Bagian 19

144 26 0
                                    

Gabriel bangun pagi itu dengan kenyataan pahit bahwa Hara sudah tidak ada di sana. Wanita itu sudah tidak ada di Melbourne. Ia turun dari tempat tidur dengan lunglai, persis seperti orang yang patah hati dan kehilangan semangat. Gabriel turun ke ruang bawah dan mendapatkan ayahnya yang sudah segar, tengah menyeruput teh ditemani majalah dan sepiring kue. Beliau menatap Gabriel, lalu mendecakkan lidah.

"Wajah murung itu lagi," katanya. "Sama persis ketika kau tahu wanitamu memilih lelaki lain waktu itu." Beliau menambahkan. Lalu meminta Gabriel untuk duduk di sisinya. Tetapi anak lelakinya itu menggeleng, malah melangkah ke balik konter dan membuat kopi sendiri. "Coba lihat ini, Gabriel!" seru ayahnya. "Hubunganmu dengan Hara masuk majalah. Atau jangan-jangan kau yang telah membuat petisi boikot terhadap Annalise?"

Gabriel mengerang pelan. Ayolah, sepagi ini moodnya sudah memburuk. Ia melangkah ke arah ayahnya dan duduk di dekat lelaki itu. "Gadis itu ingin bermain-main denganku. Jadi aku mengabulkannya," katanya sambil lalu. Ia hanya mengedikkan dagu dan meniup kopi di cangkir, lalu menyeruput pelan.

Ayahnya menghela napas. Lalu meletakkan majalah ke atas meja. "Lupakan tentang itu. Kenapa kau tampak murung sekali pagi ini?" tanya ayahnya. "Kuharap tidak ada masalah dengan proyek besar itu."

Mendengarnya Gabriel mendengkus pelan. Ayahnya ini memang senang sekali menggoda dirinya. "Tenang, Tuan Terrence Stanley. Bisnismu aman," ujar Gabriel. Ia menepuk telapak tangan, memanggil pelayan. "Aku ingin pancake greentea dan panekuk." Sementara pelayan di depannya mengangguk sopan dan melangkah pergi, Gabriel lalu memutar tubuh ke ayahnya. "Aku ingin pergi ke Indonesia." Gabriel berkata dengan nada santai.

Ayahnya yang saat itu hendak menyeruput teh, meletakkan kembali cangkir tersebut. "Jangan becanda anak muda. Untuk apa kau pergi ke sana?" Beliau menggelengkan kepala dengan tidak percaya.

"Menemui Hara," jawab Gabriel. Sekali lagi dengan nada yang begitu santai.

Tuan Stanley semakin menatap Gabriel dengan tidak percaya. Lelaki paruh baya itu lalu mengangguk pelan. "Lakukan apa yang ingin kau lakukan, Gabriel," katanya. "Tapi setelah proyek ini selesai."

Gabriel mengangguk. Ia melihat Kakek, Nenek, Paman, Bibi dan dua keponakannya melangkah ke meja. Sepertinya mereka semua akan sarapan. Kakek dan Nenek, dua orang tua itu sudah menikmati waktu pensiun di rumah. Sementara pamannya adalah seorang dokter spesialis jantung yang memiliki perusahaan besar, juga banyak cabang restoran. Sedangkan bibinya seorang dosen yang ahli dalam menjahit. Mereka semua memutuskan untuk tinggal bersama dengan membangun sebuah rumah besar.

Begitu pancake dan panekuknya dihidangkan, Gabriel segera menyantapnya dengan tenang. Pagi ini ia ada jadwal ke kantor. Sepertinya seminggu ini ia akan sibuk sekali. Sebelum nanti memutuskan untuk pergi ke Indonesia. Gabriel memotong pancake dengan tenang sementara keluarganya juga sibuk sarapan. Tuan Stanley malah kembali asyik dengan majalah.

"Gabriel, kapan wanita muda itu akan datang lagi ke sini?" Tiba-tiba bibinya bertanya demikian. Membuat Gabriel berhenti menusuk pancake dan menatap wanita itu. "Aku sudah mengatur jadwal untuk mengajaknya jalan-jalan."

"Sayang sekali, Bibi," kata Gabriel dengan nada prihatin. "Hara sudah kembali ke Indonesia."

Bibinya tertunduk lesu. Sementara pamannya menatap ke arahnya. "Apakah ia menolakmu?"

Gabriel hanya mengedikkan dagu sambil lalu. Dan tiba-tiba suara berat dan lelah kakeknya terdengar. "Kau sangat berbeda dengan ayahmu, Gabriel. Aku lihat kau tidak suka bermain dengan gadis-gadis." Yang membuat istrinya memukul lengan lelaki tua itu. Sementara yang lain menatap ke arah Tuan Terrence Stanley, sedangkan yang ditatap hanya menatap mereka polos.

"Ah, ya," desah Gabriel. "Tetapi setidaknya ia tidak memutuskan untuk menikah lagi setelah Ibu pergi, bukan?" Berhasil membuat mereka semua tersenyum geli.

Sekeping Luka di Melbourne (Sekuel Ketika Kau Hadirkan Dia) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang