67. Tidak mengenal

39 15 2
                                    

Happy Reading
🌱🌱🌱

🦥 Part panjang

"Loh sepi?" Tanya Lily melihat koridor, "Jam istirahat pertama bukan sih?"

"Lah bener, kek kuburan gini! Ga ada yang lewat." Ujar Putra yang kini mengunyah pocky.

"Kita ga bakal dihukum tu ketos kan?"

Nia menggeleng, "Ga, lagian waketos tau kita dipanggil kepala yayasan."

Mendengar teman-temannya yang saling bertanya, Agam dan Gara saling tatap menatap.

Buat apa, Papa nyuruh kita ke sekolah secepatnya? Pikir Agam yang merasa jika terjadi sesuatu yang aneh.

Bima yang kini memotong kuku nya dengan bantuan gigi besorak senang, "HEH YU! KAM HIR!"

Teriakan yang membuat Bobby berkeringat ditempat, Siswa gendut itu dapat merasakan jika bulir keringat mulai bermunculan. Kakinya bergetar dengan kedua tangan saling meremat.

Pengen pipis lagi!

"ELAH! MALAH BENGONG! YU SINI HIG!"

Vyra dan Lyora tidak segan untuk memukul kepala Bima, kedua gadis kembar itu tidak dapat menahan kekesalannya saat Bima berteriak tepat didepan mereka.

Membuat hujan lokal otomatis turun membahasi wajah yang telah memakai serum.

"Lo kalau ga bisa Inggris mending diem!"

"Tau! Tu orang ga ngerti lo ngomong apa!"

Bima mencibik, dia melangkahkan kaki nya mendekat kearah Bobby yang kini semakin pias.

"Anjir! Bima! Jalannya ga usah hentak-hentak kek gitu!" Revan selaku cowo playboy yang mempunyai gebetan dimana-mana, namun tidak pernah berpacaran. Moto nya adalah 'Ga papa punya gebetan banyak! Asal pacar pertama harus jadi pacar terakhir'.

"Lucu kaga kek babi iya."

Bima semakin mengelus dada, mendengar perkataan Damar. Cowo sensian plus galak. Oh! Jangan lupakan mulutnya yang selalu diberi boncabe level 100. Suer! Pedes banget!

"Eh dut, way skul sepi?"

Lyrora kembali memukul Bima, "Dibilang jangan pake Inggris!" Gadis itu menatap Bobby "Kenapa sekolah sepi?"

Bobby menunduk, "I ... itu Ka."

"Ya itu apa?" Tanya Zidan tidak sabar ingin ke rooftop secepatnya.

"A ... anu Ka, anu nya."

"Anu lo kenapa?"

"NIA!" ketiga gadis itu menatap Nia yang kini tertawa.

"Cepet ngomong." Ujar Agam membuat Boby memejamkan matanya dan sepontan berkata dengan cepat.

"Ika di aula mau dicopot jabatannya."

Agam membulatkan mata nya, jadi ini alasan Papa nyuruh buat ke sekolah secepatnya dibandingkan nyelesain soal.

"Gam!"

Agam menaikan alisnya kearah Putra, "Si Gara ke aula. Kita susul apa ke rooftop?"

Agam menoleh kesamping dan menatap punggung Gara yang semakin mengecil, "Susul."

Bobby membuka matanya pelan, dia mengelus dada saat melihat mereka akhirnya menjauh. Namun seketika, Bobby ingin mengangis dan menelpon emaknya.

Dengan tangan gemetar, Bobby mendekatkan ponsel itu ketelinga.

JESIKA [END][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang