Selamat datang di chapter pertama kehidupanku. Jika kalian ingin tahu, namaku Lalisa Bruschweiller. Ya, benar. Aku berdarah setengah barat, setengah lokal karena Ayahku—Marco Bruschweiller berdarah Swiss menikahi Ibuku—Nikita Willy yang berdarah Indonesia.
Ayahku berprofesi sebagai Pengusaha Real Estate dengan banyak cabang anak perusahaan di berbagai negara sementara Ibuku pemilik restaurant Prancis bintang lima dan Toko Dessert di Swiss dan Australia.
Kami tinggal di Indonesia hanya dari aku TK sampai kelas 6 SD, sisanya ayahku menempatkanku di sekolah asrama terkenal di Swiss.
Hidupku berjalan baik - baik saja pada awalnya sampai aku mengenal gadis yang satu tahun lebih tua dariku di sosial media yang bernama : Jennie Ruby Jane.
Dua tahun yang lalu, dia membuat tweet thread tentang film marvel yang dia tonton di tagar tranding. Aku mereply tweet yang menyetujui pendapatnya lalu kemudian menambahkan pendapatku yang dia reply lagi dengan cepat.
Berpikir jika dia gadis yang cerdas membuat aku memfollow akunnya. Begitu melihat profilnya, ternyata dia juga ekhem cantik dan imut juga dengan wajah asia nya. Dalam sehari dia bisa mengekspos lebih dari 10 tweet yang mencakup thread, about her days, dan foto selfienya.
Berbanding terbalik dengan akunku yang sama sekali tidak ada foto wajah dan kehidupan pribadiku. Tweetku dipenuhi dengan hasil gambaranku, puisi yang kadang sesekali aku tulis, dan foto kucing - kucing gembulku yang bernama Leo dan Luca.
Ketertarikanku padanya meningkat makin hari sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengirim DM padanya.
Tapi tidak dibalas, di readpun tidak :)
Sampai akhirnya, dua minggu kemudian dia membuat tweet mengeluh dan memohon kepada siapa saja yang membaca tweetnya diharapkan untuk membantunya memecahkan soal pilihan ganda Matematika.
Mengetahui kesempatan terbuka untukku, begitu notif tweetnya masuk, lansung segera kupecahkan soal Matematika itu lalu dengan cepat mereply, mengirim semua jawabannya.
Diiringi dengan usaha dan tidak lupa berdoa, malam harinya akhirnya dia membalas DMku dan mengucapkan terimakasih karena jawaban yang berikan benar semua.
Kami pun akhirnya berkenalan, dia mengenalkan dirinya sangat detail lalu dia menekankan begitu giliranku, dia hanya ingin tahu namaku dan umurku saja. Tidak adil bukan?
Tapi itu membuatnya nyaman jadi aku mengikuti alur. Jennie hanya mengirimiku DM saat dia ingin bercerita berkeluh kesah tentang harinya berjalan dengan buruk atau tidak sesuai yang dia harapkan lalu ia meminta bantuanku untuk mengajari soal pelajaran yang tidak dimengerti.
Sampai hampir satu tahun berlalu dan kami sudah mempunyai petname masing - masing yaitu Lili dan Nini.......
Dia tiba - tiba menghapus akun twitternya.
Dia menghilang tanpa jejak.
Begitu aku sudah yakin jika aku benar - benar jatuh cinta padanya.
Dia bagaikan mimpi indah yang berjalan lama sampai akhirnya aku dibangunkan dari kenyataan.
Satu tahun aku coba untuk melupakannya tapi usahaku sia - sia. Dia selalu memenuhi otakku sampai aku tidak fokus dengan diriku, kehidupanku sendiri.
Sadar tidak bisa move on, aku beralih mencari akun instagram dengan nama aslinya. Akunnya ditemukan dengan muda, dan ternyata dia sudah menjadi salah satu mahasiswa di Universitas Bina Nusantara.
Aku akhirnya membulatkan tekatku, untuk menjadi salah satu mahasiswa di universitas itu dengan mengorbankan impianku untuk masuk ke kampus arsitektur ternama di Amerika Serikat.
Pendapat orangtuaku?
Mereka sangat terkejut, namun mengingat usiaku sudah melebihi 17 tahun yang artinya aku bebas menentukan pilihan hidup, mereka memberiku dukungan penuh.
Lulus seleksi dari Universitas Binus, aku akhirnya tinggal di salah satu unit yang kubeli di Apartement Vittoria Residence yang terletak di kawasan Jakarta Barat.
Mengapa aku sampai niat sekali seperti ini?
Salahkan dia, si gadis yang bernama Jennie itu, yang membuatku penasaran setengah mati.
— You —