06 . Ngobrol di Telepon

1.3K 69 0
                                    

"Telepon nggak ya?" Sedari tadi Ella menggigit kuku nya sendiri. Ia bingung harus menelepon Rades atau tidak.

Ini hanya sekedar modus.

"Siapa juga yang modus?" Tanya nya sendiri lagi.

Lah terus apa?

"Aku mau ngembaliin baju Kak Rades. Tapi aku nggak tahu dia ada di rumah atau nggak."

Jadi seperti itu. Tapi percayalah, di sisi lain dia sangat ingin menelepon Rades karena rindu dengan suara khas perempuan tomboy itu.

Kenapa pikirannya selalu melayang pada Rades, saat memikirkan makanan atau pelajaran juga malahan langsung memikirkan wajah perempuan itu.

Ella tidak tahu ada ada yang salah dari dirinya.

Apa dia menyukai Rades?

Jelas jelas Rades adalah perempuan, sama sepertinya. Tetapi saat pertama kali bertemu detak jantung Ella berpacu dengan cepat hingga ia sendiri tidak bisa mengontrolnya kecuali pergi dari hadapan perempuan itu.

Sungguh aneh.

Coba bilang kepada Ella kenapa, Ella kenapa, ada apa dengan dirinya?

"Telepon aja kali ya, siapa tahu Kak Rades juga kangen aku. Iya, kan?" Ia melirik ke cermin besar dekat ruang tamu nya.

Dia tersenyum melihat dirinya sendiri di cermin, betapa bersyukur kepada Tuhan memberikan wajah yang cantik seperti ini.

Percuma cantik, tapi belok.

Apa yang salah?

Seketika Ella cemberut dan menggerutuki dirinya sendiri.

"Oke, aku telepon sekarang."

Ella dengan cepat memencet kontak Rades dan pencet tombol telepon. Matanya ia tutup sebelah.

Memastikan terpencet atau tidak.

Ternyata sudah menelepon.

Ia panik, bagaimana ini?

Segera Ella melempar ponsel nya ke kasur dengan sangat kencang berharap sambungan telepon nya terputus seketika.

Tetapi mana mungkin itu terjadi.

Beberapa detik ia menutupi wajahnya dan tidak berani melihat ke arah ponsel.

Ia bergerak beberapa langkah ke ponsel miliknya, tidak ada suara tit tit tit lagi.

Ella dengan pelan membalikkan ponselnya dan memeriksa apakah terputus atau diangkat.

Alangkah terkejutnya dia saat melihat Rades mengangkat telepon dari dirinya.

Ella menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tetapi merasa bingung.

"Halo?"

Ella mendengar dengan jelas suara itu. Sungguh dia sangat merindukan suara Rades.

Cara jawab pertanyaan Halo itu apa? Apakah Ella harus bilang Apa kabar? Atau bagaimana?

Gadis itu jingkat jingkut tidak karuan di kasurnya. Tetapi Ella lupa untuk membisukan telepon sehingga Rades di seberang sana dapat mendengar suara Ella yang teriak tidak karuan.

"Kalau nggak ada keperluan penting gue tutup."

Ella terkejut mendengar itu.

"Iya, iya ada. Kak!"

Beberapa detik tidak ada suara dari seberang.

"Apa?"

"Anu..."

"Tudep."

"Baju kakak udah aku cuci bersih, aku mau ngembaliin ke rumah kakak. Kakak ada di rumah?"

"Nggak."

"Kemana?"

"Kepo amat kayak Dora."

"Kan biar aku tahu kapan harus balikin baju kakak."

"Di sekolah."

"Aku nanya bener."

"Siapa bilang gue nggak jawab bener?"

"Yaa... iya sih."

"Ya udah."

"Eh? Apa?"

"Gue matiin."

"Baru beberapa menit loh..." gumam Ella sembari memanyunkan bibirnya.

Di sisi lain Rades berusaha mengulum bibirnya ke dalam mulut agar tidak ada yang lihat ia sedang tersenyum. Entah untuk saat ini kita tidak tahu apa yang sedang ada di pikiran Rades.

"Apa?" Tanya Rades yang remang mendengar gumaman Ella dari sambungan teleponnya.

"Nggak, nggak apa-apa kok."

"Oke."

"Eh kak!"

Saat Rades ingin menutup teleponnya ia dihentikan oleh ucapan Ella lagi. Maunya ini anak apa sih?

"Apa lagi?"

"Aku..."

Ini anak sepertinya harus ikutan teater drama. Cocok buat orang penasaran. Pikir Rades.

"Apa?"

"Kangen."

Rades yang terkejut tidak sengaja mematikan telepon tersebut.

Setelah ia sadar, sangat tidak terduga dengan apa yang diucapkan oleh gadis tersebut.

Pikirannya melayang.

Bagaimana jika ia menelepon balik?

Tetapi dia gengsi.

Lagipula untuk apa menelpon dengan tujuan minta maaf karena kepencet?

Sudahlah.

Tetapi juga tidak dengan Ella, dia merasa Rades tidak menyukainya sehingga Rades menutup begitu saja telepon darinya.

Ella seperti orang bodoh sekarang.

Dia harus bagaimana sekarang?

"Gue harus gimana? Kak Rades marah nggak ya?"

Ia meraih ponselnya dan langsung mengirim pesan permintaan maaf kepada Rades. Walau dia pikir mengucapkan hal yang jujur bukanlah kesalahan fatal.

Ella juga ingin ikut. Tapi bagaimana lagi.

Rades senang Ella kepo tentang dirinya, sialnya dia tidak dapat menahan rasa senyum ini. Terpaksa untuk kali ini ia menerbitkan senyuman gembiranya setelah sekian lama terkubur.

"Makasih." Sambil terus menatap layar ponsel.

_______
TBC.

18 Februari 2023.

 Free Thought [ GXG ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang