6] Red Dove

133 25 1
                                    


"Anda benar-benar akan menemuinya?" Tanya Yoshi yang diangguki oleh Yoo Jimin. "Kenapa? Kau mau ikut?"

"Tidak, terimakasih. Saya masih banyak pekerjaan untuk dikerjakan. Tidak seperti anda yang kelihatan seperti pengangguran, padahal anda yang bosnya disini. Tapi bagaimana bisa anda sendiri punya waktu untuk melakukan hal tidak berguna seperti ini?"

Sontak Yoo Jimin memutar bola matanya malas. "Berisik, gunanya aku mempekerjakanmu sebagai sekretaris itu apa? Sudah, jangan banyak omong atau kujahit mulut cerewetmu itu."

Wanita itupun turun dari mobil dengan wajah sinisnya. Hari ini tujuannya adalah menemui Revan. Entah pikiran darimana, rencana ini datang tiba-tiba di otaknya tadi pagi.

Menurut informasi terbaru, Revan hari ini mengantar Amanda untuk ke psikiater. Jadi tentu saja target kali ini adalah Revan.

Yoo Jimin akan berusaha sebisa mungkin memanipulasi pria tersebut. Karena, jika Revan sudah berhasil terpengaruh, maka akan mudah juga mempengaruhi Amanda nantinya.

Wanita itu berjalan menyusuri lorong, langkahnya pelan namun pasti. Di hadapannya ada Revan yang sedang duduk dengan kepala menunduk.

Tak perlu menunggu lama, Yoo Jimin langsung mendudukkan diri di samping pria berdarah asli Indonesia tersebut. Pandangan wanita itu tetap menatap ke arah depan.

"Tak perlu bersedih terlalu lama, istri anda pasti akan membaik." Ucapan tak terduga keluar begitu saja dari mulut Yoo Jimin, membuat sang empu disampingnya menoleh ke arahnya.

"Lagipula dia pantas untuk mendapatkan itu, iya bukan?" Lanjut Yoo Jimin dengan nada pelan menatap balik Revan.

Mata keduanya bersinggungan langsung, sorot mata tajam Yoo Jimin bertemu dengan mata Revan yang nampak sayu karena kelelahan.

"Ini ulah lo kan, Rin. Lo yang bikin Amanda begini." Ucap Revan dengan nada tercekat.

Yoo Jimin tersenyum miring, "orang gila seperti kau ini seharusnya belajar cara berhenti memanggilku dengan sebutan Karina."

"Gue tau, ini semua ulah lo, kan?! Lo yang bikin traumanya Amanda balik lagi terus pengen nyelakain dia secara gak langsung!"

"Sangat pintar. Tak heran anda direkrut oleh badan keamanan detektif negara." Wanita itu menjeda kalimatnya sejenak, "tapi apa gunanya itu jika mertua anda sendiri tidak setuju dengan hubungan anda dan istri anda?"

Kerutan mulai muncul dari kening Revan, mata pria itu sudah berapi-api karena kesal dengan ucapan tak jelas dari Yoo Jimin. "Lo gila, ya?! Ngomong yang jelas!"

"Sstt, anda tahu kan kalau kita tidak boleh membuat keributan disini? Lagipula, apa yang kurang jelas dari ucapan saya tadi? Mertua anda jelas tidak setuju dengan hubungan anda dan istri anda. Dan menurut anda kenapa hubungan kalian bisa sejauh ini, apa itu semua tidak memerlukan banyak taruhan?"

Yoo Jimin mendekatkan wajahnya pada telinga Revan. "Bahkan dia menjadikan sahabatnya sendiri taruhan." Bisiknya. Mata Revan bergetar hebat, gigi-giginya kembali menggertak keras.

"Tidak, tidak. Jangan kaget lebih dulu. Ada banyak hal yang perlu anda tahu soal Amanda. Jangan anda pikir karena kalian sepasang suami-istri, itu berarti anda tahu semua rahasianya." Yoo Jimin menolehkan kepalanya sedikit, "justru anda adalah orang yang paling tahu sedikit tentang Amanda."

"Berisik, mau lo tuh apa?!" Revan sudah berhasil terbawa emosi oleh ucapan Yoo Jimin.

Sementara wanita itu mulai menggeleng pelan lalu meletakkan telunjuknya didepan bibirnya, memberi isyarat agar Revan diam. "Saya hanya ingin anda menerima kenyataan bahwa istri anda seorang pembunuh. Seorang yang membunuh temannya sendiri supaya tidak dibuang oleh keluarganya sendiri karena kekasihnya. Hanya itu."

'Till The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang