𝑉𝑜𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑝𝑎~
Suara ketukan membangunkan Ellera yang tertidur dalam posisi terlentang begitu saja dengan memakai gaun yang sama saat makan malam. Ia melihat pelayannya yang ia kenal masuk memberi hormat sambil tersenyum sebelum akhirnya terkejut melihat pemandangan mengejutkan di depannya.
"No-nona apa yang terjadi pada Anda?" Tanya pelayan prihatin "Apa tidak ada pelayan yang datang kemarin?" Lanjutnya yang digelengkan oleh Ellera. Pelayan itu lantas berjengit kaget, tidak biasanya sang nona membalas pertanyaannya, malah yang ada diusir keluar.
"Akan saya siapkan air mandi untuk Anda, nona" anggukan sebagai jawaban Ellera, rasanya terlalu malas untuk mengeluarkan suaranya. Baru saja beberapa langkah pelayan itu menghentikan langkahnya ketika melihat dupa lantas ia mengendus aroma kamar yang beraroma papermint.
"Tumben nona membakar dupa di kamar apalagi aroma papermint... siapa yang memberikannya?" bisiknya melirik Ellera yang kembali tertidur pulas. Pelayan itu pun melanjutkan langkahnya dan segera menyiapkan air mandi lalu membangunkan sang nona.
———————————————————————————————————————
"Bagaimana tanggapan Ellera semalam?" Tanya Arez sambil memasang cufflink lalu berjalan ke para pelayan pria yang siap memakaikan jas pada tubuh Arez.
"Nona hanya bertanya alasan saya datang dan tanggal berapa"
Arez melirik sebentar lalu berjalan keluar kamar sambil berkata, "Berikan dupa yang sama seperti kemarin ke kamar Ellera". Pelayan tersebut menunduk "Baik tuan".
Ujung gaun yang berayun mengikuti langkah kaki yang memakainya sedikit menampilkan ujung sepatunya yang berbentuk segitiga, sling back biru tua dengan ornamen kristal di ujung depan sepatunya.
Bersamaan dengan tepakan loafer hitam mengkilat berbelok dan akhirnya menghentikan langkahnya tepat pada kaki kiri, ia menoleh. "Terlalu siang untuk sarapan pagi, Ellera" ujar Arez melihat Ellera duduk di kursi dimana Ellera duduk saat makan malam.
"Terlalu aneh juga untuk orang yang tidak pernah berbicara pada adik perempuannya tiba-tiba berbicara, bukan?" balas Ellera menoleh dengan senyum merendahkan. Arez sedikit terkejut namun ia kembali menetralkan mimik wajahnya. Ellera tertawa dengan suara kecil lalu berdiri dan berjalan menuju Arez.
'Ayo kita main-main dengannya~'
Dengan menghentikan langkah kakinya di kaki kanan, Ellera menggerakkan telunjuknya mengisyaratkan Arez untuk mendekat. "Aku cantikkan, kak?" Bisik Ellera dengan senyum yang mengembang, ia menggigit bibir bawahnya sambil melirik kanan-kiri sebelum menatap sepenuhnya pada Arez yang sialnya tidak sadar jika jatuh dalam pesona sang adik untuk yang kedua kalinya.
"C...cantik" Arez tidak bisa berbohong pada dirinya, jawabannya itu seakan tidak bisa ia hentikan untuk digantikan dengan jawaban lain. Ellera saat ini sangat cantik kenapa Arez tidak menyadarinya dulu padahal Ellera sedang berpakaian dengan pakaian yang biasa ia pakai layaknya antagonis. Bibir berlipstick merah dan dress dark green bergaya off shoulder dengan belahan dada yang rendah.
Arez melirik sebentar gaya pakaian yang dikenakan adik cantiknya ini. Satu kata ia sumpulkan, dewasa. Ellera adalah lady satu-satunya yang melanggar aturan berpakaian kekaisaran dengan menampilkan belahan dada yang begitu rendah. Ellera pun akhirnya pergi tanpa memasukkan sesuatu ke dalam perutnya.
"Ellera!"
"Ya?" Sahut Ellera menoleh pada Arez "K-kau ingin pergi kemana?" Tanya Arez gugup namun, Ellera menjawab dengan smirknya, "Kemana saja".
"Apa? Ellera!!" Teriak Arez menghentikan Ellera. 'Dia terlalu bising' kesal Ellera dalam hati. "Apa kau akan menemui Pangeran pertama seperti itu?" Tanya Arez.
'Banyak tanya. Dasar cerewet' Ellera memutar bola mata lalu mengendikkan bahunya. Arez membelalakan matanya dan mendesis sebal dengan jawaban yang diberikan, karena terlalu sebal Arez menarik Ellera menuju kamar.
"Apa yang kakak lakukan!! Lepaskan! Aku bilang lepaskan!! Kak! Kak Arez!"
"Kak sakit..." segala teriakan dan rintihan yang dikeluarkan Ellera tidak dihiraukan oleh Arez. "Kakak gila ya!!" Maki Ellera dan menubruk punggung Arez yang berhenti tiba-tiba. "Hah? Gila? Kau yang gila bisa-bisanya pakai gaun ini dihadapan Pangeran pertama!!" Bentak Arez menggetarkan Ellera.
'Tahan Ellera... tahan...'
"Kan belum..." cicit Ellera membuang wajahnya ke samping. Arez membuang napasnya dan kembali menarik Ellera kembali. Namun untuk kedua kalinya Arez kembali menghentikan langkahnya tiba-tiba. "Kak, bisa tidak jangan berhenti tiba-tiba!" Seru Ellera yang juga kembali menubruk punggung sang kakak. Tidak cukup yang tadi masih berdenyut sekarang malah tambah berdenyut.
Ellera menatap kakaknya yang melongo segera melihat apa yang sedang kakaknya lihat. Oh! Ada dua pria yang sedang seperti kakaknya? Pikir Ellera. Kini Ellera merasa ditatap oleh Arez segera membalas. Padahal tidak lama Ellera membalas kini ia malah dapat serangan jantung (mungkin) karena sang kakak mendorongnya ke belakang, menutupi Ellera dan tubuh sang adik dengan jasnya.
"Aku harap mereka tidak mendengar teriakan tadi" gumam Arez yang dibalas Ellera dengan seringai, "Hahaha... tenang saja kakak mereka pasti mendengarnya". Arez menggeram lalu berbalik sambil tersenyum malu.
"Maafkan saya dan adik saya atas pemandangan yang tidak sopan ini Yang Mulia Archduke dan Grand Duke..." tutur Arez menatap bawah. "Dan selamat datang di kediaman Northen" sapa Arez membungkukkan badannya diikuti Ellera yang memberikan hormat pada dua bangsawan tinggi di depannya.
Hampir saja jas yang dipakaikan Arez melorot jika tidak ditahan oleh Arez sendiri.
"Ya, tidak apa-apa, Duke muda" balas pria berambut kemerahan seperti api dengan senyum ramah. Karena penasaran Ellera mengintip dari punggung sang kakak, melihat kedua pria yang satunya tampak asing.
'Si merah asing si hitam enggak...'
"Kak!"
"Yang rambut hitam itu Grand Duke bukan? Iya kan! Rambut hitam yang wajahnya alim banget itu Grand Duke bukan!" Ujar Ellera menunjuk pria berambut hitam membuat pria dengan rambut merah itu melirik tajam.
"Ellera!" Seru Arez membekap mulut Ellera yang mengangkat sebelah alisnya. "Bwenwar kwan?" Tanya Ellera. Dan dengan pasrah Arez mengangguk. "Maafkan atas tindakan tidak sopan adik saya, Yang Mulia Grand Duke" ujar Arez yang dianggukin Grand Duke.
"Maafkan saya jika saya membuat Anda menunggu lama, Yang Mulia Archduke dan Grand Duke" lanjut Arez tetap membekap Ellera. "Kwak lwepwas" pinta Ellera.
"Tidak Duke muda, kami juga baru sam...pai? Itu Lady Northen apa dia baik-baik saja?" Tanya Grand Duke sambil tersenyum paksa. "Oh iya tentu saja, Ellera, adik saya sangat baik-baik saja" jawab Arez langsung melepas bekapannya.
"Sepertinya Yang Mulia Archduke dan Grand Duke sedang ada urusan disini jadi saya permisi undur diri terlebih dahulu" ujar Ellera dengan senyuman manis kembali memberi hormat. Ellera dengan anggun berjalan menuju tangga di lorong timur.
Ia kembali berhenti lalu berbalik, "Si merah pasti Archduke, benar bukan?" Tebak Ellera menunjuk pria berambut kemerahan yang mengangguk sambil tersenyum membenarkan perkataan Ellera.
"Ellera!!" Seru Arez.
"Hahaha... Anda benar Lady Ellera, si merah ini adalah Archduke, Archduke Laurence" karena balasan Archduke, Ellera terdiam, ia tidak asing dengan panggilan Archduke untuk dirinya.
"Lady Ellera?"
𝑻𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆
𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎, 𝑚𝑜ℎ𝑜𝑛 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑦𝑝𝑜 𝑑𝑖 𝑐ℎ𝑎𝑝𝑡𝑒𝑟 𝑖𝑛𝑖. 𝑆𝑒𝑘𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑌𝑜𝑟𝑢𝑦𝑜𝑢𝑦𝑜𝑟𝑘☺︎︎
KAMU SEDANG MEMBACA
The Archduke Wants an Antagonist to be His Wife
Fiksi SejarahEllera. Benar, nama itu merupakan nama yang menjadi peran antagonis perempuan dalam novel yang pernah ia baca saat ia duduk di bangku kelas 1 SMA. 'Eh? Jangan-jangan... ei~ tidak mungkin seperti di dalam novel-novel' batin Yera.