29.Kembali baik

3.8K 809 93
                                    

Syam dan ke-empat sahabatnya kini sedang berada di samping koridor, mereka berlima mengobrol dan bercanda ria, mereka tidak peduli dengan orang yang berlalu lalang.

"Nah loh, kesandung kan." Chiko menatap seorang gadis yang hampir saja tersandung karena menatap kelima cowok tampan yang ada di pinggir koridor.

Jey terbahak. "Segitunya ngelihatin kita, sampek nggak fokus gitu."

"Demi oreo, ngapain juga mereka ngelihatin kita? Padahal muka kita pas-pasan." Evin memasang tampang polos.

"Muka lo yang pas-pasan, gue mah selalu ganteng." Altair menyugar rambutnya ke belakang dengan wajah angkuh.

"Iya bos iya, gue tahu lo ganteng. Nggak usah somboooong!" seru Chiko.

"Gue biasa aja, nggak ganteng," ucap Syam.

"Nggak usah merendah gitu Syam, kalau muka lo biasa aja, apa kabar sama muka orang yang modelan-nya kayak Chiko," timpal Jey.

Chiko berdecak pelan dan menatap Jey sinis, selalu saja jika ada sesuatu yang buruk namanya selalu di sangkut pautkan. Altair hanya tersenyum tipis, raut wajah galak masih melekat di wajah Altair.

Syam terkekeh pelan, ia yakin hidupnya akan suram jika tidak ada sahabat-sahabatnya. Hanya mereka yang Syam punya, ia sudah menganggap mereka sebagai keluarga.

"Btw, oreo ada rasa baru nggak?" Syam menatap Evin.

"Ada, itu loh yang warna oren. Rasanya enak banget sumpah." Evin terlihat semangat membuat Syam tertawa tanpa suara.

"Kalau lo gimana? Pulpen lo udah laku semua?" Syam berganti menatap Chiko.

"Laris manis pak wakil, nggak asem kayak mulutnya si Jey," ucap Chiko membuat Jey melotot.

"Apa lo nyebut-nyebut nama gue! Mulut gue tuh manis, mau gue buktiin? Sini ciuman sama gue." Raut wajah Jey terlihat tidak terima.

Chiko bergidik ngeri. "Dih, ya kalik jeruk makan jeruk. Tapi boleh lah di coba dulu, hayuk kita cobain."

"Demi oreo, hancur sudah bumi ini." Evin memegangi kepalanya.

"Emang Chiko lebih menarik daripada Bebby?" Syam memegang bahu Jey.

Detik itu juga wajah Jey langsung berubah menjadi masam, cowok itu selalu saja sensitif saat membahas segala hal yang berkaitan dengan Bebby.

Jika Syam lihat-lihat Jey sebenarnya menyukai Bebby, terbukti dari Jey yang menyuruh orang lain agar memanggil Bebby dengan panggilan Jihan. Bukankah itu salah satu benih-benih posesif yang mulai tumbuh.

"Lihat, mukanya lebih asem daripada biasanya." Altair menunjuk wajah Jey, bukan Altair jika ucapannya tidak menyakiti hati orang lain.

"Btw, pak wakil semalem gue ngelihat barista mirip banget sama lo. Kayaknya mata gue mulai rabun deh," ujar Chiko.

Tubuh Syam mematung. 'Mereka nggak boleh sampek curiga.'

"Lo mah aneh-aneh mulu, kemaren lo ngira delivery mirip kayak Syam. Sekarang barista, besok-besok apalagi?" Jey menatap Chiko tak habis pikir.

"Jangan halu mulu Chik, entar besok-besok lo ngira gembel mirip sama gue." Syam tertawa seakan-akan tidak terjadi apa-apa.

Chiko menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Demi oreo, mungkin gue salah lihat."

"Heh, Kata-kata gue itu!" ketus Evin.

"Minjem elah, jangan pelit-pelit sesepuh oreo entar mati lo nggak elit," balas Chiko membuat Evin melotot.

***

Syam berjalan ke arah salah satu meja kantin yang di duduki oleh Nasya, cowok itu menempelkan susu kotak dingin ke pipi Nasya membuat gadis itu terkejut.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang