• Bertingkah aneh •

31 4 0
                                    

HAPPY READING!
-

"Gue perhatiin, lo aneh banget hari ini. Ada masalah yang lagi lo pikirin?" Dicky melipat kedua tangannya diatas meja.

"Gak ada," jawab Gala singkat.

"Lo percaya gak Fau?" Kenzie bertanya pada Fauzi yang duduk disebelahnya.

"Kagak tuh,"

"Tuh, denger. Fauzi yang gak waras aja gak percaya sama jawaban lo,"

Fauzi melototkan matanya, merasa tidak terima dengan ucapan Kenzie. Karena kesal disebut tidak waras, Fauzi mencelupkan sendok miliknya ke mangkuk sambal yang berada didepannya. Lalu menempelkan sendok itu ke bibir Kenzie.

"Pedes bangsat!"

"Haha, mampus! Makan tuh sambel cabe setan." Fauzi tertawa jahat, sedangkan Kenzie menatap Fauzi dengan tatapan penuh dendam.

Dicky menghembuskan nafasnya lelah, "Kalian bisa diem dulu gak?"

"Siap!" kompak Kenzie dan Fauzi sambil hormat ala orang yang sedang upacara bendera.

"Kalau ada masalah, cerita Gala. Jangan kayak gini, uring-uringan gak jelas kayak orang yang lagi patah hati." semprot Febio.

"Jangan-jangan, Gala diem-diem punya pacar dan sekarang lagi galauin pacarnya yang gak ada kabar?" kata Fauzi asal, namun sangat tepat sasaran.

Raut wajah Gala berubah, tetapi hanya beberapa detik saja. Tanpa Gala sadari, Dicky menangkap perubahan raut wajah Gala.

"Ternyata bener," ucap Dicky dalam hati. "Gue harap lo gak sembunyiin apa-apa dari kita, Gal."

"Duain. Kecuali, lo gak pernah anggep kita sebagai temen lo." ujar Kenzie.

"Nah iya bener tuh. Tapi rada nyesek juga ya kalau Gala gak pernah anggep kita temennya, padahal udah hampir 3 tahunan kita bareng-bareng." Fauzi memasang raut wajah pura-pura sedih.

"Emang iya lo gak anggep kita temen lo?" tanya Febio.

"Kalian temen gue,"

"Temen aja nih? Gak lebih?"

Kenzie menatap Fauzi ngeri, "Mau lebih kayak gimana? Pacaran gitu? Lo gay Fau?"

"Anying lo. Ya kagak lah, gila. Gue masih normal ya, bangsat." bantah Fauzi nyolot.

"Syukur lah kalau lo masih normal. Gue alergi kaum pelangi soalnya,"

"Kalian inget gak sih sama kak Fahrul," Febio memulai perghibahan.

"Kagak,"
"Yang mana?"
"Hah?"

"Itu loh, yang pas kita baru masuk, dia ketauan sering cek in hotel bareng pacarnya yang satu gender."

"Gue inget!" pekik Fauzi tanpa sadar. "Pfttt. Gue masih ngakak tiap kali nginget dia,"

"Yang mana sih? Kok gue gak inget?" Kenzie sudah berpikir keras, namun tetap saja tidak dapat mengingat siapa itu Fahrul.

"Emang dia masih jadi kaum pelangi?" tanya Dicky setelah mengingat sosok Fahrul yang pernah viral pada masa nya.

"Masih, tapi cowoknya beda-beda terus. Mana ganteng-ganteng lagi," gerutu Febio.

"Anjrit. Serius lo Feb? Gila ya," kata Fauzi tak habis pikir.

"Jaman sekarang tuh, yang ganteng pada suka nya sama yang ganteng juga weh." ujar Febio yang disetujui Gala.

Dicky bergidik ngeri lalu tatapannya beralih ke Fauzi yang sedang sibuk dengan pemikiran sendiri.

"Jangan-jangan Fauzi kaum pelangi juga."

Fauzi menahan diri untuk tidak mencakar wajah Dicky yang saat ini terlihat menyebalkan.

"Berarti secara gak langsung, lo akuin gue ganteng kan Dick?" Fauzi menaik turunkan alisnya seraya menekan kata terakhir di kalimatnya.

"Jangan panggil gue Dick!"

Ekhem.

Gala berdehem pelan, "Pulang nanti main futsal yuk?"

Kenzie melongo tak percaya, begitu juga dengan Fauzi dan Febio. Berbeda dengan Dicky yang bersikap biasa saja.

"Tumben ngajak main duluan,"
"Wah, ada yang gak beres nih."
"Seriusan ini lo?"

- G A V I N -

Gala melangkah menuju ruang makan sambil mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk kecil berwana putih.

Di ruang makan sudah ada Soraya, Sonya, dan Nadeo. Sedangkan Octavian sedang ada pekerjaan diluar negeri.

"Baru mandi dek?" kaget Soraya saat melihat rambut Gala yang masih setengah kering.

"Iya,"

"Astaghfirullah, dek. Mamih kan udah sering kasih tau kamu, jangan mandi malem-malem, nanti kamu sakit. Susah banget sih kalau dikasih tau," omel Soraya.

"Gala lagi galau tuh mih," ledek Nadeo. Sehari saja tidak meledek Gala, Nadeo merasa harinya sangat kurang.

"Galau kenapa?" tanya Sonya kepo.

"Tanya aja sama orangnya,"

Sonya mendengus, lalu beralih ke Gala yang memilih sibuk pada makanannya.

"Lo galau karena Vina?" Sonya langsung to the point membuat Gala tersedak.

"Kakak!"

"Aku cuman nanya loh mih," bela Sonya saat mendapat pelototan dari Soraya.

"Kalau reaksinya sampe segitunya, berarti pertanyaanku ada benernya dong mih." imbuh Sonya.

"Bukan pertanyaan lagi, tapi pernyataan itu mah." celetuk Nadeo.

"Kalian gak usah sok tau," ketus Gala. Makan pun jadi tak berselera kalau sudah begini.

"Bukan sok tau, tapi gue emang tau. Lo tuh keliatan aneh tau gak?"

"Gue biasa aja tuh,"

"Biasa aja gimana? Asal lo tau, Gue sama Nadeo mantau lo seharian ini lewat Dicky." jujur Sonya. "Dan Dicky cerita ke kita berdua soal lo yang bertingkah aneh. Pokoknya hari ini bukan lo banget deh," lanjut Sonya.

Soraya makan sambil menyimak obrolan anak-anaknya. Coba kalau ada Octavian disini, mungkin tidak akan seperti ini. Octavian tidak suka dengan orang yang mengobrol dimeja makan.

"Terus juga, lo ngajakin main futsal sampe segitunya. Kasian Kenzie, kaki dia sampe ke kilir," timpal Nadeo.

"Gue gak mau tau, lo harus cerita ke kita berdua soal perasaan yang lagi lo rasain saat ini." tekan Sonya.

"Mamih juga ikut dong," akhirnya Soraya kembali bersuara. "Kalau Vina bikin adek sakit hati dan galau-galau gak jelas, mamih bakal maju paling depan!" sambung Soraya penuh keseriusan.

"Vina gak salah, mih." Gala membela Vina.

"Oh ya? Terus salah siapa? Kamu?" Soraya menaikan sebelah alisnya.

Gala hanya diam, tidak tau harus menjawab apa. Tapi Gala yakin, Vina tak akan membuatnya sakit hati. Pasti ada alasannya kenapa Vina menghilang tak ada kabar.

•••
Jangan lupa vote dan comment ya ges, biar aku makin semangat!

Kalau nemu typo, tandain aja, nanti aku perbaiki. Tq u.

Gavin: Gala × Vina (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang