari, bisa saja aku jadi bodoh seperti yang dia katakana. Percayalah protes tidak akan ada gunanya. Dia tidak akan mendengarkan, karena di lain hari dia akan melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Sungguh.

"Bagaimana dengan Naruto? Mungkin kalian cocok?" Katanya.

Dia mengubah posisi menjadi duduk. Apakah dia mulai bosan dengan awan-awan putih yang sangat disukainya? yang berarak di atas sana?. Aku fikir tidak ada yang lebih menarik dari itu.

Dia mengambil kertas dari pangkuanku lalu mengamatinya. Wajahnya terlihat sangat serius, seperti guru seni budaya yang sedang menilai sebuah karya.

Apa tadi yang Shikamaru sebutkan? Naruto? Aku pernah mendengar nama itu, tapii kapan? Di mana?

"Saat festival sekolah dia datang bersama Karin dan yang lain, dia yang paling berisik. baru di campakan. Katanya."

Selalu berlagak keren. Lihat bagaimana dia menjelaskan, seolah tahu apa yang ada difikiranku. Menyebalkan sekali. Seingatku laki-laki brisik yang datang bersama Karin saat festival sekolah hanya ada satu. Si pemuda berambut kuning, yang bola matanya berwarna biru dan juga terlihat bodoh. mengingat tingkah konyolnya membuatku tertawa.

Naruto. Saat itu dia berbicara seolah sangat pintar tapi sebenarnya tidak benar-benar mengerti isi dari ucapannya. Aku tidak begitu ingat apa yang dia katakana, tapi yang jelas dia membuatku berfikir bahwa dia itu bodoh.

Jujur saja, aku memang sering menganggap rendah orang lain, terutama dari ucapannya. Bukan maksudku, hanya saja, seperti aku mulai terpengaruh sifat buruk Shikamaru. Hei dia selalu menganggap argument dan tingkah lakuku bodoh. Padahal dia lebih bodoh dariku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang