7. NOLAK BUAT NIKAHIN KAMU?

1.1K 95 1
                                    


Kamu Itu Jodoh Saya

•••

"Jangan ketawa." geram Tifa.

Sekali lagi, Mahen malah terkekeh sedikit kencang.

Huh, dasar.

"Makanya jangan menggoda saya, Tifa."

"Darimananya aku ngegoda, sih?" heran Tifa.

"Dengan cara tanganmu di kalungkan di leher saya, Tifa. Saya ini laki-laki normal," jelas Mahen. Dan sekali lagi, ia mencium pipi, hidung, kening dan juga bibir istrinya yang begitu menggoda iman seorang Mahen.

Tifa meneguk salivanya. Ia mencoba bersikap tenang dihadapan suaminya ini.

"Terus kenapa gak nyentuh semalem?"

"Jijik ya? Terus kenapa kemaren mau-mau aja? Kenapa gak nolak?" lanjut Tifa.

Mahen menggeleng.

Ia menangkup kedua pipi sang istri dan menatapnya lekat.

"Hei, kok ngomongnya gitu, hm? Kamu itu jodoh saya, kenapa juga saya harus nolak buat nikahin kamu?"

"Saat saya mengucapkan ijab qabul atas nama kamu. Detik itu saya sudah mencintai kamu. Saya akan selalu memperlakukan kamu layaknya istri pada umumnya. Jangan berpikiran aneh-aneh walau kita di jodohkan."

"Mau kamu perawan gak perawan. Saya gak peduli. Dan saya juga gak peduli atau mau mempermasalahkan masalalu kamu. Yang terpenting, kamu sekarang istri saya, milik saya." jelas Mahen.

Tifa menunduk malu.

Betapa sangat beruntungnya ia memiliki Mahen sekarang?

"Tapi sikap kamu dari kemaren dingin banget," ucap Tifa.

Mahen tersenyum dan mengusap lembut rambut Tifa dengan sayang.

"Maaf, ya. Tapi sekarang udah gak dingin, kan?"

Tifa menggeleng.

"Boleh engga, kamu jangan ngomong 'saya' formal banget, tahu,"

"Iya-iya, maaf ya. Aku ganti," ucap Mahen.

"Nah gitu, kan enak." senyum Tifa mengembang.

Ya kali mengembun.

Haha...

Kamu Itu Jodoh Saya {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang