55

62 6 0
                                    

Aurora mengusap kepala Calvin. "Lain kali hati-hati, ya?" Ucapnya lembut setelah selesai memasang kapas di tangan Calvin.

Pipi Calvin bersemu merah tanpa Aurora tahu. Ah, haruskan Calvin menyatakan perasaannya saat ini?

Tapi tunggu, bagaimana reaksi Aurora jika Calvin memberitahu bahwa Lanes Company adalah milik ayahnya?

Harus kah Calvin memberitahu kedua hal tersebut sekarang?

"Anu kak Reese," panggil Calvin ragu.

Aurora menaruh hapenya di atas nakas. Ia sedang duduk di brankar sebelah Calvin.

"Hm?" Jawab Aurora, menatap Calvin.

"Sebenarnya—"

Ceklek

"Lho ada satu orang lagi? Siapa, Ra?" Tanya bu Zara begitu memasuki ruang uks.

"Apin bu, kelas sepuluh. Tadi dia tangannya berdarah jadi Ara obatin," jelasnya singkat.

"Oh bagus-bagus, makasih ya Ara." bu Zara berucap ramah.

"Santai aja bu," balas Aurora.

"Oh iya, lu mau ngomong apa tadi?" Aurora menatap Calvin kembali.

"Hmm, enggak jad—"

Aurora memotong ucapan Calvin sambil tersenyum. "Satu hal yang harus lu tau, gue enggak suka dibuat penasaran."

"Oh kalian mau ngobrol ya? Kalo gitu ibu ke ruangan ibu aja deh ya," kata bu Zara sambil tersenyum tidak jelas. "Di uks gak ada cctv kok jadi kalian bisa ngobrol dengan nyaman." Setelah itu bu Zara keluar ruang uks dan masuk ke ruangannya yang berada di sebelah ruang uks.

Calvin berucap semakin pelan. "Sebenarnya nama lengkap Apin itu.., Calvin Vincent Lanes, pewaris tunggal dari Lanes Company. Perusahaan yang seenaknya mecat papah kak Reese secara tidak terhormat dan nuduh tanpa bukti pasti."

Aurora mengerutkan keningnya tajam. "WHAT?!"

"Maaf kak Reese," Calvin menunduk.

"Wait, enggak, bukan gitu. Jadi nama lu Calvin? Serius? Kok bisa sih?!" Aurora bertanya dengan nada girang.

"Ha?"

"Nama lu sama kayak kucing kesayangan gue," lalu Aurora tertawa.

"Terus Apin kesayangan kak Reese juga gak?" Tanyanya malu-malu.

Ia mengangguk dan mencubit gemas sebelah pipi Calvin. "Kan lu adek angkat gue di sekolah," kata Aurora.

Calvin langsung menatap tajam mata Aurora. "Gak mau."

"Gak mau jadi adek gue?" Calvin menggelengkan kepalanya. "Serius? Padahal banyak yang ngantri buat jadi adek gue tau," sombongnya.

"Maunya jadi pacar kak Reese." Balas Calvin yakin.

"Ha? Dih, apaan." Aurora tertawa pelan. "Denger ya Apin, gue gak bakal mau pacaran sama yang umurnya di bawah gue."

Calvin sedikit memanyunkan bibirnya. "Kenapa?"

"Pertama, rata-rata orang yang umurnya dibawah gue itu enggak dewasa kayak Eja contohnya. Kedua, pasti bakal manja banget nanti ke gue. Ketiga, masih labil, gue gak mau nanti hari ini dia ngajak pacaran terus beberapa minggu kemudian dia selingkuh terus putus. Keempat, gue selalu anggep cowok yang umurnya dibawah gue itu kayak adek gue. Dan yang terakhir, belom ada yang buktiin ke gue kalo cowok lebih muda dari gue bisa lebih dewasa dari gue dan bikin jantung gue dugun-dugun... ya kecuali manta gue sih." Jelas Aurora dengan senyuman.

Calvin mangguk-mangguk. "Kalo gitu Apin bakal buktiin ke kak Reese kalo Apin yang lebih muda tiga tahun dari kak Reese, bisa bikin kakak jatuh cinta dan bisa lebih dewasa dari kak Reese. Apin juga gak bakal manja, kecuali kalo kita udah pacaran. Dan Apin juga gak bakal dan gak akan mau putus sama kak Reese kalo kita udah jadian." Balasnya sambil tersenyum.

"Gue tunggu," Aurora tersenyum.

Lagipula hal itu tidak mungkin terjadi jika dilihat dari sikap Calvin yang cukup kekanak-kanakan jika bersamanya, pikir Aurora.

"Oh ya, gue juga cuman ngasih lu tiga kesempatan buat nembak gue. Dan kalo gue nolak tiga kesempatan itu.. berarti lu harus jadi adek angkat gue dan jangan ngarep jadi pacar gue, deal?" Aurora mengulurkan tangannya.

Calvin yang merasa tertantang pun dengan semangat menjabat tangan Aurora. "Deal!"

Aurora dan Calvin sama sama tersenyum. "Bagus." Ucap Aurora.

Brak

"ARAAAAA!"

"Ih Ara beneran sakit?" Carla bertanya khawatir. Aurora tersenyum ke arah Carla dan mengangguk.

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu.

"Mau nyebrang kemana? Pake acara pegangan tangan segala," kata Fakhri sedikit sinis, pada Calvin tentunya. Aurora melepas jabatan tangannya.

"Ara mau gua pesenin makanan di kantin dan bawa kesini?" Tawar Fakhri.

Ah, istirahat di SMA SKYGA ini memang dua kali. Saat pagi hari dan siang hari lalu pulang pada sore hari.

"Gak usah. Kita ke kantin bareng aja. Tapi si singa dimana? Tumben banget gak ngintilin lu Car."

Calvin sedikit tidak suka saat Aurora memanggil Lion— Singa, ia cemburu. Karena menurutnya itu seperti panggilan kesayangan.

Carla terkekeh. "Cacingnya udah paduan suara katanya, jadi dia duluan ke kantin sama Nopal Rion."

Aurora ber 'oh' ria. Mereka berjalan menuju kantin. Di pertengahan jalan mereka bertemu dengan Cadey juga Cakra, lalu Aurora mengajak mereka berdua untuk ke kantin bersama.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang