“Apa kau masih melakukan pekerjaan di Café?” tanya Shin Joo begitu mereka sampai di depan gerbang depan rumah nenek Seo yang masih Eun Chae tempati setelah kematiannya. Ia sudah berulang kali melihat Eun Chae menguap sepanjang perjalanan mereka pulang.
“Tentu saja…” saut Joon Ha berusaha menunjukkan kepada Shin Joo kalau ia orang terdekat dari Eun Chae dan tahu lebih banyak dibandingkan Shin Joo. “Uri (kami) Eun Chae harus mengumpulkan uang untuk biaya sekolah Min Chae-ah.” Joon Ha tersenyum penuh kemenangan.
“Kau terlalu memaksakan diri Eun Chae-ssi.” Shin Joo tak memperdulikan perkataan Joon Ha barusan. “Jika memang uang yang kau butuhkan, aku bisa membantu mu…atau aku bisa merekomendasikan sebuah sekolah…”
“Terimakasih Shin Joo-ssi. Tapi aku tak butuh bantuan mu.” kata Eun Chae langsung memutus ucapan Shin Joo. Ia mencoba tersenyum penuh rasa terimakasih.
“Kau dengar itu!” kata Joon Ha ikut menyauti ucapan Eun Chae. “Untuk apa Eun Chae-ah menerima bantuan mu, aku yang akan membantunya!”
“Joon Ha…Terimakasih. Tapi kau dan nyonya Park sudah terlalu banyak membantu ku dan adik ku. Kau juga tak perlu berbuat begitu.” Kata Eun Chae kepada Joon Ha.
“Kyaa…Eun Chae-ah…” Joon Ha terkejut mendengar perkataan Eun Chae barusan, terutama dihadapan Shin Joo, orang yang entah mulai kapan ia anggap sebagai saingannya.
“Meski begitu kau harus mengutamakan kesehatan mu.” kata Shin Joo, “Apa lagi setelah tidak ada nenek Seo, apa kau tak memikirkan Min Chae. Sekarang hampir tak ada waktu untuk mu bertemu dengannya…menjaganya…” kata Shin Joo yang kali ini diiyakan oleh anggukan kepala Joon Ha.
“Itu aku tahu…aku akan memikirkannya…” kata Eun Chae sambil menarik nafas panjang. Kali ini memijit pelipis kepalanya. Entah mengapa tiba-tiba kepalanya terasa berat dan ia merasa kedinginan.
“Ada apa dengan mu? apa kau sakit?” tanya Shin Joo begitu melihat Eun Chae memijit pelipisnya dan ia langsung meletakkan telapak tangannya keatas dahi Eun Chae untuk sekedar mengecek suhu tubuh gadis itu. “Sepertinya kau demam.” Kata Shin Joo memeriksanya sekali lagi. Joon Ha yang mendengar itu, langsung menarik pergelangan tangan Eun Chae dan ikut memeriksa dahinya.
“Aku tak apa, hanya butuh istirahat sebentar. Sebaiknya kalian pulang lah…” kata Eun Chae merasa tak enak karena apa yang telah dilakukan kedua pria itu didepan rumahnya dan beberapa tetangga yang melihat apa yang mereka tadi lakukan.
“Baiklah. Kau istirahatlah…” kata Shin Joo menepuk lengan Eun Chae.
“Hmm…Terimakasih sudah mengantarku.” Kata Eun Chae tulus. Joon Ha melengos.
“Hm…” Shin Joo mengangguk dan tersenyum. “Ah…Eun Chae-ssi_” panggil Shin Joo ketika ia membalik badannya lagi setelah beberapa langkah, “Apa kau sudah memikirkan jawabannya lagi?” tanyanya tersenyum malu penuh harap.
“Hoo? Ah…itu…maaf aku belum bisa memberikan jawabannya yang kau mau.” Kata Eun Chae begitu ia tersadar apa yang dimaksud oleh Shin Joo. Eun Chae ingat, seminggu yang lalu Shin Joo menyatakan rasa sukanya kepada Eun Chae dan sangat ingin tahu bagaimana perasaan Eun Chae terhadapnya. Shin Joo sangat berharap Eun Chae menerima dirinya menjadi kekasihnya dan hal itu sampai sekarang belum bisa Eun Chae berikan, karena Shin Joo tak menerima penolakan dari Eun Chae waktu itu.
Bagi Eun Chae, pernyataan cinta Shin Joo seperti sebuah mimpi indah. Shin Joo adalah pria pertama yang menyatakan rasa cintanya kepada dirinya, dan ia bisa merasa kalau apa yang disampaikan kepadanya adalah perasaan yang tulus kepadanya. Hanya saja, menerima sebuah cinta atau perasaan kasih sayang merupakan hal baru baginya. Ia baru saja merasakan rasanya dicintai oleh nenek Seo, merasa dilindungi oleh nyonya Park dan Joon Ha, dan sekarang menerima sebuah pengakuan cinta dari seorang lelaki tampan, dari keluarga kaya raya dan memiliki pendidikan yang bagus. Bukankan semuanya terasa begitu sempurna? Dengan mengenal nenek Seo dan keluarga Park sudah cukup membuatnya sangat berterimakasih kepada Tuhan, ia tak ingin tamak dengan pengakuan Shin Joo. Ia takut, begitu ia bangun dari tidur…semua mimpi indah itu akan hilang satu-persatu, seperti halnya ia telah kehilangan nenek Seo untuk selamanya.