Setelah Ruo Yuan dan Hong Li pergi, Pei Qian Hao dan Su Xi-er berduaan saja di halaman belakang yang luas tersebut. Mata mereka bertemu, dan Su Xi-er memanggil lembut, "Pangeran Hao."
Pei Qian Hao duduk di atas satu bangku batu bundar selagi ia berbicara, suara dalamnya dibawa oleh angin ke telinga Su Xi-er. "Kemari dan pijat kaki Pangeran ini."
Ia baru saja masuk halaman belakang, dan hal pertama yang ia lakukan adalah memintaku untuk memijat kakinya. Su Xi-er berdiri di samping. Sebelum ia bisa berjalan, ia mendengar suara pria itu lagi.
"Kau bisa kembali ke Istana Samping malam ini. Jika kau tidak menggunakan sedikit waktu terakhir ini untuk melayani Pangeran ini sekarang, kau mungkin tidak akan pernah punya kesempatan itu lagi di masa yang akan datang." Nada bicaraya enteng, emosinya tidak terdeteksi dari suaranya.
Su Xi-er berjalan maju dan berjongkok, mulai memijat kaki Pei Qian Hao. Namun, tak peduli seberapa keras ia berusaha, itu tetap terasa seperti rintik hujan bagi Pei Qian Hao.
Ia melihat ke bawah dan melihat rambut hitam halus Su Xi-er yang membingkai wajah gadis itu. Mengangkat satu tangan, ia mengulurkannya untuk menyisirkan rambutnya ke belakang telinganya dan menyentuh wajah Su Xi-er dengan lembut.
Su Xi-er merasa gatal dan menolehkan kepalanya pelan untuk melepaskan diri dari tangan besarnya. "Pangeran Hao, hamba akan menumbuk-numbuk lutut Anda sebentar."
Setelah itu, ia mengangkat kedua tangannya dan mulai memukul-mukul lutut Pei Qian Hao dengan berbagai kecepatan. Mudah bagi mereka yang memimpin pasukan dan berperang untuk mendapatkan luka di lutut. Jika mereka tidak berhati-hati, mereka akan merasakan banyak kesakitan di hari hujan.
Pei Qian Hao melihat tangan Su Xi-er yang terluka dan segera menghentikan pergerakannya. Dengan lembut, ia memeluk pinggang gadis itu dan mendudukkannya di pangkuannya.
Mataharinya cerah, dan halaman belakang tidak memiliki tembok di sekelilingnya. Hanya dengan beberapa batang pohon yang menghadang jalannya, siapa saja yang lewat bisa melihat posisi intim mereka.
Sebelum Su Xi-er mulai meronta, satu kecupan mendarat di pipinya. Suara yang parau terdengar di sebelah telinganya. "Tanganmu terluka, jadi kau tidak perlu memijat kaki Pangeran ini hari ini."
Ia memeluk gadis itu bahkan lebih erat lagi sebelum Su Xi-er bisa menjawab. Punggungnya menempel di dada pria itu, dan ia bahkan dapat merasakan kehangatan tubuhnya melalui baju mereka. Kelembutan dan wangi anggun dari seorang wanita bercampur dengan ketangguhan dan wangi menawan dari seorang pria.
Pei Qian Hao terus menciumi wajahnya, hingga ia akhirnya sampai di leher Su Xi-er dan dengan lembut menarik bagian atas gaunnya hingga terbuka.
Embusan angin bertiup, dan Su Xi-er merasakan dingin di bahunya. Ia nyaris tidak memerhatikan ciuman penuh gairah itu, dan tatapannya melihat ke depan dengan gelisah. Seseorang bisa lewat kapan saja! Tetapi, ia sungguh melakukan hal seperti ini sekarang ini ....
Su Xi-er mencoba untuk berdiri dan mendorongnya, tetapi Pei Qian Hao menangkap kedua tangannya dengan satu tangannya. Ia tidak senang karena Su Xi-er teralihkan, sehingga ia menggunakan tangannya yang lain untuk memutarnya dan menghadapnya. Kemudian, ia menempelkan dahinya di dahi Su Xi-er, napasnya yang hangat menyentuh wajah Su Xi-er.
Pei Qian Hao terkekeh, tawanya kedengaran dalam dan jahat. "Kau malu, atau ketakutan? Takut kalau orang lain akan melihatnya?"
"Siapa saja bisa berjalan melewati halaman belakangnya. Pangeran Hao, Anda terlalu bernyali!"
Sudut mulut Pei Qian Hao terangkat, tatapannya terlihat malas dan berbahaya. "Aku bisa melakukan sesuatu yang bahkan lebih berani lagi." Setelah itu, ia mengangkat dagunya dan menangkap bibirnya sebelum melingkarkan satu tangan di pinggang gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Consort of A Thousand Faces 2 [Terjemahan Indonesia]
Random[Novel Terjemahan] [END] Author : Qian Duo Duo Jumlah total chapter : 770 Sinopsis : Su Xi-er, yang berpergian ke Nan Zhao bersama Pangeran Hao, mengalami banyak lika-liku, menari sebagai pengganti di perjamuan kerajaan Nan Zhao, menjadi pusat perha...