7.

5 1 0
                                    

"Langit begitu indah, begitu juga dengan dirimu. Berangan-angan jika kita bisa bersama namun nyatanya kita tidak akan pernah bersama. Meski sekuat apapun tekat kita, itu tidak akan mengubah segalanya. Haruskah kita mengikhlaskan satu sama lain?"

Mobil hitam yang tadi nya berkendara menembus jalanan, kini berada di tengah-tengah lapangan sekolah. Para murid hafal betul bagaimana bentuk mobil sang pujaan hati mereka. Bukan hanya mobil, lekukan tubuhnya saja mereka hafal betul. Tapi sayang, sang pujaan tidak ingin mengetahui mereka semua.

Kedua insan ini masih berdiam diri di dalam mobil, memperdebatkan tentang Kemala yang tidak ingin turun di parkiran sekolah.

"Astaga van, gue gak mau turun disini, gak budeg kan lo?"

"Memang nya kenapa? Biar cepet Kemala, kamu tidak perlu repot-repot jalan."

"LIAT KESANA VAN! fans lo udah nangkring di depan sana, bisa-bisa habis gue gara-gara berangkat bareng lo."

"Tenang saja, biar aku yang nanganin."

"ANJIT, BISA GAK SI GAK USAH PAKE AKU-KAMUAN?! jijik gue denger nya," bentak Kemala.

Revan tidak merasa kesal atau pun marah mendengar tutur kata Kemala. Yang ada dirinya tersenyum gemas. Mungkin itu akan menjadi hobi barunya, untuk membuat Kemala kesal.

"Gak bagus dong pakek gue-lo, kita kan udah resmi, ya gak sayang?" Revan berucap sambil mengelus kepala Kemala dengan sayang.
"Terserah."

Perdebatan kecil meraka membuat cewe-cewe disana merasa penasaran mengapa sang pujaan masih enggan menampakan wajahnya?
Kemala melihat jam yang menunjukkan jam tujuh tepat, dengan terburu-buru ia menggambil tas yang Revan simpan di bagian kursi penumpang belakang.

Saat ingin membuka pintu ternyata pintu itu telah Revan kunci dari dalam. Kemala berteriak kesal karena nya. Sedangkan Revan? Dia hanya tertawa melihat kekesalan Kemala.

Tidak ingin membuat Kemala telat memasuki kelas, Revan pun membuka pintu mobil di sebelahnya. Tentu saja cewe-cewe sebagai fans nya itu teriak histeris, melihat sang pujaan telah menampakkan wajahnya.

Revan tidak langsung berjalan menuju gerbang utama melainkan ia berjalan memutar untuk membukakan pintu untuk kekasihnya.
Dengan wajah penuh sayang Revan membuka pintu itu dan segara menggenggam tangan yang lebih kecil darinya.

Saat ini mereka telah berjalan berdampingan di Koridor sekolah. Banyak pasang mata yang melihat ke arah keduanya. Dan juga tidak luput dari mata-mata elang guru maupun fans berat Revan.

Diantara murid-murid yang tidak menerima Kemala sebagai kekasihnya, terdapat beberapa murid-murid waras yang mau menerimanya.

Kemala yang telah kesal, mempercepat jalannya dan mengakibatkan genggaman tangan mereka terlepas. Melihat wajah bertanya-tanya milik Revan, Kemala dengan segera mendekat kearahnya dengan mengelus kepala miliknya.

"Sayang, makasih banyak ya udah mau ngantar aku, oiya aku mau ke toilet dulu mungkin kamu bisa pergi ke kelas terlebih dahulu, tidak apa
kan?"

"Baiklah, hati-hati jika selesai hubungi aku, mengerti?" tanya Revan.Kemala hanya menjawabnya dengan anggukan kecil.

Meski tadi Revan sempat bingung, kini ia mengerti mengapa Kemala melakukan hal itu. Yang pasti dan tidak lain, Dirinya ingin memamerkan jika Revan adalah pacarnya untuk sekarang. Kau terlalu percaya diri Revan.

Letak kelas Kemala sangat dekat dengan pintu gerbang, berbeda dengan Revan yang harus melewati beberapa kelas terlebih dahulu.

Kemala sebisa mungkin menahan emosi yang kian memuncak, mengingat jika fans Revan, kebanyakan adalah fans fanatik. Terutama geng cewek cabe, yang mulut nya itu tidak akan pernah berhenti untuk membicarakan orang lain.

Eu;noiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang