Author POV
"Ujah!!!" teriak Kania dari ambang pintu kelas. Uza melepas headset yang sedari tadi menyumpal telinganya dan menatap Kania bingung.
Uza dan Kania emang baru kenal kemaren. Tapi mereka udah akrab. Bahkan sudah memiliki panggilan khusus. Uza dipanggil Ujah, dan Kania dipanggil Kunyuk.
"Kenapa, Nyuk?" tanya Uza.
Kania mengatur napasnya yang terengah-engah usai berlari dari gedung kelas 12.
"Gue tadi gak sengaja ketemu kak Zilo. Terus dia nanyain lo ada di kelas gak sekarang. Ya aku jawab ada," jelas Kania.
"Nah terus kenapa?" tanya Uza santai.
"Lo gak curiga gitu. Kayaknya dia ada rasa deh ama lo," tebak Kania.
"Hahaha, bahasa lo lucu. Darimana lo dapet kesimpulan itu? Gue curiga sih. Curiga kalo dia nanya itu buat ngebully gue nantinya," balas Uza.
"Bisa jadi," gumam Kania.
"Gycella Ayuzawa Wijaya!" seru seseorang yang dkyakini adalah Zilo. Karena cewek di kelas pada teriak histeris. "Keluar lo!"
Sial! Dasar aneh! Bossy! Batin Uza. Ia melangkahkan kaki keluar kelas.
"Apa?" ucap Uza pada Zilo yang kini memunggunginya. Tapi Zilo tak bergeming.
"Hey! Lo!" seru Uza tak sabaran. Namun Zilo tetap tak bergeming.
"Heh! K-kak Zilo"Zilo memutar badan menghadap ke Uza. Ia menatap Uza dengan senyum miringnya yang khas.
Uza mengernyit heran. "Apa?"
"Lo kok tau nama gue? Stalker ya?" tebaknya dengam mata jahil.
"Paansih lo? Najong deh," balas Uza. "Gue tau nama lo karena gue suka ngafalin nama yang punya pribadi songong kaya lo."
"Songong? Lo yang songong."
"Kok gue?"
"Murid baru aja udah berani ama ketos,"
"Ooh.. Jadi lo ketos?"
"...?"
"Ketos bukannya harusnya baik dan ramah ya? Kok yang ini malah bossy banget ya?"
"Lo yang mulai Gycella Ayuzawa Wijaya."
"Jangan sebut terus tuh nama lengkap gue. Entar ngefans lagi."
Zilo terkekeh. "Funny girl. Trus gue harus panggil apa?"
"Ujah!" seru seorang cewek dari arah belakang. Uza menengok, ternyata Kania lah pemilik suara itu.
"Apa?" jawab Uza datar.
"Eh gue kira ngobrolnya udah selesai. Kak Zilo, minjem Ujah nya ya.. Ada yang harus kita selesaikan," ucap Kania.
"Sure. Gue juga udah selesai kok. See you.... Ujah," balas Zilo.
'Sial! Kenapa harus panggil Ujah!' batin Uza.
---------------------
Zilo POV
Gue gak tau kenapa gue jadi senyam senyum gaje lagi hari ini. Padahal gue termasuk pribadi yang irit senyum. Mungkin gara gara si Ujah. Haha. Dia cewek cantik yang paling lucu yang pernah gue temuin.
Eh iya. Tadi kok gue malah debat ama dia ya. Harusnya gue tanya dia mau ikut ekskul apa. Dasar Zilo bodoh.
"Kak Zilo!" teriak Azka, adek cewek gue yang super bawel. Ia buka pintu kamar gue dengan cepat lalu ngobrak ngabrik tas gue. "Laptop lo mana? Gue mau pinjem penting nih."
"Ya ampun Kak Zilo! Lo kok malah senyam senyum gitu sih?!"
"Hah? Apa? Lo ngomong apa tadi?" tanya gue yang baru sadar.
"Lagian lo senyam senyum mulu. Kalo mo daftar ke RSJ ayok gue anter,"
"Paansih lo?! Mulut lo tu masukin RSJ."
"Ih apaansi? Laptop lo mana?"
"Tuh di meja,"
"Ngomong kek dari tadi," ucapnya lalu mengambil laptop diatas meja belajar gue.
"Elonya aja yang gak manggil gue,"
"What?! Helloooww gue udah manggil elo. Tapi lo malah bengong. Senyam senyum lagi. Mikirin apa sih? Cewek ya? Eh mana mungkin elo tertarik ama cewek. Elo kan gay,"
"Paansih lo?! Gue normal. Gak usah sotoy deh. Udah sama keluar kalo gak ada perlu,"
"Iya iya," ucapnya lalu berjalan ke arah pintu kamar gue. Tapi belum juga keluar dia balik badan.
"Kak, gue mo nanya. Kok lo tadi manggil si murid baru itu sih? Emang ada apa?" tanya Azka.
Gue sampe lupa. Si Azka kan sekelas ama Ujah. Apa gue minta nopenya aja ya ke Azka.
"Gak ada apa-apa. Eh lo punya nopenya Ujah gak?" tanya gue.
"Ujah? Uza keles.. Punya. Mo minta?"
Gue langsung ngangguk dengan cengiran lebar.
"Tadi bilang gak ada apa apa. Eh sekarang malah minta nope. Tapi gapapa ding. Jadi lo gak gay lagi kak. Haha"
"Paansih lo?! Cepet kasih,"
Setelah gue dapet nopenya gue langsung aja sms dia. Haha. Modus nih. Eh paansih. Gue gak tertarik sama tu cewek songong. Gak. Gak boleh.
Yuhuu.. Ini chap 3 nya. Cah 4 nya nunggu ya... Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE? I dont care
RandomSeorang remaja cantik berusaha menemukan jati dirinya. Ia dewasa namun masih belum mengerti dengan benar arti seorang cowok untuknya. Ketika ia tengah bingung dan dihampiri bahaya seseorang datang untuk terus berada disisinya.